| 15 Views

Penghinaan Terhadap Nabi Berulang, Bukti Kebebasan Kian Langgeng

Oleh : Fitra Asril
Aktivis Muslimah, Tamansari, Bogor

Beberapa kartunis majalah satir ditangkap Otoritas Turki setelah menerbitkan ilustrasi yang dinilai menyinggung agama karena dianggap menggambarkan Nabi Muhammad dan Nabi Musa. Kartun itu memicu kecaman luas dari Pemerintah dan masyarakat luas. Presiden Recep Tayyib Erdogan menyebut karya tersebut sebagai "provokasi keji" dan menegaskan bahwa Pemerintah tak akan mentolerir penghinaan terhadap nilai-nilai sakral umat Islam (CNBC Indonesia, 5 Juli 2025).

Bentrokan meletus di Istanbul, Turki, usai sebanyak 250 hingga 300 orang berdemo memprotes kartun Nabi Muhammad yang dibuat oleh majalah satir Leman. Unjuk rasa ini menyusul terbitnya majalah Leman edisi 26 Juni yang berisi dua sosok kartun yang digambarkan sebagai "Muhammad" dan "Musa". Polisi di Turki telah menahan empat karyawan majalah satir dalam rangka penyelidikan yang diluncurkan Jaksa Istanbul atas kejahatan "menghina nilai-nilai agama di depan umum" (CNN Indonesia, 1 Juli 2025).

Meski pihak media membantah tuduhan tersebut, kemarahan umat terlanjur bergejolak karena penghinaan terhadap Nabi bukanlah sesuatu yang dianggap sepele. Tragedi ini bukanlah kali pertama terjadi. Dunia Islam berkali-kali menjadi saksi bagaimana "kebebasan berekspresi" di Barat dan kini juga terjadi di Negeri-negeri muslim sekuler, dan ini dijadikan tameng untuk menyerang Islam. Karikatur, komik yang melecehkan Nabi Muhammad dan ajaran Islam terus bermunculan, dilegalkan atas nama kebebasan berpikir dan berkarya. Nyatanya, toleransi dan kemanusiaan yang diagung-agungkan seolah hanya berlaku satu arah. Ketika umat Islam dihina, umat diminta untuk "tenang" dan "memaafkan". Padahal bagi seorang muslim, mencintai Nabi adalah bagian dari Iman. Setiap pelecehan dan penghinaan yang ditujukan kepada Nabi otomatis akan melukai batin umat yang terdalam.

Ironisnya, sistem demokrasi justru membuka ruang lebar bagi penghina ini. Semua wujud ekspresi dalam sistem sekuler liberal hari ini dianggap sah termasuk meyakini keyakinan orang lain. Akhirnya tidak bisa lagi membedakan antara kritik dengan penghinaan, antara kebebasan dengan kedzaliman. Lagi-lagi Islam dijadikan sasaran empuk penghinaan para pembencinya. Umat Islam tidak boleh terus membiarkan ini terjadi. Sudah saatnya kita menyadari bahwa penghinaan ini bukan hanya sekedar ulah individu saja, namun ini adalah buah penerapan sistem sekuler liberal yang meniadakan agama dalam kehidupan.

Selama sistem ini terus dipelihara dan dipertahankan, maka umat akan terus menjadi korban. Alhasil, solusi mendasar bukan hanya sekedar mengecam, tetapi membangun kembali kehidupan Islam kaffah. Sebuah tatanan sistem yang menjaga kehormatan agama ini, melindungi kemuliaan Nabi dan tidak akan memberi ruang sedikitpun bagi musuh-musuh Islam untuk menghina dan melecehkannya. Sejarah panjang telah membuktikan hal tersebut dan bahkan diakui oleh sejarawan Barat yang objektif. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Al-Imam (Khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang dibelakangnya dan berlindung dengannya". (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad).

Para Ulama termasuk Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyyah sepakat bahwa menghina Nabi SAW adalah kejahatan besar. Selain itu Islam juga memiliki sistem sanksi yang tegas dan menjerakan untuk para penghina Nabi Muhammad SAW. Syari'at telah menentukan secara detail beragam sanksi untuk mereka, baik yang menghina secara langsung dan jelas substansi penghinaannya maupun penghinaan dengan pernyataan yang multitafsir, siapapun pelakunya, baik kafir harbi, kafir dzimmi, ataupun muslim.

Wallahu a'lam bi showab


Share this article via

8 Shares

0 Comment