| 4 Views
Sistem Islam Memberantas Kemiskinan

Oleh : Ummu Ilyasa
Lebih besar pasak daripada tiang, peribahasa ini menggambarkan bagaimana keadaan ekonomi masyarakat saat ini. Bagaimana tidak banyak dari sebagian masyarakat yang memiliki penghasilan jauh di bawah rata-rata, sedangkan pengeluaran lebih besar. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka masih kekurangan. sebab kita ketahui bahwa saat ini bahan pokok makanan sering mengalami kenaikan harga, belum lagi biaya pendidikan, kesehatan, pajak dan lain-lain.
Seperti yang terjadi di Propinsi Banten, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten telah tercatat pada bulan Maret 2025 penduduk Banten sampai sebanyak 772.78 ribu orang atau setara dengan 5,63%.
Menurut ketua tim sosial BPS Provinsi Banten, Adam Sopian mengatakan bahwa secara umum data periode 10 tahun terakhir dari 2015-2025 tingkat kemiskinan di Banten cenderung mengalami perubahan yang tidak menentu atau fluktuatif, baik dari segi jumlah ataupun presentase.
Beliau juga menjelaskan bahwa, jumlah penduduk miskin berdasarkan daerah tempat tinggal pada periode September 2024 – Maret 2025, jumlah penduduk miskin di perkotaan mengalami kenaikan dari 5,57% menjadi 5,58% atau sebanyak 21,4 ribu orang, sedangkan di pedesaan mengalami penurunan dari 6,20% menjadi 5,89% atau sebanyak 26,1 ribu orang.
Dipaparkan juga bahwa berdasarkan survei BPS Banten bahwa, sumbangan komoditas makanan terbesar pada garis kemiskinan, baik di kota maupun di desa. Yaitu yang terbesar beras, roko kretek, dan bahan pokok lainnya. Sedangkan dari komoditas bukan makanan seperti perumahan, bensin, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. (TangerangEkspres.ID, Minggu, 27 Juli 2025)
Berdasarkan fakta di atas, bisa kita lihat bahwa tingkat kemiskinan masih cukup tinggi dan data ini hanya salah satu di Indonesia dari 38 Provinsi yang ada. Baik di perkotaan maupun di pedesaan, kemiskinan merupakan hal yang belum bisa diatasi setiap tahunnya. Sehingga hal ini mengalami kenaikan, walaupun ada penurunan tingkat kemiskinan. Lalu apa penyebab sehingga kemiskinan ini tidak dapat teratasi?
Indonesia mengadopsi sistem kapitalisme sekulerisme yang menjadi penyebab hal ini. Karena kebijakan-kebijakan yang diterapkan hanya menguntungan segelintir orang, dan negara hanya sebagai regulator dan fasilitator bagi para pemilik modal. Bagaimana tidak ada beberapa bahan pangan di import dari luar negeri, salah satu contohnya yaitu beras, dan kedele. Sedangkan beras merupakan bahan makanan pokok, dan kedele merupakan bahan dasar dari pembuatan tempe dan tahu. Jika bahan-bahan ini di import sudah dipastikan akan mengalami kenaikan harga. Lalu siapa disini yang dirugikan? Tentunya rakyat kecil, dan akan menguntungkan para pemilik modal.
Lalu di mana peran negara yang seharusnya mengayomi, melindungi rakyatnya? Setiap kebijakan yang diambil tidak pernah berpihak kepada rakyat, namun seolah-olah berpihak pada rakyat, padahal jelas-jelas hanya berpihak pada para pemilik modal. Seharusnya pemimpin harus adil kepada setiap rakyatnya. Sebagaimana firman Allah swt dalam QS.Al-Maidah: 8
“Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”(QS.Al-Maidah:8)
Dari ayat di atas sudah jelas bahwa kita sebagai manusia harus menjadi orang yang adil terhadap siapapun. Terutama orang-orang yang dipercaya untuk mengurusi kemaslahatan rakyat, yaitu para pemimpin. Mereka harus dapat menggunakan kekuasaannya sebaik mungkin untuk melindungi, dan mengayomi rakyatnya. Serta setiap kebijakan yang diambil harus selalu berpihak kepada semua orang bukan hanya untuk segelintir orang.
Maka hal ini akan terwujud jika sistem Islam diterapkan. Mengapa demikian? Sebab dalam sistem Islam pemimpin bukan hanya sebagai kepala negara, tetapi juga berfungsi sebagai perisai juga pelindung bagi rakyatnya. Serta dalam Islam biaya pendidikan, dan kesehatan semua ditanggung oleh negara. Selain itu negara juga akan membuka lapangan pekerjaan untuk rakyatnya, terutama bagi para kepala rumah tangga dengan memberikan upah yang layak. Sehingga mereka mampu memenuhi semua kebutuhan keluarganya. Dengan demikian, di dalam sistem Islam tidak akan ada rakyat yang kelaparan, dan kemiskinan pasti teratasi.
Sebab dalam Islam pengelolaan harta semua diatur sesuai syari’at. Sebagaimana kita ketahui bahwa harta dibagi menjadi tiga golongan, yaitu harta milik individu yang pengelolaannya dilakukan oleh perorangan, untuk kepentingan pribadi. Contohnya rumah, kendaraan, dan lain-lain. Demikian pula harta milik negara yaitu, pengelolaan dan kepentingannya untuk negara misalnya, harta rampasan perang. Kemudian harta milik umum yang pengelolaannya dilakukan oleh negara untuk kepentingan umum seperti, air, api, serta padang rumput.
Selain itu dalam Islam jika seorang pemimpin tidak menggunakan fungsinya dengan benar maka balasannya langsung berasal dari Allah. Sebagaimana firman Allah dalam QS.Asy-Syura: 42
“Sesungguhnya kesalahannya ada pada orang-orang yang zolim kepada manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapat siksa yang pedih.”(QS.Asy-Syura:42)
Juga disebutkan dalam HR.Abu Daud dan Tirmidzi dari Abu Maryam, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang diangkat oleh Allah menjadi pemimpin bagi kaum muslimin, lalu ia menutupi dirinya tanpa memenuhi kebutuhan mereka, (menutup) perhatian terhadap mereka, dan kemiskinan mereka. Allah akan menutupi (diri-Nya), tanpa memenuhi kebutuhannya, perhatian kepadanya, dan kemiskinannya.”(HR.Abu Daud dan Tirmidzi dari Abu Maryam)
Dengan penjelasan Al-Qur’an dan hadist di atas sudah jelas berasal dari Allah sebagai Zat pembuat hukum. Masih ragukah untuk menerapkannya? Yakinlah hanya sistem Islam yang dapat memanusiakan manusia, dan kebijakan-kebijakan yang diterapkanpun sudah pasti akan mensejahterakan rakyat. Sehingga akan terwujud Islam yang Rahmatan Lil’alamin secara menyeluruh.
Wallahu a’lam bishshowab.