| 4 Views
Kelaparan Sistemis, Gaza Butuh Negara

Oleh: Dian Harisah
Terhitung dua puluh satu bulan Palestina dalam serangan, pengepungan dan pelaparan sistemis oleh Israel. Tak hanya itu, blokade penuh yang diberlakukan Israel atas wilayah Palestina sejak 2 Maret 2025 lalu telah menutup akses 71% bantuan bagi warga Palestina menambah rentetan penderitaan rakyat Palestina. Kelaparan massal yang terjadi akibat kesengajaan ini telah menambah panjang deret kekejaman Israel atas Palestina.
Israel tidak hanya memblokade bantuan akan tetapi juga menghancurkan bantuan tersebut, sebagaimana dilansir sindonews.com 26/7/2025 bahwa Israel telah menghancurkan tidak kurang dari 1000 truk bantuan kemanusiaan atas Palestina berupa bahan makanan dan obat-obatan dengan alasan yang mengada-ada. Israel mengklaim adanya kegagalan proses distribusi bantuan di Gaza diakibatkan Hamas yang memonopoli bantuan, meski hal ini disangkal langsung oleh relawan PBB.
Sehingga yang terjadi bukan hanya kelaparan massal akan tetapi pelaparan sistemis. Sebagaimana dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia makna imbuhan pe-an bisa menyatakan proses atau upaya secara sadar. Sehingga makna pelaparan sistemis disini diartikan memang ada upaya secara sengaja menjadikan rakyat Palestina mengalami kelaparan massal yang berkepanjangan.
Tak pelak, apa yang dilakukan Netanyahu dengan menutup akses bantuan international atas warga Palestina mendapat hujatan internasional. Karena adanya desakan internasional untuk menghentikan aksinya, Israel pun melonggarkan pengepungan yang dilakukan agar bantuan bisa masuk ke Palestina. Nyatanya, bantuan yang disalurkan tidak lebih dari 5% saja dari kebutuhan warga Palestina. Maka nyatalah, pelonggaran perbatasan bukan solusi atas pelaparan sistemis yang terjadi.
Lantas, apa langkah dunia menghentikan kekejian Israel? Kompas.tv 27/7/2025 menyebutkan bahwa Presiden Prancis, Emmanuel Macron mendukung Palestina. Macron menyampaikan dukungannya terhadap solusi dua negara sebagai alternatif membangun masa depan Israel yang damai dan aman dengan negara tetangganya. Inipun bukan solusi atas penderitaan rakyat Palestina karena tidak menyentuh akar masalah Palestina Israel.
Mengirim bantuan bahan pangan dan obat-obatan pun tidak menyelesaikan permasalahan pelaparan yang terjadi. Nyatanya, masih ada ribuan paket untuk Gaza yang tertahan dan Israel akan menghancurkannya jika tidak segera didistribusikan.
Menyentuh Akar Masalah
Korban yang berjatuhan dalam kurun waktu hampir dua tahun ini terus bertambah menyentuh 60.000 korban jiwa. Tentu saja hal ini sangat jauh dibandingkan dengan perang Vietnam yang terjadi hampir selama 20 tahun dengan korban jiwa 65.000 jiwa. Ini jelas nyata genosida yang dilakukan Israel atas Palestina. Dalam waktu sepersepuluhnya dengan jumlah korban jiwa yang hampir sama.
Pemborbadiran oleh Israel atas wilayah Palestina mencapai 80% infrastruktur, termasuk rumah sakit, sekolah, masjid, rumah dan tempat pengungsian. Itu artinya sejauh mata memandang hampir semua tampak sama berupa reruntuhan bangungan, tidak ada yang berbeda. Tidak berhenti disitu, mereka melakukan pembantaian juga terhadap warga yang mengantre bantuan tanpa melihat wanita, anak-anak ataupun lansia. Semua menjadi sasaran tembak.
Sejatinya, permasalahan Palestina adalah perampasan, penguasaan dan penjajahan. Sehingga solusi paripurna atas berbagai permasalahan yang terjadi adalah pengusiran penjajah yakni Israel atas bumi Palestina. Bantuan makanan dan obat-obatan ataupun solusi dua negara tidak akan berhasil mengakhiri kekejian Israel.
Yang menjadi pertanyaan berikutnya adalah, negara manakah yang akan mampu mengusir zionis Israel dari Palestina? Harapan itu tidak mungkin kita sandarkan kepada negara adidaya Amerika Serikat (AS) kini, yang nyata pembelaannya pada Israel. Negara yang mampu menyelesaikan permasalahan manusia tidak terbatas pada masalah Palestina adalah negara yang dijanjikan Rasulullah Muhammad SAW yakni Khilafah.
Khilafah inilah yang akan menerapkan seluruh hukum Islam di seluruh aspek kehidupan baik di dalam negeri ataupun luar negeri. Menjadi perisai yakni pelindung warga negaranya, mengurus seluruh kebubutuhannya baik kebutuhan pokok individu maupun komunal. Negara yang yang tidak mengenal sekat nasionalisme, yang mampu menyatukan seluruh kekuatan Kaum Muslimin di bawah kepemimpinannya. Mampu memobolisasi seluruh potensi pemuda umat Islam dalam satu komando.
Tugas dan tanggung jawab kita saat ini adalah berupaya serius mewujudkan institusi tersebut bersama kelompok dakwah ideologis yang serius mengupayakan tegaknya Khilafah. Karena diam atas derita Palestina bukanlah ketidakmampuan akan tetapi pengkhianatan dan kejahatan.
Wallahu'alam