| 3 Views
One Piece adalah Cermin Ketidakadilan Negeri Kapitalisme. Kini Saatnya Kita Menuju One Ummah, Persatuan Umat Menuju Kebangkitan yang Hakiki

Oleh : Ummu Ainul Mardhiah
Seruan mengibarkan bendera bajak laut One Piece saat HUT RI ke-80 adalah cermin ekspresi kekecewaan rakyat terhadap ketidakadilan terhadap rakyatnya. Gerakan ini bukanlah bentuk makar, melainkan simbol bahwa rakyat mencintai negeri ini, namun masyarakat tidak rela negerinya terus di dera penderitaan akibat ulah oligarki elite kapital yang berkuasa dinegri Indonesia saat ini.
KOMPAS.com - Anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar, Firman Soebagyo, menyatakan penolakannya terhadap aksi pengibaran bendera bergambar bajak laut dari serial One Piece yang dilakukan oleh sejumlah pengemudi truk dan masyarakat. Ia menilai tindakan tersebut berpotensi menjadi simbol pembangkangan terhadap negara, terlebih menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus.
Cerita One Piece mencerminkan kondisi di Indonesia yang saat ini sedang tidak baik - baik saja yang di mana segelintir elit para kapital para pejabat telah menikmati kekuasaan, sementara rakyatnya terus menerus tertindas dan mengalami kemiskinan secara gelobal. Meski secara formal merdeka, rakyat belum merasakan kemerdekaan sejati dalam kehidupan mereka, karena kebijakan yang condong kepada elit para kapital yang saat ini sedang berkuasa dan bertengger menikmati kekuasaannya dinegri ini.
Akar masalah negeri ini lagi - lagi sejatinya adalah sistem Kapitalisme. Penerapan sistem kapitalisme telah melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Kebijakan dibuat demi kepentingan para elite dan oligarki, sehingga rakyat terus tercekik oleh kezaliman struktural penguasa hari ini , mirip dengan sistem dunia dalam cerita One Piece yang penuh korupsi bahkan penindasan dan ketidak Adilan dalam mengurusi masyarakatnya.
Umat harus disadarkan bahwasanya problem mendasar yang dihadapi saat ini adalah penerapan sistem buatan manusia, bukan dari Allah semata. Hanya dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah, umat akan terbebas dari kemudharatan sistem kapitalisme.
Bisa kita ketahui bersama bahwasannya Islam diturunkan bukan sekadar ajaran spiritualnya saja tetapi sebagai sistem kehidupan yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan
Di antaranya adalah dosa yang begitu keras diingatkan oleh Al-Qur’an dan Nabi saw. adalah kezaliman. Banyak nas Al-Qur’an maupun al-Hadis yang mengecam serta mengancam kezaliman dan para pelakunya. Demikian kerasnya ancaman tersebut hingga Rasulullah saw. pun amat khawatir jika kelak menghadap Allah Swt. harus menghadapi tuntutan orang-orang yang terzalimi. Beliau bersabda,
وَإِنِّي لَأَرْجُو أَنْ أَلْقَى اللَّهَ وَلَيْسَ أَحَدٌ مِنْكُمْ يُطَالِبُنِي بِمَظْلَمَةٍ فِي دَمٍ وَلَا مَالٍ
Sungguh aku berharap berjumpa dengan Allah, sementara tidak ada seorang pun dari kalian yang menuntut aku karena suatu kezaliman terkait darah maupun harta.” (HR Abu Dawud)
Kezaliman Adalah Dosa Besar
Imam al-Jurjani dalam kitabnya, At-Ta’rifât, menyebutkan bahwa arti zalim adalah menyimpang dari kebenaran menuju pada kebatilan. Kezaliman merupakan kejahatan. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ayat yang mengingatkan kerasnya ancaman Allah Swt. terhadap pelaku kezaliman, di antaranya,
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِمْ مَا تَرَكَ عَلَيْهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ
“Andai Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di muka bumi satu makhluk melata pun. Namun, Allah menangguhkan mereka sampai pada waktu yang ditentukan. Lalu jika telah tiba waktunya (yang telah ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (QS An-Nahl [16]: 61).
Allah Swt. bahkan telah mengharamkan (menafikan) kezaliman atas Diri-Nya sendiri. Karena itu Allah Swt. pun telah mengharamkan umat manusia melakukan kejahatan tersebut. Di dalam Hadis Qudsi Allah Swt. berfirman,
يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي، وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوا
“Hamba-Ku, sungguh Aku telah mengharamkan kezaliman atas Diri-Ku dan Aku pun telah mengharamkan kezaliman itu atas kalian. Karena itu janganlah kalian saling menzalimi.”(HR Muslim)
Nabi saw. mengingatkan bahwa kelak pada hari pembalasan setiap kezaliman akan dibalas dengan balasan setimpal. Bahkan, binatang pun diberi kesempatan untuk membalas tindak kezaliman yang mereka alami. Beliau bersabda,
يَقْضِي اللهُ بَيْنَ خَلْقِهِ، الْجِنِّ ، وَالإِنْسِ، وَالْبَهَائِمِ، وَإِنَّهُ لَيَقِيدُ يَوْمَئِذٍ الْجَمَّاءَ مِنَ الْقَرْنَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ تَبِعَةً عِنْدَ وَاحِدَةٍ لأُخْرَى قَالَ اللهُ: كُونُوا تُرَابًا، فَعِنْدَ ذَلِكَ يَقُولُ الْكَافِرُ: يَا لَيْتَنِي كُنْتُ تُرَابًا
“Allah akan menegakkan kisas di antara semua makhluk-Nya; jin, manusia, dan binatang. Pada hari itu, kambing yang tidak memiliki tanduk akan membalas (kezaliman) kambing yang bertanduk. Lalu setelah tidak tersisa lagi kezaliman apa pun yang belum terbalaskan, Allah berfirman kepada binatang, ‘Jadilah kalian tanah.’ Pada saat itulah orang kafir berkata, ‘Andai saja aku pun menjadi tanah.’” (HR Ibnu Jarir)
Di antara kezaliman yang begitu keras diingatkan oleh syariat Islam adalah kezaliman yang dilakukan penguasa terhadap rakyatnya. Hal ini terjadi saat para penguasa tidak mengurus rakyat dengan syariat Allah Swt., tidak menunaikan hak-hak mereka, malah justru menipu dan merampas hak-hak mereka. Betapa banyak para pemimpin yang banyak berjanji kepada rakyatnya, tetapi sebanyak itu pula mereka mengingkari janji-janji mereka. Contohnya, janji untuk menghentikan impor, tidak menambah utang, tidak menaikkan harga berbagai kebutuhan rakyat, dan lain-lain. Rasulullah saw. telah mengancam penguasa semacam ini,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ غَاشًّا لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
Siapa saja yang diamanahi oleh Allah untuk mengurus rakyat, lalu mati dalam keadaan menipu rakyatnya, niscaya Allah mengharamkan surga atas dirinya. (HR Muslim)
Ironinya, berbagai kebutuhan rakyat seperti listrik, gas, BBM, dan sebagiannya, yang hakikatnya dalam Islam adalah milik rakyat diperjualbelikan kepada rakyat dengan harga yang terus-menerus naik. Padahal, Nabi saw. telah memperingatkan bahwa sikap memperdagangkan urusan/kepentingan rakyat adalah pengkhianatan yang paling besar. Beliau bersabda,
إِنَّ مِنْ أَخْوَن الْخِيَانَة تِجَارَة الْوَالِى فِى رَعِيَّتِهِ
Sungguh pengkhianatan paling besar adalah saat penguasa memperdagangkan (urusan/kepentingan) rakyatnya.” (HR Abu Nu’aim)
Kita harus menyadari bahwasanya Haram hukumnya Mendiamkan Kemungkaran Dan kezaliman penguasa saat ini. Sikap mendiamkan kezaliman juga merupakan kemungkaran. Kaum muslim telah diperintahkan untuk melawan kezaliman. Bukan berdiam diri, apalagi bersekutu dengan pelaku kezaliman. Umat muslim bukanlah kaum Bani Israil yang biasa mendiamkan kemungkaran hingga mendapatkan laknat para nabi (Lihat: QS Al-Maidah [5]: 78-79).
Kaum muslim justru memiliki predikat sebagai umat terbaik karena memiliki tabiat gemar melakukan amar makruf nahi mungkar. Jika tabiat itu hilang, hilang pula status mereka sebagai umat terbaik. Allah Swt. berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
Kalian umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena kalian melakukan amar makruf nahi mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran [3]: 110)
Ada sejumlah sikap yang harus dilakukan umat saat menghadapi kezaliman sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.
Pertama, beramar maruf nahi mungkar. Rasulullah saw. mengingatkan kaum muslim akan dampak membiarkan kemungkaran, yakni Allah Swt. akan meratakan azab-Nya kepada mereka. Sabda beliau,
مَا مِنْ رَجُلٍ يَكُونُ فِي قَوْمٍ يُعْمَلُ فِيهِمْ بِالْمَعَاصِي يَقْدِرُونَ عَلَى أَنْ يُغَيِّرُوا عَلَيْهِ فَلَا يُغَيِّرُوا إِلَّا أَصَابَهُمْ اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَمُوتُوا
Tidaklah seseorang berada di tengah-tengah suatu kaum yang di dalamnya dilakukan suatu kemaksiatan yang mampu mereka ubah, tetapi mereka tidak mengubah kemaksiatan tersebut, niscaya Allah akan menimpakan siksa-Nya kepada mereka sebelum mereka mati.” (HR Abu Dawud)
Hadis ini menegur dengan keras sikap sebagian orang yang memilih mendiamkan kemungkaran dengan berbagai alasan, seperti wajib taat kepada ulil amri, atau ikhlas menerima takdir Allah. Sikap seperti itulah yang justru menyebabkan Allah Swt. meratakan azab-Nya hingga membinasakan umat manusia.
Amar makruf nahi mungkar di hadapan penguasa zalim dipuji oleh Nabi saw. sebagai jihad yang paling utama. Sabda beliau,
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ
“Jihad yang paling utama adalah menyatakan keadilan di hadapan penguasa zalim.” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan ad-Dailami)
Yang kedua, tidak condong pada apalagi bersekutu dengan kezaliman. Allah Swt. berfirman,
وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
Janganlah kalian cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kalian disentuh api neraka.” (QS Hud [11]: 113)
Pada ayat di atas adalah rida terhadap kezaliman yang dilakukan para pelakunya. Jadi, jangankan bersekutu dengan kezaliman, bersikap rida saja terhadap kezaliman sudah Allah Swt haramkan. Apalagi mendukung, memberi fatwa, dan malah menyerang umat yang terzalimi.
Yang ketiga, tidak menjadi bagian dari kekuasaan zalim. Rasulullah saw. bersabda,
يَكُونُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ أُمَرَاءُ ظَلَمَةٌ، وَوُزَرَاءُ فَسَقَةٌ، وَقُضَاةٌ خَوَنَةٌ، وَفُقَهَاءُ كَذَبَةٌ، فَمَنْ أَدْرَكَ مِنْكُمْ ذَلِكَ الزَّمَنَ فَلا يَكُونَنَّ لَهُمْ جَابِيًا وَلا عَرِيفًا وَلا شُرْطِيًّا
Akan ada pada akhir zaman para penguasa zalim, para pembantu (pejabat pemerintah) fasik, para hakim pengkhianat dan para ahli hukum Islam pendusta. Siapa saja di antara kalian yang mendapati zaman itu, janganlah kalian menjadi pemungut cukai, tangan kanan penguasa, dan polisi.”(HR Ath-Thabarani)
Keempat, mendoakan pelaku kezaliman agar mendapat keburukan sebagai balasan atas sikap-sikap mereka. Nabi saw. pun mendoakan mereka,
اللَّهُمَّ مَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَشَقَّ عليهم، فَاشْقُقْ عليه، وَمَن وَلِيَ مِن أَمْرِ أُمَّتي شيئًا فَرَفَقَ بهِمْ، فَارْفُقْ بهِ
“Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia menyusahkan mereka, maka susahkanlah dia. Siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia menyayangi mereka, maka sayangilah dia.” (HR Muslim)
Doa yang mengandung keburukan pada hakikatnya adalah terlarang, kecuali doa orang-orang terzalimi atas para pelaku kezaliman (Lihat: QS an-Nisa’ [4]: 148).
Hal ini sejalan dengan peringatan yang disampaikan Nabi saw. agar mewaspadai doa orang yang terzalimi lantaran cepat dikabulkan oleh Allah Swt.,
اِتَّقِ دَعْوةَ الْمَظْلُوْمِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَ بَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Takutlah kalian terhadap doa orang-orang yang terzalimi karena tidak ada hijab antara doanya dan Allah (doanya pasti dikabulkan).”(HR Muslim)
Bisa kita amati bahwasannya saat ini kesadaran rakyat yang mulai muncul harus diarahkan kepada perjuangan yang hakiki bahkan mengubah sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan Khilafah. Bukan sekadar simbolik, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah dan perubahan sistem Islam yang hakiki. Wahai kaum muslim kini saatnya kita Tumbangkan kezaliman dan penindasan penguasa terhadap rakyatnya. Ubahlah segala bentuk kemungkaran menuju tegaknya syariat Islam dalam institusi Khilafah ‘ala minhâj an-nubuwwah.
Wallahu'alam bishawab