| 18 Views

Paham yang Membuat Sekat dan Berkarat Rasa Persatuan Kaum Muslimin

Oleh: Diana Nofalia, S.P.
Aktivis Muslimah

Pemerintah Mesir dilaporkan mendeportasi puluhan aktivis yang berencana mengikuti konvoi kemanusiaan dengan tujuan melawan blokade Israel di Jalur Gaza. Aksi Global March to Gaza yang sedianya dimulai pada Minggu (15/6/2025) besok bertujuan untuk menekan pihak-pihak terkait agar membuka blokade Gaza yang digempur Israel sejak Oktober 2023.

Seorang pejabat Mesir menyatakan, pemerintah setempat telah mendeportasi lebih dari 30 aktivis di hotel dan Bandara Internasional Kairo. Pejabat itu menyebut para aktivis dideportasi karena "tidak mengantongi izin yang diperlukan." (https://www.kompas.tv/internasional/599202/global-march-to-gaza-mesir-usir-puluhan-aktivis-yang-akan-ikut-perjalanan-menentang-blokade-israel)

Saat melakukan pawai gerakan Global March to Gaza, para peserta membawa bendera Palestina, poster-poster bertuliskan pesan perdamaian, dan mengenakan atribut khas sebagai bentuk dukungan moral terhadap warga Gaza yang tengah mengalami krisis kemanusiaan akibat blokade berkepanjangan dari Israel. (https://www.liputan6.com/photo/read/6053092/beri-dukungan-untuk-palestina-warga-gaungkan-aksi-global-march-to-gaza-di-kawasan-bundaran-hi-jakarta?page=1)

Munculnya gerakan Global March To Gaza (GMTA) menujukkan kemarahan umat yang sangat besar. Akan tetapi dengan alasan tidak mengantongi izin yang diperlukan, beberapa aktivis gerakan ini dideportasi oleh pejabat Mesir. Hal itu menandakan bahwa tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa hari ini.

Tertahannya mereka di pintu Raffah justru makin menunjukkan bahwa gerakan kemanusiaan apapun tidak akan pernah bisa menyolusi masalah Gaza. Hal ini disebabkan karena adanya pintu penghalang terbesar yang berhasil dibangun penjajah di negeri-negeri kaum muslimin, yakni nasionalisme dan konsep negara bangsa. Paham ini telah menyekat-nyekat negeri kaum Muslim.

Paham ini telah memupus hati nurani para penguasa muslim dan tentara mereka, hingga rela membiarkan saudaranya dibantai di hadapan mata. Bahkan mereka ikut menjaga kepentingan pembantai hanya demi meraih keridaan negara adidaya yang menjadi tumpuan kekuasaan mereka yakni Amerika. Sekat-sekat nasionalisme telah menjadikan hati sebagian pemimpin kaum muslimin berkarat.

Maka dari itu Umat Islam harus paham betapa bahayanya paham nasionalisme dan konsep negara bangsa, dilihat dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Keduanya justru digunakan musuh-musuh Islam untuk meruntuhkan persatuan kaum muslimin dan melanggengkan penjajahan di negeri-negeri islam. Paham ini tidak boleh bercokol di hati dan pikiran kaum Muslim.

Umat Islam juga harus paham bahwa arah pergerakan mereka untuk menyolusi konflik Palestina harus bersifat politik. Caranya adalah dengan fokus membongkar sekat negara bangsa dan mewujudkan satu kepemimpinan politik Islam di dunia.

Untuk itu penting mendukung dan bergabung dengan gerakan politik ideologis. Gerakan ini berjuang tanpa kenal sekat, dan terbukti konsisten memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam tersebut di berbagai tempat. Gerakan ini bergerak demi kembalinya kemuliaan peradaban Islam dan terwujudnya persatuan umat.

Wallahu a'lam.


Share this article via

23 Shares

0 Comment