| 87 Views
Tragedi Gaza: Jalan Keluar Melalui Jihad dan Tegaknya Khilafah

Oleh : Ummu Aura
Aktivis Muslimah Peduli Umat
Saudara-saudari kita di Gaza tengah menghadapi bencana kelaparan yang mengancam nyawa. Program Pangan Dunia (WFP) mengumumkan bahwa pasokan makanan telah menipis. Dalam pernyataannya, mereka mengatakan bahwa bantuan terakhir telah disalurkan ke sejumlah dapur umum di Gaza. WFP memperkirakan seluruh dapur akan tutup dalam beberapa hari mendatang. Kondisi ini memprihatinkan, mengingat sekitar 80% dari dua juta warga Gaza bergantung pada dapur-dapur tersebut. Selama ini, WFP mendukung 37 dapur umum yang mampu menyediakan 500.000 porsi makanan setiap hari. Belum ada kepastian mengenai berapa banyak dapur yang masih bisa beroperasi setelah persediaan habis.
Blokade total yang diberlakukan oleh Zionis sejak 2 Maret menyebabkan penderitaan luar biasa. Dengan alasan menekan Hamas agar membebaskan para sandera, Zionis menutup semua jalur masuk ke Gaza. Mereka menghancurkan wilayah tersebut dan menambah penderitaan warga dengan memutus akses bantuan makanan, medis, dan kemanusiaan.
Kejahatan ini terlihat jelas oleh dunia, tetapi Barat, PBB, dan penguasa negeri-negeri muslim memilih bungkam. Penguasa muslim tidak mampu bertindak tegas terhadap rezim Zionis, padahal jumlah mereka sangat kecil dibandingkan umat Islam yang mencapai miliaran. Dengan populasi hanya 9,4 juta, Zionis ibarat debu jika dibandingkan dengan umat Islam dunia yang mencapai lebih dari dua miliar jiwa.
Kewajiban Bersama
Penderitaan Gaza adalah urusan kita sebagai satu tubuh umat Islam. Rasulullah Saw bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak membiarkannya disakiti. Siapa yang membantu saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang meringankan kesusahan saudaranya, maka Allah akan meringankan kesusahannya pada hari kiamat. Dan siapa yang menutup aib saudaranya, maka Allah akan menutup aibnya di hari kiamat.” (HR Bukhari No. 2262).
Gaza adalah cerminan kita, dan sebaliknya. Bantuan berupa makanan dan obat-obatan memang penting, namun pembebasan Palestina dari penjajahan Zionis adalah prioritas utama. Hal ini hanya bisa terwujud melalui kesatuan umat dan pengiriman kekuatan militer untuk membela saudara seiman.
Sampai kapan kita hanya menjadi penonton atas genosida dan kelaparan di Gaza? Anak-anak yang menjadi korban akan menjadi saksi atas kelalaian kita. Perempuan dan orang tua di sana bisa menjadi alasan berat dalam hisab kita di akhirat jika kita hanya diam tanpa upaya.
Umat perlu membuka mata terhadap kenyataan bahwa tragedi ini adalah tanggung jawab bersama. Jangan lagi menggantungkan harapan pada badan-badan dunia seperti PBB yang nyatanya berpihak pada Barat. Kelemahan PBB sudah sangat nyata dalam menghadapi hegemoni negara-negara kuat seperti AS dan sekutunya.
Sejarah pendirian PBB pun erat dengan campur tangan Amerika. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir halaman 205 menjelaskan bahwa sejak awal, PBB ditujukan untuk membentuk dunia di bawah dominasi negara-negara Kristen, terutama AS. PBB menjadi alat penjaga tatanan internasional versi kapitalis, yang menekan negara-negara lain agar tunduk pada aturan mereka. Mereka menggunakan kekuatan senjata untuk memaksakan prinsip mereka ke seluruh dunia. Konsep “hukum internasional” yang mereka bawa adalah bentuk penjajahan ideologis dan politik yang nyata.
Umat Islam berkewajiban membebaskan Palestina, dan itu hanya bisa dilakukan melalui jihad yang dipimpin oleh seorang khalifah. Khalifah adalah pelindung sejati umat, sebagaimana dulu Palestina berada di bawah perlindungan kekuasaan Islam.
Jihad dan Khilafah sebagai Jalan Penyelesaian
Membebaskan tanah suci dari penjajahan Zionis adalah amanah besar bagi umat. Shalahuddin al-Ayyubi tidak berkompromi dengan Paus Gregory VIII, namun memimpin pasukan dalam Perang Hittin dan menaklukkan kekuatan salibis. Sejarah tidak mencatat adanya perundingan damai antara umat Islam dan penjajah yang terang-terangan memerangi Islam.
Solusi dua negara yang digembar-gemborkan adalah bentuk pengkhianatan terhadap perjuangan. Membisu atas kezaliman dan berpaling dari nasib Palestina adalah tanggung jawab berat di hadapan Allah Swt. Melupakan nasib rakyat Palestina sama dengan mengabaikan perintah agama dan nilai kemanusiaan.
Apa yang bisa kita katakan kelak ketika Rasulullah Saw bertanya tentang kepedulian kita terhadap saudara seiman? Bukankah beliau bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari Muslim).
Jihad dan Khilafah merupakan solusi menyeluruh yang wajib terus disampaikan. Umat harus bangkit dan berdakwah untuk menyadarkan bahwa penjajahan hanya dapat dihentikan dengan kekuatan syar’i dan penerapan Islam secara total.
Hal ini menuntut proses panjang berupa pembinaan umat yang dilakukan secara individu maupun kolektif oleh gerakan dakwah yang lurus dan memiliki visi ideologis. Tujuannya agar umat memahami secara utuh bahwa satu-satunya jalan keluar dari penjajahan adalah melalui jihad dan Khilafah. Umat harus mengerti bahwa untuk kembali meraih kejayaan dan persatuan, hanya syariat Islam secara kaffah di bawah naungan Khilafah yang bisa mewujudkannya.
Wallahu a’lam bishshawab.