| 94 Views
Puncak Kerusakan Sistem Pendidikan Kapitalisme

Oleh : Dewi Yuliani
Pemanfaatan Teknologi untuk mengakali test UTBK menggambarkan buruknya akhlak calon mahasiswa. Hal ini juga mengukuhkan gagalnya sistem Pendidikan dalam mewujudkan generasi berkepribadian Islam dan memiliki ketrampilan. Kecurangan yang sistemis ini berdampak pada lahirnya sumber daya manusia (SDM) yang culas, bermental lemah, enggan bekerja keras, serta tidak kapabel. Jika mental generasi sejak awal sudah demikian, bisa dibayangkan kondisinya ketika mereka menjadi pejabat. Ketika dewasa mereka akan menjadi pejabat bermental korup yang menggunakan kekayaan negara dan rakyat untuk keuntungan pribadi dan kroninya.
Ini adalah fakta buram dunia pendidikan kita. Pendidikan yang seharusnya mencetak siswa yang jujur ternyata justru dilingkupi kecurangan. Siswa menghalalkan segala cara demi memperoleh nilai yang bagus dalam ujian. Pola pikir menghalalkan segala cara ini tidak lepas dari proses pendidikan saat ini yang materialistis. Dalam sistem pendidikan kita, yang terpenting adalah nilai bagus, entah dengan cara apa. Sistem pendidikan materialistis ini tegak di atas asas sekularisme liberal yang memisahkan agama dari kehidupan dan membebaskan manusia untuk bertingkah laku, termasuk bebas untuk berbuat curang.
Kurikulum pendidikan yang sekuler memberi porsi amat sedikit pada materi pendidikan agama Islam. Pada madrasah memang porsinya lebih banyak, meski tidak sebanyak pelajaran umum, tetapi konten materinya makin sekuler seiring dengan arus moderasi pendidikan.
Materi Islam disampaikan hanya sebagai hafalan demi mendapatkan nilai bagus, bukan untuk diamalkan sebagai karakter muslim bertakwa. Akibatnya, materi agama Islam tidak membekas pada perilaku siswa, termasuk ketika mengerjakan ujian. Ditambah lagi para guru disibukkan dengan mengejar jumlah jam mengajar demi memperoleh tunjangan dan kewajiban administrasi yang banyak dan rumit sehingga kurang memperhatikan aspek kepribadian siswa.
Berbeda halnya didalam sistem pendidikan Islam, terwujudlah siswa-siswi yang menjunjung kejujuran dalam ujian karena hal itu sebagai bagian dari pelaksanaan syariat Islam kafah. Para guru di sekolah dipilih dari orang-orang yang bertakwa, berilmu, dan profesional sehingga bisa menjadi pendidik kepribadian Islam pada siswanya sekaligus menjadi teladan dalam kebaikan.
Sistem ujian dalam Khilafah didesain untuk mengetahui betul kemampuan siswa. Pada mata pelajaran yang mengharuskan ujian praktik akan diselenggarakan ujian praktik. Selain ujian tertulis, juga ada ujian lisan (wawancara) sehingga efektif memastikan kemampuan siswa.
Pendidikan dalam Khilafah diselenggarakan negara secara gratis bagi seluruh rakyat sehingga siswa tidak terbebani dengan biaya sekolah/kuliah yang mahal. Semua orang berkesempatan belajar, tanpa memperhatikan kondisi ekonominya. Meski gratis, kualitas pendidikan dalam Khilafah dijamin bagus, bahkan terbaik dibandingkan negara-negara yang lain.
Sekolah dan kampus diberikan fasilitas, sarana, prasarana, dan infrastruktur yang bagus sehingga bisa menyelenggarakan pendidikan secara optimal tanpa terkendala anggaran. Baitulmal membiayai semua kebutuhan pendidikan, baik untuk infrastruktur maupun gaji guru. Guru dalam Khilafah memperoleh gaji yang tinggi sehingga fokus mengajar siswanya dan tidak terbebani dengan tugas administrasi yang pelik karena konsep administrasi dalam Khilafah adalah sederhana (tidak rumit) dan efektif.
Sistem kehidupan dalam Khilafah mendukung terwujudnya generasi yang jujur. Sistem politik dan pemerintahannya bersih, tidak boleh ada suap, politik uang, atau berbagai jenis tindakan korup yang lain. Pejabat yang terbukti berbuat khianat dan ghulul (curang) akan diberi sanksi yang tegas dan menjerakan. Dalam sistem kehidupan Islam, terwujudlah masyarakat bertakwa dan jauh dari tindakan curang, termasuk dalam pendidikan.
Wallahualam bissawab.