| 66 Views

Palestina Tidak Membutuhkan Kencaman dan Seruan, Tapi Butuh Tentara

Oleh : Sukey
Aktivis Muslimah Ngaji 

Genosida di Gaza oleh Israel yang sedang berlangsung telah memberikan dampak yang menghancurkan bagi rakyat Palestina, ekonomi mereka, dan pembangunan manusia di wilayah Palestina yang diduduki. Hal itu berdasarkan laporan gabungan Komisi Ekonomi dan Sosial untuk Asia Barat (ESCWA) dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) yang diterbitkan pada November 2023.

Menurut Biro Statistik Pusat Palestina (PCBS), ekonomi Palestina diperkirakan kehilangan 8,7% dari produk domestik bruto (PDB) riilnya pada tahun 2023 dan diperkirakan akan kehilangan 25,8% pada tahun 2024 (setara dengan USD6,9 miliar) dibandingkan dengan PDB kumulatif yang diproyeksikan sebelum konflik untuk tahun 2023 dan 2024 dalam enam bulan pertama perang.

Jika perang berlanjut, kerugian PDB dapat mencapai 29% pada tahun 2024 (USD7,6 miliar dibandingkan dengan PDB yang diproyeksikan sebelum konflik untuk tahun 2023 dan 2024) pada bulan kesembilan. Semua sektor ekonomi telah terkena dampak yang parah, dengan sektor konstruksi mengalami penurunan paling substansial sebesar 75,2% (Sindo news.com/11/09/2024).

Otoritas kesehatan yang berbasi di Gaza merilis jumlah warga Palestina yang tewas selama konflik dengan Israel. Selama 24 jam terakhir, militer Israel menewaskan 32 warga Palestina dan melukai 100 lainnya. Menjadikan jumlah korban tewas mencapai 41.020 orang, sementara jumlah korban luka-luka mencapai 94.925 orang (20.detik.com/11/09/2024).

Kecaman demi kecaman telah ditujukan kepada kaum zionis Israel bukan hanya satu negara melainkan hampir seluruh negara telah mengutuk perbuatan biadab kaum zionis tersebut. Namun, tidak membuat mereka menghentikan serangannya. Malah sebaliknya mereka terus menyerang warga Palestina hal ini dilakukan karena mereka ingin menguasai tanah Palestina yang bukan hak mereka.


Seperti halnya dalam pertemuan Indonesia - Afrika Parliamentary Forum (IAPF) yang diadakan di Nusa Dua, Kabupaten Badang, Bali, Ketua DPR RI Puan Maharani membuka pertemuan tersebut dengan mengatakan bahwa nilai tambah akan didapat jika kerja sama IAPF dapat berkontribusi mewujudkan aspirasi rakyat di Afrika dan Indonesia untuk menikmati kehidupan yang lebih damai dan sejahtera, karena menurutnya Indonesia dan Afrika harus memajukan nilai-nilai demokrasi dan dapat menghargai hak asasi manusia dengan menegakkan rule of law (tvonenews.com, 1/9/2024).

Hal serupa juga disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, beliau menegaskan bahwa parlemen mempunyai peran dalam memobilisasi tekanan publik internasional dalam upaya mengakhiri genosida di Palestina. Namun, semua hal yang mereka sampaikan hanyalah sebuah wacana belaka karena kecaman-kecaman yang diajukan para pejabat hanyalah pencitraan saja, semua itu tidak akan terwujud tanpa adanya peran negara dalam mengatasi setiap konflik yang ada di seluruh dunia.

Seruan demi seruan dan kecaman untuk mengakhiri konflik di Palestina sudah lama di gaungkan oleh pejabat atau penguasa negeri muslim. Apalagi, Mahkamah Internasional pun tidak luput memberi seruan dan kecaman. Akan tetapi, seruan-seruan itu tidak membuktikan bisa menghentikan genosida yang dilakukan zionis kepada Palestina. Justru serangan mereka semakin brutal, tidak beradab, dan tidak manusiawi. 

Dengan demikian, sikap pejabat atau penguasa negeri muslim yang memilih hanya sekedar seruan hentikan genosida di Palestina, sejatinya sikap tersebut dapat dikatakan sebagai pencitraan belaka. Secara fakta keberadaan zionis jelas sebagai penjajah yang sengaja ditanamkan oleh Amerika Serikat yang memegang Ideologi Kapitalisme. Tujuannya jelas zionis dipelihara untuk menjaga kepentingan AS di tanah-tanah kaum muslim. 

Hingga saat ini pun tampak penyerangan itu tidak juga dihentikan. Malah penyerangan semakin membrutal dilakukan oleh zionis Israel. Lalu bagaimana solusi hakiki dalam penghentian genosida Palestina ini? Pengecaman tanpa aksi adalah bohong dan sebuah pencitraan belaka. Sebab, Kecaman yang dilakukan oleh penguasa-penguasa dunia tidaklah berlaku sama sekali.

Melawan tindak kedzaliman bukanlah dengan cara nasehat atau kecaman. Melainkan dengan pergerakan yang tegas yaitu menurunkan bantuan dengan mengirimkan tentara untuk menolong Palestina. Hanya satu-satu inilah solusi yang benar-benar dapat menghentikan genosida.

Sebagaimana potret pada sistem kejayaan Islam dulunya ke abad 1 hijriah. Ketika terjadi kezholiman. Pemimpin (Khalifah) sigap menurunkan pertolongan dengan mengirim tentara-tentara untuk memberikan bantuan kepada sesama saudaranya.

Kejahatan para pemimpin di Dunia Islam semakin nyata dengan penyesatan politik untuk menutupi kelemahan mereka dan mereka hanya memilih diam. Para pemimpin pengkhianat ini hanya berkoar-koar saja, cuma membantu Palestina dengan bantuan kemanusiaan dan gencatan senjata.

Namun, perihal itu tidaklah dapat menyelesaikan problem secara menyeluruh selama kejahatan pelaku utamanya masih bercokol di tanah kaum muslimin (penjajah Yahudi) tidak dihentikan. Bantuan kemanusiaan itu tidaklah dapat menghalangi mereka melakukan tindak kejahatan yang berulang bahkan lebih sadis lagi dari sebelumnya. Rumah penduduk sipil, rumah sakit, universitas ataupun sekolah yang sudah dibangun akan lebih banyak mereka hancurkan.

Sebagaimana islam menegaskan, apabila kaum kafir yang mengganggu atau sampai menghilangkan nyawa. Maka, wajiblah untuk di bunuh.

Hal ini di firmankan oleh Allah SWT :
"Bunuhlah  mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian." (TQS al-Baqarah [2]: 191).
Oleh karenanya, mengakhiri penderitaan rakyat Palestina tidak cukup hanya dengan seruan atau pernyataan politik. Apa yang dibutuhkan adalah tindakan nyata yang didasarkan pada nilai-nilai Islam, yang mengutamakan keadilan, ukhuwah, dan tanggung jawab bersama. Negara-negara Muslim harus mengambil peran aktif dalam melindungi Palestina, bukan hanya dengan diplomasi, tetapi juga dengan langkah-langkah konkret yang bisa menghentikan agresi Zionis.

Pendidikan Islam dalam sistem khilafah memberikan kerangka yang jelas bagi umat Muslim untuk tidak hanya memahami kebenaran, tetapi juga untuk bertindak demi menegakkan kebenaran tersebut. Tanpa tindakan yang tegas dan terstruktur, seruan untuk menghentikan genosida di Palestina hanya akan menjadi pencitraan tanpa aksi, retorika tanpa hasil. 

Wallahu a'lam bishshawab.


Share this article via

25 Shares

0 Comment