| 61 Views
Negara Mengabaikan Pemenuhan Kebutuhan Primer (Air)

Oleh : Nani, S.PdI
Relawan Opini Andoolo Sulawesi Tenggara
Air merupakan elemen penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa air. Itulah sebabnya air menjadi salah satu sistem penunjang kehidupan bagi manusia.
Menurut laporan Money Talks, Bambang Brojonegoro mengatakan bahwa konsumsi air galon dan air minum dalam kemasan menjadi salah satu faktor yang membuat kelas menengah tetap berada dalam kemiskinan (1/9/2024).
Pernyataan dan pendapat mantan menteri keuangan pemerintahan Jokowi ini menyedihkan, sama sekali tidak berarti dan konyol, kata Anthony Budiawan, direktur pelaksana PEPS (Political and Economic Policy Studies). Pernyataan-pernyataan Bambang jelas merupakan upaya untuk mencari kambing hitam atas kegagalan pemerintahan Jokowi dalam meningkatkan kesejahteraan dan mengurangi tingkat kemiskinan, sembari menyalahkan kebiasaan masyarakat dalam mengkonsumsi air minum dalam kemasan, kata Anthony Budiawan.
Kekeringan adalah fenomena yang terjadi pada musim kemarau, terutama kemarau panjang. Definisi umum dari kekeringan adalah ketika suatu wilayah, lahan atau masyarakat mengalami kekeringan dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Dampak dari kekeringan antara lain adalah matinya banyak spesies tanaman dan hewan, kelaparan massal karena lahan pertanian tidak terairi dengan baik, lingkungan yang kotor, dan merebaknya berbagai macam penyakit.
Faktor-faktor lain yang menyebabkan kekeringan antara lain adalah pemanasan global, kurangnya ruang terbuka hijau yang dapat digunakan untuk menyerap air hujan ketika musim hujan tiba, mata air yang jauh dari pemukiman atau berada jauh di bawah tanah, pengelolaan air oleh negara yang tidak sesuai dengan prosedur atau tata kelola yang buruk dan merusak.
Minimnya air bersih memaksa banyak warga untuk membeli air galon setiap harinya. Air tersebut digunakan untuk memasak dan mandi. Setiap hari, mereka menghabiskan lima galon dengan nilai nominal sekitar R20.000 per hari, yang berdampak pada pengeluaran tambahan dan memiskinkan kelas menengah.
Saat ini air dikemas dan dijual kepada masyarakat umum oleh banyak perusahaan, sehingga menghalalkan segala cara dalam sistem saat ini tanpa mempedulikan masyarakat. Yang terpenting bagi mereka adalah mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
Berbeda dengan sistem Islam, kebutuhan air adalah kebutuhan primer dan merupakan tanggung jawab negara dan disediakan dengan harga yang murah atau bahkan gratis.
Negara berkewajiban untuk mengatur air yang tersedia dengan hati-hati untuk memastikan bahwa air tersebut sesuai untuk memenuhi kebutuhan manusia dan terlebih lagi, layak untuk dikonsumsi. Khilafah mendorong perubahan dalam pengelolaan air untuk memastikan bahwa air aman dan layak dikonsumsi. Selain itu, karena air adalah milik umum, maka negara mengatur perusahaan-perusahaan yang mengemas air agar keberadaannya tidak menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan haknya.
Oleh karena itu, selama negara masih menggunakan konsep kapitalisme, maka tidak ada harapan untuk mengakhiri krisis air bersih. Satu-satunya solusi nyata yang dapat diharapkan oleh rakyat adalah solusi yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu syariat Islam yang diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.
Dengan memanfaatkan peran politik negara yang sah serta pemahaman dan prinsip-prinsip Islam tentang sumber daya air dan pengelolaan lingkungan, maka sumber daya air yang melimpah yang dianugerahkan Allah akan dapat dimanfaatkan secara optimal dan kebutuhan masyarakat akan terpenuhi.
Wallahu’alam.