| 8 Views

Menjalin Hubungan Erat Dengan Musuh Islam, Pantaskah ?

Oleh : Fatimah Nurul Jannah
Aktivis Muslimah

Kunjungan presiden Perancis Emmanuel Macron pada 27-29 mei di Indonesia menggambarkan hubungan ke 2 negara yang sangat hangat. Bapak presiden Prabowo pun menyambut kedatangannya dengan meriah dan hangat. Bahkan pakaian yang dikenakan oleh kedua pemimpin negara dan para ajudannya tampak seiras. ( Jakarta,Beritasatu.com 30/5/25)

Tentunya kedatangan orang nomor satu di Perancis bukan tanpa sebab dan tujuan. Berbagai Kerjasama telah disetujui melalu kedatangan macron kemarin. Mulai dari impor susu oleh Indonesia hingga Kerjasama di bidang teknologi dan bidang lain-lainnya. Yang sering kali, jika kita amati justru menjerumuskan Indonesia ke lubang kesengsaraan.

Perancis, Masif Memusuhi Islam
Meski presiden macron sempat memuji masyarakat Indonesia, dan memberikat predikat-predikat baik kepada mereka. Seperti, memuji rakyat Indonesia kreatif hingga menginspirasi para seniman perancis dan berbagai pujian bagus lainnya. Namun, kaum muslimin harus selalu ingat, bahwa perancis adalah negara yang masif, teguh, kekeh memusuhi Islam dengan cara apapun.

Sikap memusuhinya tak hanya secara sembunyi-sembunyi, namun permusuhannya ditampakkan secara terang-terangan. Ini sangat tampak dari kebijakan dan regulasi yang ditetapkan yang selalu menyudutkan kaum muslimin. Seperti kebijakan pelarangan hijab bagi Wanita, pembubaran aktivitas dakwah, hingga menghina rasul saw dengan karikatur dan kartun yang mereka buat.

Lebih parahnya lagi, penghinaan ini tak hanya terjadi saat macron berkuasa. Bahkan jauh sebelum perancis melakukan pemilu pertama . yakni sejak perang salib dimulai pemerintahan di daerah perancis telah gigih melawan Islam dan kaum muslimin.

Tegas Dengan Musuh Islam, Elusif !
Seyogianya, pemimpin negara Indonesia menunjukkan sikap tegas dan tidak bergantung dengan negara yang secara jelas memusuhi Islam.

Terlebih, mengingat Indonesia adalah negara dengan penduduk muslimin terbesar. Namun apalah daya, negara yang berada dalam kekangan sistem kapitalisme tak akan bisa bersikap demikian.

Apalagi Indonesia yang masih tergolong negara berkembang. Tentu, tak dapat dipungkiri bahwa Indonesia masih berdiri diatas bayang-bayang negara lain, demi memenuhi kebutuhannya dalam berbagai aspek.

Oleh sebab itu, seluruh sikap manis yang ditampakkan oleh Indonesia mestilah berlandaskan asas manfaat. Semakin banyak manfaat yang diperoleh, semakin manis pula sikap yang diberikan, ini dari satu sisi.

Dari sisi yang lain, negara-negara adi daya saat ini termasuk perancis, tak akan membiarkan negara lain yang telah bergatung kepadanya untuk melepaskan ketergantungannya. Maka, perancis pasti akan terus mempupuk agar Indonesia selalu bergatung padanya hinggat tak ada daya dan ruang bagi Indonesia untuk tak bergantung dan bersikap objektif.

Seperti itulah, Gambaran kekejaman sistem sekulerisme. Dimana hukum rimba selalu berlaku. Yang kuat semakin kuat, yang lemah semakin lemah, lemah dan lemah. Dan yang pasti, yang kuat tak akan membiarkan yang lemah untuk selamat.

Islam, Memberikan Tuntunan Yang Adil
Andai Islam diterapkan pasti seluruh makhluk hidup akan merasakan indahnya ajaran Islam nan ketenangan dalam hidupnya. Bagaimana tidak? seluruh persoalan telah ada jawabanya secara rinci dan benar, pun jika ada persoalan tak akan menjerumuskan manusia ke lubang sedalam dan seterpuruk hari ini.

Termasuk persoalan mengenai menjalin hubungan dengan orang-orang kafir. Dalam Daulah Islam, negara hanya dibedakan menjadi dua, yakni negara Islam dan negara kufur. Negara Islam adalah negara yang menerapkan syariat Islam untuk mengatur kehidupan masyarakatnya, meski penduduknya mayoritas non-muslim dan minoritas muslim. Sedangkan negara kafir adalah negara yang tidak menerapkan ajaran syariat Islam sebagai peraturan nya walau penduduk mayoritasnya adalah muslim.

Hubungan antara negara Islam dan negara kafir juga telah dirumuskan dengan serinci dan sekompleks mungkin. Sehingga hubungan yang dijalin akan memiliki tujuan yang jelas dan benar menurut pandangan syariat Islam.

Maka, jika negara Islam menjalin hubungan dengan negara kufur yang secara terang-terangan memerangi Islam atau sering diistilahkan dengan kafir harbiy. Sesuai tuntunan syariat, negara Islam tidak akan menjalin perjanjian apapun dengan mereka. Juga tidak akan membangun sikap saling bergantung dengan mereka. 

Bagi para penduduk kafir harbiy juga ada ketentuan bagi mereka. Yakni mereka tidak diizinkan masuk ke negara Islam kecuali ada izin resmi dari Daulah. Beginilah, tuntunan yang seyogianya diterapkan oleh pemimpin-pemimpin negara saat ini.

Ini juga sejalan dengan firman Allah swt yang artinya :
“Dan orang-orang yang bersama rasul saw (para sahabat) mereka bersikap sangat keras dengan orang-orang kafir dan berkasih sayang dengan sesama mereka” (QS. Al-Fath: 29)

Namun, memang tuntunan ini tak mungkin diterapkan dan diadopsi kecuali oleh pemimpin Daulah Islamiyyah. 

Oleh sebab itu, sangat urgent untuk membangkitkan kembali semangat umat untuk berjuang mewujudkan negara Islam kembali ditengah-tengah kehidupan kita. Sebab, dengan Daulah semata umat Islam menjadi kaum yang mulia nan luhur. Dan negara Islam menjadi negara adidaya dan disegani oleh musuh-musuh Islam.

Waallahu a’lam bisshawab


Share this article via

0 Shares

0 Comment