| 105 Views

Membangun Generasi yang Jujur dan Adil : Refleksi Kecurangan dalam UTBK-SNBT 2025 dari Sudut Pandang Islam

Oleh : Hanifah
Aktivis Dakwah

Sepekan berlalu Ujian Nasional Berbasis Komputer (UTBK), ada dugaan kecurangan dalam pengerjaan ujian tersebut yang melibatkan para pelajar atau calon mahasiswa.

Dilansir dari Kompas.com, sebanyak 14 kasus kecurangan yang ditemukan melibatkan para peserta SNBT. Pada hari pertama, Rabu (23/4/2025) panitia menemukan 9 kasus kecurangan. Dan selanjutnya pada hari kedua, Kamis (24/4/25) panitia menemukan 5 kasus kecurangan.

Prof. Eduart Wolok selaku ketua umum penanggung jawab SNPMB mengungkapkan, bahwa kecurangan terjadi hanya 0,0071 persen dari 196.328 peserta yang hadir di sesi 1 sampai 4.  "Memang itu sangat kecil, tetapi kami tidak akan mentolerir," tegas Prof. Eduart dalam konferensi pers yang di siarkan langsung melalui Youtube SNPMB BPPP, Jumat (25/4/2025).

Salah satu penyebab kecurangan pada kasus UTBK tahun 2025 adalah pemanfaatan teknologi yang semakin canggih. Menurut Prof. Eduart, para peserta menjadikan teknologi sebagai sarana baik lewat perantara hardware ataupun software untuk mencuri soal-soal UTBK. Misalnya, dengan memakai HP recording desktop dan lainnya, maupun dengan cara konvensional. Prof. Eduart pun memastikan tidak ada kebocoran soal karena setiap sesi soalnya berbeda.

Pada tahun ini telah muncul modus baru yang membuat para panitia terkejut. Prof. Eduart menyebutkan beberapa modus diantaranya, para peserta menyelundupkan alat rekam berupa kamera kecil yang ditaruh di behel, kuku, ikat pinggang, dan di kancing baju. Adapun beberapa peserta yang lain menyembunyikan HP di dalam sepatu dan juga badan yang dibalut dengan seragam, dan semua modus tersebut tidak diketahui oleh alat metal detector, terlebih alat tersebut tidak tersedia di beberapa pusat terselenggaranya UTBK.

Kecurangan dalam UTBK merupakan salah satu cerminan dari sistem kapitalis-sekularisme. Di mana sistem ini membentuk generasi yang menghalalkan segala cara untuk meraih apa yang di inginkan. Sistem ini juga membentuk masyarakat yang memandang materi sebagai dasar utama dalam keberhasilan hidup.

Solusi sejati permasalahan ini hanya datang dari Islam. Di mana seorang pemimpin negara adalah sebagai raa'in atau pemelihara urusan rakyat, termasuk bertanggung jawab penuh untuk membentuk masyarakat dengan kepribadian mulia.

Dalam Islam, pendidikan bukan dibentuk untuk mengejar materi atau status sosial, melainkan untuk menumbuhkan ketakwaan, kecintaan kepada kebenaran, dan kepatuhan terhadap hukum syariat. Yang mana kurikulum pendidikan Islam membentuk kesadaran sejak dini, mulai dari halal haram, serta nilai amanah dan kejujuran.

Jujur memiliki makna yang sangat luas. Kaum muslim hendaknya jujur baik dalam perkataan maupun perbuatannya. Sedangkan kecurangan merupakan hal yang melenceng dari kejujuran.

Dalam surah Al-Maidah ayat 8, Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ
لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (bersaksi atau jujur tentang kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." 

Allah telah menegaskan di dalam ayat tersebut, bahwasannya hendaklah kita berperilaku jujur dan adil. Sesungguhnya Allah sebaik-baiknya pengatur dan maha mengetahui.

Dengan sistem Islam, kemaksiatan tidak akan lagi di normalisasikan melainkan dicegah mulai dari pola pikir hingga pola sikap masyarakat. Sehingga tercipta kehidupan masyarakat yang penuh berkah dan di ridhoi oleh Allah taala.

Wallahu a'lam bish shawab


Share this article via

36 Shares

0 Comment