| 16 Views

Maraknya Hubungan Sedarah, Di mana Peran Negara?

Oleh : Risqia Rahmi
Aktivis Dakwah

Belum lama ini Grup Facebook bernama "Fantasi Sedarah" viral di media sosial hingga ramai dibicarakan di dunia nyata. Diketahui Grup Facebook tersebut mempunyai pengikut yang tak sedikit, yakni kurang lebih 40 ribu orang. Grup itu berisikan percakapan yang mengarah pada inses atau seks sedarah yang menormalisasikan hubungan sedarah dan bahkan menjadikan anak-anak sebagai objek fantasi seksual.

Keberadaan Grup Facebook Fantasi Sedarah ini merupakan realitas yang mengerikan dan menggambarkan hilangnya fungsi keluarga hingga jatuh sampai pada taraf terendah kehidupan. Di dalam lingkup keluarga yang seharusnya mendapatkan cinta kasih, justru berubah menjadi tempat pelampiasan nafsu birahi.

Fenomena yang sangat mengerikan ini menjadi bukti hancurnya tatanan keluarga dalam sistem sekular kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Standar kebahagiaan di sistem ini hanyalah materi dan kesenangan duniawi berbalut nafsu. Individu dan masyarakat hidup bebas tanpa aturan agama, keluarga yang harusnya menjadi pelindung justru menjadi tempat yang paling membahayakan.

Inilah salah satu dampak diterapkannya sistem sekular kapitalisme yaitu agama tidak lagi dipakai untuk standar perbuatan, kebebasan berekspresi sangat dijunjung tinggi, dan ekspresi tanpa tuntunan syariat hanya akan membawa manusia menuruti hawa nafsu setan.

Anak-anak yang seharusnya menjadi harapan malah dihancurkan masa depannya oleh orang tuanya sendiri. Rumah dan orang tua yang seharusnya menjadi tempat berlindung dan mendapat kasih sayang justru menjadi tempat yang sewaktu-waktu menjadi neraka bagi anak. Lantas di mana lagi rasa cinta kasih murni itu bisa didapat?

Menjamurnya kasus inses ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, lemahnya keimanan di antara anggota keluarga atau hancurnya fondasi utama keluarga, kemudian bebasnya pergaulan dan hilangnya kontrol sesama anggota masyarakat, ditambah rapuhnya ketahanan negara dalam menjaga interaksi dan sanksi pelaku pelanggaran, serta Undang-undang Informasi Teknologi yang masih membebaskan tontonan rusak dan merusak.

Dalam masyarakat kapitalisme banyak bermunculan konten-konten pembangkit syahwat, baik dalam bentuk tulisan maupun video. Aktivitas pemicu syahwat seperti campur baur pria dan wanita tanpa hajat menjadi lifestyle, padahal semua aktivitas itu bisa memicu terbentuknya pemikiran dan fantasi kotor. Kondisi inilah yang menciptakan realitas - realitas menjijikan seperti Grup Fantasi Sedarah di Facebook.

Sesungguhnya Allah ta'ala sebagai pencipta telah memberikan gharizah atau naluri kepada manusia, salah satunya memiliki rasa cinta kasih dengan tujuan agar manusia bisa melestarikan keturunannya. Allah ta'ala berfirman dalam surat Ar-rum ayat 21, yang artinya :

"Dan di antara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang." 

Rasa ini dibutuhkan dalam sebuah hubungan, baik itu hubungan orang tua dan anak, suami istri, saudara, maupun kepada sesama agar berjalan secara ma'ruf sesuai perintah Allah.

Kehidupan keluarga dan masyarakat yang menjadikan Al-Quran sebagai standar beramal akan menghasilkan hubungan yang baik, utuh, lagi berkah. Oleh karena itu, syariat memerintahkan negara Islam yakni Daulah Khilafah untuk memastikan sistem pergaulan sesuai dengan syariat dari level masyarakat hingga individu, dan memastikan tidak akan ada konten atau aktivitas yang memicu pelampiasan syahwat dengan cara yang salah. Karena itu, hanya sistem Islam yang paling paripurna dan langsung diturunkan oleh sang pencipta untuk mengatur semua aspek kehidupan manusia.

Wallahu a'lam bish shawab


Share this article via

8 Shares

0 Comment