| 286 Views

Darurat Bencana Dimana-mana, Kini Saatnya Muhasabah Bersama

Oleh : Sumarni Ummu Suci

Indonesia darurat bencana. Berbagai bencana alam telah mengepung sejumlah wilayah di negri ini. Namun manusia beranggapan bencana alam bisa terjadi karena fenomena alam seperti terjadinya bencana banjir, pergeseran tanah, longsor, dan jalan ambles yang melanda wilayah selatan, kabupaten Cianjur, Jawa barat, Rabu 4/12/2024.

Berdasarkan data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, bencana melanda di 27 titik  yang tersebar di 18 wilayah kecamatan, diantaranya Kadupandak, Cijati, Tanggeung, agrabinta, Sindangbarang dan Leles.

Tidak hanya di Cianjur saja bencana banjir juga terjadi di Pagelaran, Pandeglang, Banten. Kamis (5/12/2024) Banjir tersebut disebabkan luapan sungai cilemer yang terjadi sejak Senin ( 2/12/2024) Banjir merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter hingga menyebabkan jalan putus.

Bencana Banjir juga terjadi di kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data BPBD  kabupaten Sukabumi hingga sabtu (7/12/2024) Pukul 17:30 wib, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.

Deden Sumpena, kepala pelaksana BPDB kabupaten Sukabumi menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, mulai tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah (dikutip :detik.com)

Sering kali manusia beranggapan bencana alam bisa terjadi karena fenomena alam. Hal tersebut adalah sebuah takdir yang tidak bisa dihindari.Sehingga manusia hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi.

Padahal bencana juga bisa terjadi karena ulah tangan manusia yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam).

Kepemimpinan saat ini adalah kepemimpinan sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi dan mengabaikan syariat Allah SWT yang mana telah mengatur seorang pemimpin seharusnya menjadi raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya.

Namun sistem kapitalisme telah membuat pemimpin menjadi sosok yang populis otoritarian. Kebijakan dibuat seolah-olah pro rakyat. Padahal sejatinya mereka hanya lah regulator kebijakan untuk para kapitalis.

Hutan dieksploitasi secara berlebihan atas nama pembangunan. Maintenance sungai seharusnya bisa dilakukan untuk mencegah banjir. Namun anggaranya justru dikorupsi, dialihkan untuk tunjangan pejabat dan sebagainya.

Semua itu adalah bentuk kezaliman akibat seorang pemimpin yang tidak menggunakan syariat Islam dalam mengatur negara.

Berbagai pelanggaran hukum syariat inilah yang mengantarkan terjadinya bencana alam.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
(QS. Ar - Rum (30):41).

Dengan terjadinya berbagai bencana ini, sudah saatnya umat hari ini melakukan muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.

Kepemimpinan Islam tidak akan tegak kecuali Islam dalam institusi negara khilafah. Sebab hanya negera khilafah satu satunya institusi negara yang menerapkan hukum Islam secara kaffah.

Satu - satunya negara yang bisa menyelamatkan umat manusia dari bencana di dunia dan diakhirat. Dalam khilafah negara berperan sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Sesuai dengan firman, Allah SWT:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi". (QS. Al - A'raf :96)

Ketaatan pemimpin pada hukum syariat akan menuntunnya untuk mengatur urusan masyarakat sesuai dengan kemaslahatan mereka. Semisal untuk mencegah terjadinya bencana alam hidrometeorologi. Islam mensyariatkan untuk melakukan pembangunan terukur sustainable dan tidak melakukan eksploitasi berlebihan agar bencana bisa di minimalisasi.

Islam juga memiliki konsep konservasi yang disebut "Hima" nabi Muhammad Saw pernah bersabda : "Tidak ada Hima dibenarkan kecuali untuk Allah dan rasul-nya".

Seorang peneliti  bidang kajian Islam Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadits menyebutkan bahwa: dilokasi Hima diterapkan ada larangan berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga Ekosistem. Bahkan manusia dilarang memanfaatkannya untuk selain kepentingan bersama.

Ketika Rasulullah Saw menjadi kepala negara dikota Madinah beliau pernah menjadikan Padang rumput sebagai Hima sehingga tidak boleh seorang pun menjadikannya sebagai tempat penggembala ternak.

Beliau bahkan menunjuk beberapa tempat yang dijadikan sebagai Hima di dekat Madinah. Bahkan Islam pun sudah mengatur anggaran semisal, andaikan terjadi bencana dalam Baitul mal terdapat alokasi pengeluaran khusus untuk keperluan bencana alam.

Syeh Abdul Qodir zallum menjelaskan didalam kitab Al-amwal fi daulah al-khilafah bahwa pada bagian belanja negara terdapat seksi urusan darurat/bencana alam (ath- thawaari).

Seksi ini memberi bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat/bencana yang menimpa mereka. Beberapa konsep syariat tersebut akan diterapkan oleh negara khilafah bahkan dijadikan undang-undang negara.

Siapapun yang melanggar akan mendapatkan sanksinya. Ketika syariat Islam diterapkan oleh level negara maka akan hadir kepemimpinan yang mengantarkan masyarakat hidup dalam keberkahan. Seperti terhindar dari bencana alam bahkan untuk mewujudkan kepemimpinan raa'in dan junnah Islam memberikan tanggung jawab pada diri seorang pemimpin bahwa dia harus memiliki kekuatan kepribadian Islam, ketakwaan, kelemahlembutan terhadap rakyat dan tidak menimbulkan antipati.

Hal itu sebagai mana yang dijelaskan oleh syeh Taqiyuddin an-nabhani  dalam kitab syakshiyah Al - Islamiyah jus 2 hal 158.

Dengan demikian bukankah bisa dikatakan bahwa berbagai bencana yang terjadi hari ini menjadi bukti kesekian kalinya umat membutuhkan kepemimpinan Islam?

Wallahu'alam bissawabOleh : Sumarni Ummu Suci

Indonesia darurat bencana. Berbagai bencana alam telah mengepung sejumlah wilayah di negri ini. Namun manusia beranggapan bencana alam bisa terjadi karena fenomena alam seperti terjadinya bencana banjir, pergeseran tanah, longsor, dan jalan ambles yang melanda wilayah selatan, kabupaten Cianjur, Jawa barat, Rabu 4/12/2024.

Berdasarkan data Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Cianjur, bencana melanda di 27 titik  yang tersebar di 18 wilayah kecamatan, diantaranya Kadupandak, Cijati, Tanggeung, agrabinta, Sindangbarang dan Leles.

Tidak hanya di Cianjur saja bencana banjir juga terjadi di Pagelaran, Pandeglang, Banten. Kamis (5/12/2024) Banjir tersebut disebabkan luapan sungai cilemer yang terjadi sejak Senin ( 2/12/2024) Banjir merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter hingga menyebabkan jalan putus.

Bencana Banjir juga terjadi di kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data BPBD  kabupaten Sukabumi hingga sabtu (7/12/2024) Pukul 17:30 wib, setidaknya ada 328 titik bencana yang tersebar di 39 kecamatan.

Deden Sumpena, kepala pelaksana BPDB kabupaten Sukabumi menjelaskan bahwa jenis bencana yang terjadi di tiap kecamatan sangat bervariasi, mulai tanah longsor, banjir, angin kencang, dan pergerakan tanah (dikutip :detik.com)

Sering kali manusia beranggapan bencana alam bisa terjadi karena fenomena alam. Hal tersebut adalah sebuah takdir yang tidak bisa dihindari.Sehingga manusia hanya bisa pasrah menerima apapun yang terjadi.

Padahal bencana juga bisa terjadi karena ulah tangan manusia yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam).

Kepemimpinan saat ini adalah kepemimpinan sistem kapitalisme. Sistem ini menuhankan materi dan mengabaikan syariat Allah SWT yang mana telah mengatur seorang pemimpin seharusnya menjadi raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) bagi rakyatnya.

Namun sistem kapitalisme telah membuat pemimpin menjadi sosok yang populis otoritarian. Kebijakan dibuat seolah-olah pro rakyat. Padahal sejatinya mereka hanya lah regulator kebijakan untuk para kapitalis.

Hutan dieksploitasi secara berlebihan atas nama pembangunan. Maintenance sungai seharusnya bisa dilakukan untuk mencegah banjir. Namun anggaranya justru dikorupsi, dialihkan untuk tunjangan pejabat dan sebagainya.

Semua itu adalah bentuk kezaliman akibat seorang pemimpin yang tidak menggunakan syariat Islam dalam mengatur negara.

Berbagai pelanggaran hukum syariat inilah yang mengantarkan terjadinya bencana alam.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
(QS. Ar - Rum (30):41).

Dengan terjadinya berbagai bencana ini, sudah saatnya umat hari ini melakukan muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.

Kepemimpinan Islam tidak akan tegak kecuali Islam dalam institusi negara khilafah. Sebab hanya negera khilafah satu satunya institusi negara yang menerapkan hukum Islam secara kaffah.

Satu - satunya negara yang bisa menyelamatkan umat manusia dari bencana di dunia dan diakhirat. Dalam khilafah negara berperan sebagai raa'in (pengurus) dan junnah (pelindung) sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah. Sesuai dengan firman, Allah SWT:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi". (QS. Al - A'raf :96)

Ketaatan pemimpin pada hukum syariat akan menuntunnya untuk mengatur urusan masyarakat sesuai dengan kemaslahatan mereka. Semisal untuk mencegah terjadinya bencana alam hidrometeorologi. Islam mensyariatkan untuk melakukan pembangunan terukur sustainable dan tidak melakukan eksploitasi berlebihan agar bencana bisa di minimalisasi.

Islam juga memiliki konsep konservasi yang disebut "Hima" nabi Muhammad Saw pernah bersabda : "Tidak ada Hima dibenarkan kecuali untuk Allah dan rasul-nya".

Seorang peneliti  bidang kajian Islam Syauqi Abu Khalil dalam Atlas Hadits menyebutkan bahwa: dilokasi Hima diterapkan ada larangan berburu binatang dan merusak tanaman demi menjaga Ekosistem. Bahkan manusia dilarang memanfaatkannya untuk selain kepentingan bersama.

Ketika Rasulullah Saw menjadi kepala negara dikota Madinah beliau pernah menjadikan Padang rumput sebagai Hima sehingga tidak boleh seorang pun menjadikannya sebagai tempat penggembala ternak.

Beliau bahkan menunjuk beberapa tempat yang dijadikan sebagai Hima di dekat Madinah. Bahkan Islam pun sudah mengatur anggaran semisal, andaikan terjadi bencana dalam Baitul mal terdapat alokasi pengeluaran khusus untuk keperluan bencana alam.

Syeh Abdul Qodir zallum menjelaskan didalam kitab Al-amwal fi daulah al-khilafah bahwa pada bagian belanja negara terdapat seksi urusan darurat/bencana alam (ath- thawaari).

Seksi ini memberi bantuan kepada kaum muslim atas setiap kondisi darurat/bencana yang menimpa mereka. Beberapa konsep syariat tersebut akan diterapkan oleh negara khilafah bahkan dijadikan undang-undang negara.

Siapapun yang melanggar akan mendapatkan sanksinya. Ketika syariat Islam diterapkan oleh level negara maka akan hadir kepemimpinan yang mengantarkan masyarakat hidup dalam keberkahan. Seperti terhindar dari bencana alam bahkan untuk mewujudkan kepemimpinan raa'in dan junnah Islam memberikan tanggung jawab pada diri seorang pemimpin bahwa dia harus memiliki kekuatan kepribadian Islam, ketakwaan, kelemahlembutan terhadap rakyat dan tidak menimbulkan antipati.

Hal itu sebagai mana yang dijelaskan oleh syeh Taqiyuddin an-nabhani  dalam kitab syakshiyah Al - Islamiyah jus 2 hal 158.

Dengan demikian bukankah bisa dikatakan bahwa berbagai bencana yang terjadi hari ini menjadi bukti kesekian kalinya umat membutuhkan kepemimpinan Islam?

Wallahu'alam bissawab


Share this article via

91 Shares

0 Comment