| 169 Views
Visi Perubahan Nyata Wajib dibimbing oleh Islam

Oleh : Nora Ummu Zubair
Aktivis dan Penulis
Ribuan orang menggelar aksi video unjuk rasa di depan kompleks DPR, Jakarta, pada Kamis, 22 Agustus 2024. Mereka menuntut DPR agar tidak mengangkangi putusan MK soal ambang batas syarat pencalonan kepala daerah dan batas kandidat peserta Pilkada 2024.
Aksi unjuk rasa mewakili berbagai elemen masyarakat, mulai dari buruh, mahasiswa hingga sejumlah komika, menuntut pemerintah dan wakil rakyat untuk mematuhi putusan MK pada Selasa (20/8) lalu. Massa aksi terdiri dari berbagai elemen, diantaranya adalah komedian seperti Cing Abdel, Mamat Alkatiri, Abdur Asryad, Bintang Emon, Yuda Keling, hingga Arie Kriting terlihat di depan DPR. (CNBCindonesia.com, 22-08-2024)
Seperti diberitakan sebelumnya, MK pada Selasa mengeluarkan putusan yang menyatakan partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu dapat mendaftarkan pasangan calon kepala daerah meski tidak memiliki kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Salah seorang Komedian, Rigen mengatakan "Ketika pejabat mulai melawak, saatnya komedian yang melawan". Begitulah ungkapan pengunjuk rasa yang hadir dalam unjuk rasa sebagai bentuk perlawanan terhadap legislator yang mau mengubah putusan MK lewat revisi UU Pilkada.
*Semua kalangan merasakan buruknya sistem Demokrasi*
Aturan hidup kapitalisme saat ini sedang kita jalani. Tidak ubahnya sebuah aturan yang menyuburkan oligarki di lingkungan penguasa. Kapitalisme meniadakan rasa takut kepada sang Pencipta yakni Allah SWT. Pemimpin hari ini lebih menakuti para pengusaha.
Oleh karena itulah banyak penguasa dengan gampangnya mengubah aturan sesuai pesanan. Seolah banyak hukum yang tidak konsisten. Bisa diterjemahkan sesuai kepentingan. Terutama kepentingan orang yang kuat modal. Dan terutama mereka yang bisa melayani nafsu cinta duniawi para penguasa.
Hal inilah yang memantik menyalanya kekritisan berbagai kalangan.
Dengan langkah nyata turun ke lapangan. Menyuarakan apa yang mereka anggap salah dan benar setelah analisis mendalam. Padahal itukan sah-sah saja, karena adalah hak rakyat.
Namun, tidak ditanggapi serius dan segera oleh penguasa untuk diteliti dan diaplikasikan. Bahkan unjuk rasa terhadap rakyat banyak yang berakhir pada penangkapan terhadap para unjuk rasa. Slogan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat adalah kebohongan mutlak di negeri ini.
Visi yang hakiki wajib dari Islam
Seorang manusia harus jadi orang hebat dunia akhirat. Itu niscaya bisa terwujud kalau mendapat ridho Allah. Cara terbaik membangun kehidupan adalah dengan mengubah arah pandang kita dengan memakai cara pandang Rabb terhadap kehidupan.
Itulah perlu sekali kepada ideologi islam. Islam adalah cara pandang terbaik yang telah dicontohkan oleh nabi. Seumur hidup nabi harus kita ketahui terutama dalam hal membangun negeri yang dirahmati Allah.
Jelas, ketika kita teliti, visi perubahan umat ini sebenarnya menginginkan hidup sesuai habitatnya. Inti dimanusiakan, ingin dihargai, ingin dipenuhin kebutuhannya, ingin didengarkan. Itulah contoh yang diberikan Rasulullah Muhammad SAW. Penerapannya lalu diikuti oleh generasi setelahnya sampai pada kehilafahan terakhir.
Sekelas nabi saja ketika ada yang kritis selalu ditanggapi oleh beliau. Merujuk buku Akhlak Rasul Menurut Al-Bukhari dan Muslim (Abdul Mun’im al-Hasyimi, 2018), pada saat perang Hunain Rasulullah memberikan unta untuk al-Aqra’ bin Habis dan Uyainah. Masing-masing 100 ekor unta. Ternyata, keputusan Rasulullah itu dianggap tidak adil bagi sebagian sahabat. Mereka bahkan menuduh Rasulullah kalau pemberian itu tidak dilandasi untuk mendapatkan ridha Allah.
Usai perang, ada seorang sahabat yang mendatangi Rasulullah. Dia protes karena Rasulullah hanya memberi unta kepada al-Aqra’ bin Habis dan Uyainah. Sementara Ju’ail bin Saraqah tidak dikasih unta barang seekor pun.
Seorang perempuan Quraisy berdiri lalu melontarkan protes ketika Sayyidina Umar turun dari podium. "Hai Amirul Mu'minin, kau melarang orang-orang memberikan mahar kepada istri-istri mereka lebih dari 400 dirham?" "Ya."
“Apakah kau tak pernah dengar Allah menurunkan ayat:
وَآتَيْتُمْ إِحْدَاهُنَّ قِنْطَارًا
"... kamu telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar)..." (QS an-Nisa': 20)
Protes tersebut disambut hangat oleh Sayyidina Umar. Ia membaca istighfar dan berujar, "Tiap orang lebih paham ketimbang Umar." Ini adalah kalimat retorik Sayydina Umar dari kepribadiannya yang rendah hati dan karakter kepemimpinannya yang tidak antikritik. Dalam riwayat lain ia mengatakan, "(Kali ini) perempuan benar, lelaki salah." Selanjutnya khalifah kedua ini kembali ke atas mimbar dan berkata, "Wahai khalayak, tadi aku larang kalian memberikan mahar kepada istri melebihi 400 dirham. Sekarang silakan siapa pun memberikan harta (sebagai mahar) menurut kehendaknya. Namun ketika lebih ringan itu lebih baik.
Begitulah bentuk kepedulian penguasa terhadap aspirasi rakyatnya. Mereka berusaha menimbang kebenaran dan ketika tepat maka akan ditindaklanjuti agar umat merasa dihargai. Terlebih dengan daya kritis umat yang baik akan membangun negeri ini ke arah kegemilangan.
Ketika sikap kritis umat tersebut mengandung kebaikan yang berasal dari Al Quran dan sunnah. Dan terpenting juga adalah peran majelis umat atau partai islam yang cerdas dalam mendampingi umat untuk menggaungkan aspirasi mereka.