| 199 Views
Tiket Mahal, Tabiat Negara Diatur Manusia

Oleh : Yanyan Supiyanti, A.Md.
Muslimah Peduli Generasi
Mudik lebaran menjadi tradisi yang khas bagi warga Indonesia. Perantau dari luar negeri maupun dalam negeri menjadikan mudik lebaran sebagai ajang silaturahmi antar sanak saudara dan kerabat, juga sebagai pelepas penat dari kesibukan pekerjaan.
Sangat disayangkan, tiap tahun mudik lebaran selalu meninggalkan cerita memilukan. Angka kecelakaan makin meningkat, ratusan jiwa melayang, dan terus berulang. Tersebab, moda transportasi publik yang ada, menarif tiket yang melangit. Mulai dari pesawat udara, kapal laut, kereta api, hingga bus. Saat kemampuan rupiah tak sanggup menjangkaunya, maka pilihan menggunakan roda dua jadi solusi. Meskipun resiko kecelakaan selalu mengintai. Inilah buah dari pahitnya kapitalisme transportasi publik yang sedang diterapkan saat ini.
Transportasi pada saat mudik sangat dibutuhkan para perantau. Negara seharusnya menyediakan sarana transportasi yang murah, aman, nyaman, dan berkualitas bagi mereka sebagai wujud pengurusan terhadap warga negaranya.
Sistem yang diterapkan hari ini adalah sistem buah pemikiran manusia, yang membuat perusahaan penerbangan menjadikan layanannya sebagai bisnis bahkan atas warga negaranya sendiri.
Alih-alih melayani, negara malah memfasilitasi korporasi menjadikan warganya sebagai objek eksploitasi bisnis dan berbagai kepentingan politik mereka.
Inilah fakta transportasi publik di era kapitalisme, yang tunduk pada agenda hegemoni globalisasi liberalisasi. Perannya sebagai regulator menjadikan nasib jutaan pemudik dalam undian nafsu serakah kaum kapitalis. Yang tertinggal hanyalah derita tahunan bagi jutaan pemudik.
Hal ini selaras dengan prinsip reinverting government. Di mana pemerintah berperan ibarat pedagang. Dalam pandangan Islam, hal ini adalah satu pelanggaran terhadap aturan Allah.
Permasalahan transportasi mudik akan terus berulang selama penerapan tata kelola transportasi kapitalisme terus berlanjut.
Sungguh, semua ini tidak akan pernah terjadi di dalam sistem Islam. Islam menjamin pemenuhan kebutuhan dasar semua warganya sepanjang hayat termasuk sarana transportasi publik.
Negara mampu mewujudkannya karena memiliki sumber pemasukan negara yang sangat beragam, yaitu pengelolaan barang tambang yang sangat banyak berupa tambang emas, perak, migas, baru bara, bijih besi, dan lain-lain, sehingga mampu memenuhi kebutuhan warga.
Prinsip tata kelola transportasi publik dalam sistem Islam, di antaranya: Transportasi publik bukanlah jasa komensial, melainkan kebutuhan dasar manusia baik untuk keseharian maupun insidental seperti untuk mudik lebaran; Negara bertanggung jawab langsung dan menjamin setiap individu terhadap transportasi publik yang murah bahkan gratis, aman, dan nyaman; Islam melarang keras tata kelola transportasi dikuasai individu atau korporasi; Tidak dibenarkan jalan umum dijadikan sumber pemasukan negara.
Hanya kembali kepada sistem Islam yang berasal dari Sang Pencipta dan Sang Pengatur alam semesta yang bisa mengatasi segala permasalahan kehidupan, termasuk transportasi publik. Tidak hanya aman dan nyaman, tapi juga murah bahkan bisa gratis ketika warga memerlukan sarana transportasi publik.
Wallahualam bissawab.