| 20 Views

Solusi Tambal Sulam di Sistem Sekuler Terhadap Warga Gaza

Oleh : Umi Silvi

Rencana pemerintah Indonesia yang akan mengevakuasi seribu warga Gaza ke Indonesia dinilai Pengamat Hubungan Internasional Hasbi Aswar menyimpan banyak persoalan.

Hanya saja, Prabowo menekankan bahwa evakuasi ini hanya bersifat sementara. Setelah kondisi Gaza kembali stabil, para pengungsi akan dikembalikan ke Tanah Air mereka.

Prabowo juga kini tengah melakukan kunjungan kerja ke lima negara Timur Tengah dengan misi yang dibawa, yaitu mendorong penyelesaian konflik antara Israel dan Palestina. Negara tersebut meliputi Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Yordania, dan Mesir.

Beliau menilai bahwa penyelesaian konflik di Gaza bukanlah sesuatu yang mudah dan membutuhkan sinergi dunia internasional. Namun, RI berkomitmen untuk mewujudkan penyelesaian konflik tersebut dengan solusi dua negara. 

Pertama, perlu dicermati bahwa sejak awal, proyek kolonial Zionis memang bertujuan mengusir seluruh penduduk Palestina dari tanah mereka.

“Sejarah mencatat bahwa intimidasi, pemenjaraan, dan pembantaian telah lama menjadi strategi utama Israel untuk mengosongkan Gaza dan wilayah Palestina lainnya,” ujarnya.

Maka, lanjutnya, rencana evakuasi ini, meskipun dibalut dengan alasan kemanusiaan, secara tidak langsung justru sejalan dengan kepentingan Zionis, mengosongkan Gaza dari rakyatnya agar eksistensi entitas kolonial mereka semakin aman dan tak terganggu.

Di sisi lain, langkah evakuasi ini juga tidak bisa dilepaskan dari konteks tekanan geopolitik, khususnya dari Amerika Serikat. Kebijakan kenaikan tarif impor AS terhadap Indonesia, bisa saja digunakan sebagai alat negosiasi dan tekanan agar Indonesia mengambil posisi yang menguntungkan kepentingan Barat, termasuk dalam isu Gaza. Situasi ini menunjukkan lemahnya kedaulatan negara yang masih bergantung pada negara lain secara ekonomi dan politik.

Inilah buah simalakama bagi negeri yang tergantung pada negara lain. Pemimpin negeri muslim seharusnya menyambut seruan jihad. Namun, saat ini nasionalisme dan prinsip tak boleh ikut campur urusan negara lain menjadi penghalang untuk menyambut seruan jihad.

Sikap ini menunjukkan pengkhianatan pemimpin negeri muslim. Negeri muslim seharusnya menjadi negara adidaya yang memimpin dunia. Khilafah sebagai negara adidaya akan menerapkan syariat Islam sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam dan membela setiap muslim. Sayangnya, saat ini Khilafah belum tegak. Nasib umat Islam pun makin sengsara. 

Sudah saatnya dunia Islam berpikir lebih besar. Dunia membutuhkan kekuatan politik global yang berlandaskan Islam, yang tidak hanya peduli, tetapi juga mampu bertindak. Dalam sejarah Islam, Khilafah merupakan institusi yang menjadi perisai umat, menerapkan syariat Islam, serta melindungi darah dan kehormatan kaum Muslim. Tanpa institusi seperti ini, penderitaan umat, termasuk di Palestina, akan terus berulang.

Umat hari ini harus menolak narasi evakuasi sebagai solusi. Mereka perlu terus menyerukan kepada para pemimpin Muslim agar mengerahkan kekuatan militer untuk membela Palestina. Dalam waktu yang sama, perjuangan untuk menegakkan Khilafah sebagai kepemimpinan Islam global harus terus digelorakan. Sebab hanya dengan jihad dan Khilafah, Palestina dapat benar-benar terbebas dari cengkeraman penjajahan. 

Gerakan ini tentu membutuhkan kepemimpinan ideologis dari partai politik Islam yang konsisten dalam perjuangan syar’i, serta mampu mengarahkan umat agar tetap berada di jalur yang benar. Inilah saatnya umat Islam bersatu dalam barisan perjuangan yang kokoh, menuju tegaknya khilafah Islamiyah sebagai perisai yang akan melindungi seluruh kaum Muslimin

Umat Islam sejatinya membutuhkan negara yang mampu melindungi dan membela mereka dengan kekuatan riil. Hanya Khilafah sebagai institusi politik Islam yang mampu memainkan peran strategis itu. Di bawah kepemimpinan Islam, Khilafah akan menerapkan syariat secara menyeluruh dan menjelma sebagai negara adidaya yang menjadi pelindung umat dan pembela keadilan. 

Oleh karena itu, umat harus didorong untuk menolak narasi “evakuasi” yang menjauhkan rakyat Gaza dari tanah airnya. Sebaliknya, umat harus terus menyerukan kepada para penguasa negeri-negeri muslim untuk mengirimkan bala tentara demi membebaskan Palestina. Ini bukan sekadar solidaritas, melainkan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Swt. kepada setiap pemimpin muslim.

Namun, perjuangan ini tidak akan efektif tanpa kepemimpinan ideologis yang terorganisir. Hanya partai politik Islam ideologis yang mampu menjaga arah perjuangan agar tetap lurus, konsisten, dan terfokus pada tujuan strategis, yaitu menegakkan kembali Khilafah, menyatukan kekuatan umat, dan menjadikan jihad sebagai solusi nyata dalam membebaskan Palestina dari penjajahan.

Inilah saatnya umat Islam bersatu, menolak solusi semu, dan kembali pada solusi hakiki jihad fi sabilillah dan tegaknya Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Karena hanya dengan itulah, Palestina dan seluruh umat Islam akan benar-benar meraih kemuliaan dan kemerdekaan sejati. 

Wallahualam Bishawab.


Share this article via

35 Shares

0 Comment