| 161 Views
Sistem Ekonomi Islam Menyolusi Kemiskinan Ekstrem

Oleh : Khasanah Isma
Pemerhati Sosial
Sungai ironi negeri ini, di tengah sumber daya alam yang melimpah, angka penduduk miskin justru semakin bertambah. Kemiskinan tampaknya telah melekat dalam kehidupan masyarakat, upaya pemerintah dalam pengentasannya pun tak mampu membendung lonjakan tingginya angka kemiskinan ekstrem pada level 3,2 persen (cnbcindonesia.com, (10-05-2023)
Awalnya, pemerintah optimis angka kemiskinan ekstrem akan diturunkan menjadi 2,5 persen di tahun 2024. Namun faktanya, justru kemiskinan ekstrem mengalami peningkatan di 75 daerah Indonesia khususnya bagian timur. (detik.com, 22-02-2024)
Kemiskinan ekstrem adalah situasi di mana seseorang sulit memenuhi kebutuhan primernya, yaitu sandang, pangan, tempat tinggal, air minum bersih, pendidikan, dan kesehatan (Wikipedia)
Berbagai langkah yang ditempuh, seperti pemberian program BLT, pengadaan program Perlinsos (Perlindungan Sosial), Program Keluarga Harapan (PKH), Kartu Sembako, Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat, hingga Kartu Pra Kerja yang sempat mengundang pujian dari direktur UNESCO. Karena dianggap sebagai langkah yang tepat, sehingga patut ditiru oleh beberapa negara lain. Namun, tak mampu menekan lonjakan masyarakat miskin yang akhirnya kesenjangan sosial pun tumbuh. Hal ini menjadi PR besar yang harus diselesaikan, karena jika dibiarkan maka akan memunculkan masalah baru di tengah masyarakat. Di antaranya yaitu maraknya tindakan kriminal seperti pencurian, kecurangan dalam perdagangan, dan sebagainya.
Tidak hanya skala nasional, ambruknya ekonomi masyarakat pun dirasakan dalam lingkup global. Padahal, PBB sebagai wadah internasional mengaku telah berupaya membantu mengarahkan program penghapusan kemiskinan ekstrem di negara berkembang. Bahkan, menobatkan tanggal 17 Oktober sebagai Hari Kemiskinan sedunia sejak 9 tahun silam. Namun, di setiap peringatannya tak lantas membuat seluruh warga negara dunia khususnya Indonesia berhenti sejenak untuk merasakan kesejahteraan sehari saja. Kemiskinan ibarat pakaian sehari-hari yang
melekat di tubuh rakyat. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Dalam mengurai masalah kemiskinan, pemerintah seharusnya mencari akar masalah terlebih dahulu. Karena kemiskinan yang terjadi secara struktural bukan tanpa sebab, dari berbagai penyebab itulah kita akan dapat menemukan solusi yang mampu menyelesaikan masalah tersebut.
Kapitalisme Biang Masalah
Saat ini, sistem ekonomi yang digunakan adalah kapitalisme. Dari kapitalisme ini lahir privatisasi (kepemilikan umum dimiliki pribadi atau swasta). Hal ini yang menjadi salah satu penyebab pengentasan kemiskinan menjadi sulit direalisasikan sekalipun sumber daya melimpah seperti Indonesia.
Adanya privatisasi menjadikan rakyat sebagai objek komoditi, yaitu hubungan negara dengan rakyat ibarat penjual dan pembeli. Rakyat dijadikan sebagai mesin pencetak uang bagi para pemilik modal. Walhasil, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin .
Di sisi lain, kebergantungan utang kepada pihak asing pun menjadi penyebab tingginya kemiskinan ekstrem. Jebakan utang yang dilancarkan lembaga internasional mengharuskan sumber daya alam dan aset negara menjadi jaminan kompensasi. Walhasil, utang pokok tak terbayar dan hanya mampu membayar bunga hutang. Pada akhirnya rakyat dipaksa menanggung beban utang melalui kebijakan perundang-undangan berbagai objek pajak yang disahkan. Hal ini semakin menegaskan bahwa akar masalah kemiskinan struktural yang terjadi adalah sistem kapitalisme.
Sistem Ekonomi Islam Solusi
Berbeda dengan sistem ekonomi Islam, problem pengentasan kemiskinan bukan hanya dilakukan sebatas permukaan namun hingga ke akar. Seorang khalifah (pemimpin negara Islam) memberikan solusi bukan hanya dengan menggelontorkan dana bantuan seperti program Perlinsos (Perlindungan Sosial). Karena akar matahari kemiskinan ekstrem, bukan terletak pada hal tersebut. Namun, pada pengelolaan sumber daya alam dan harta negara seperti fa'i, jizyah, ghanimah, usyur, kharaj, rikaz, serta harta ghulul yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Siapa pun terlarang memprivatidasi setiap aset yang menguasai hajat hidup orang banyak. Sebagaimana hadis Nabi saw.: _"Kaum muslimin berserikat dalam tiga perkara, yaitu padang rumput, air, dan api."_ (HR. Abu Dawud dan Ahmad).
Dengan pengelolaan sumber daya alam yang maksimal akan mampu menekan angka impor, sehingga tidak ada celah bagi negara Barat untuk mengambil alih pengelolaannya apalagi sampai menjadikan umat sebagai objek komoditi.
Sistem ekonomi Islam mengharamkan pinjaman yang mengandung riba. Jika memang subsidi diperlukan, maka lembaga keuangan negara baitulmal yang dapat memberi pinjaman tanpa riba. Khalifah mengambilnya dari jizyah, fa'i, kharaj, dan yang lainnya.
Sejarah mencatat sistem Islam menjamin setiap warganya terpenuhi kebutuhannya. Sebagaimana yang dikisahkan pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khathab, Umar tidak akan makan selagi rakyatnya masih ada yang merintih kelaparan. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi sekarang, rakyat dituntut menyejahterakan pejabat dengan pajak.
Umat butuh sistem yang benar dan pemimpin yang benar agar terlepas dari kemiskinan sistemik. Sejarah membuktikan hanya dengan penerapan sistem Islam kemiskinan ekstrem dapat dihilangkan. Allahua'lam bishawab.