| 32 Views

Setelah Pertamax Oplosan, Terbitlah Minyakkita Oplosan

Oleh : Ummu Shaquilla

PT Pertamina Patra niaga mengakui adanya pergeseran konsumsi dari bahan bakar jenis Pertamax setelah isu BBM oplosan mencuan beberapa waktu. Heppt Wulan Sari, menyatakan bahwa banyak pengguna Pertamax kini beralih ke pertalite dan Pertamax turbo. Mungkin karena kemaren, isu Pertamax oplosan ujarnya TBBM Tanjung Gerem, pada Kamis(13/03/25)

Setelah kasus Pertamax oplosan, kini minyak goreng merek minyak kita yang beredar di masyarakat juga disebut palsu. Apa yang asli dinegeri ini jika semuanya palsu. Padahal kita tinggal di negara yang kaya akan hasil bumi yg melimpah tapi malah ada kasus pengoplosan Pertamax dan minyak goreng palsu. Jadi apa lagi yang tersisa yang asli dari negeri ini?

Setelah ramai isu BBM Pertamax oplosan dari RON 90 alias pertalite,kini dibohongi lagi mafia minyak goreng.

Produk minyak goreng merek minyak kita menyita perhatian setelah ditemukan nya dugaan kecurangan pada takaran minyak goreng dalam kemasan yang tidak sesuai takaran pada label kemasan Setelah sempat ramai di media sosial temuan kecurangan takaran minyak kita. Dikuatkan dengan pernyataan menteri pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman. 

Mentan menemukan hal itu saat melakukan inspeksi mendadak (sidak)di pasar. Dia menjelaskan bahwa dirinya melakukan keliling dan sidak untuk melihat langsung pasar Saat sidak, Mentan menemukan minyak kita dijual dengan harga ecer tertinggi yang seharusnya Rp.15700 perliter, namun dijual seharga rp18000. Selain itu, Mentan juga menemukan bahwa isi kemasan minyak kita tidak sesuai dengan yang tertera di label, yakni hanya berisi 750 hingga 800 militer. Mentan melakukan pembuktian takaran minyak goreng dengan membeli produk tersebut kepada para pedagang di pasar. Alhasil, dari penakaran yang di lakukan ditemukan minyak goreng hanya mencapai digaris 0,75 liter hingga 0,8 liter, dengan demikian masih ada juga kemasan yang ukurannya sesuai yaitu 1liter.

Dalam temuan serius tersebut diketahui minyak kita yang tidak sesuai takaran diproduksi oleh 3 perusahaan yakni oleh PT Artha Eka global asia, koperasi produsen UMKM koperasi terpadu Nusantara (KTN), dan PT tunasagro indolestari 

Mentan menegaskan bahwa praktek seperti itu sangat merugikan masyarakat dan tidak ditoleransi. Sudah isinya minyak curah takaran nya tidak sesuai,di tambah lagi harganya diatas HET. Apalagi praktek curang ini terjadi sudah cukup lama. Oleh karena itu, meminta agar perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran akan diproses secara hukum dan ditutup. 

Padahal sudah jelas dalam Al Qur'an Allah menjelaskan tentang mengurangi takaran dan timbangan sesuai dengan firman Allah (QS Al muthofifin : 3) "Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi."

Dipsaran juga ditemukan minyak kita palsu yaitu minyak goreng curah yang di kemas menjadi minyak kita dengan label merek tidak sesuai dengan ketentuan kementrian perdagangan

Praktek kecurangan dalam tata niaga minyak kita dilakukan oleh produsen yaitu korporasi, sehingga dampaknya meluas, patut disayangkan, pemerintah sangat lambat mendeteksi. Padahal praktek ini sudah cukup lama. Pemerintah juga bersikap defensif. Para produsen leluasa membuat produk minyak kita yang tidak sesuai ketentuan dan mengedarkan ditengah masyarakat. Negara tidak melakukan pengawasan yang cukup hingga tidak bisa mendeteksi kecurangan sejak dini. Ibarat patah tumbuh hilang berganti, meski ada produsen yang dihukum karena berbuat curang, produsen lain tetap melanjutkan kecurangan. Ini karena iklim bisnis dibawah sistem sekuler sangat kapitalistik. Korporasi produsen mengejar untuk sebesar-besarnya dari bisnis minyak kita tanpa peduli kerugian yang masyarakat derita. Minyak goreng yang sejatinya merupakan kebutuhan pokok ternyata produksi dan distribusi nya dikuasai korporasi demi mengejar untung besar. Korpirasi menghalalkan segala cara meski harus berbuat curang. 

Dominasi swasta dalam produksi dan distribusi bahan pangan pokok terjadi pada minyak kita. Sektor pangan telah menjadi ajang bisnis para kapitalis, sedangkan rakyat selalu menjadi korban. Negara hanya menjadi regulator dan fasilitator, tidak benar benar mengurusi ketersedian pangan untuk rakyat. Negara merasa sudah aman ketika stok pangan cukup tanpa mempertimbangkan kualitas pangan tersebut . Kebijakan negara justru berpihak pada korporasi kapitalis dengan membuka lebar kesempatan bagi swasta untuk menguasai rantai distribusi pangan. Negara tidak benar benar mengurusi rakyatnya karena negara tidak memosikan dirinya sebagai pelayan rakyat. Negara justru menjadi pelayan korporasi kapitalis. Ini sungguh bertolak belakang dengan profil pengusa dalam sistem Islam . 

Penguasa dalam sistem Islam adalah pelayan rakyat. Penguasa melayani rakyat dalam kaitannya dengan kebutuhan pokok dan menyediakan pangan dalam jumlah yang cukup dan kualitas yg baik Pelaku kecurangan, seperti dalam kasus minyak kita salah satunya sanksinya adalah penutupan pabrik Dan black list bagi pemilik pabrik. yakni tidak akan di beri izin membuat pabrik. Dengan serangkaian mekanisme ini khilafah akan mampu menyediakan pangan sehat dan berkualitas bagi rakyat.


Share this article via

53 Shares

0 Comment