| 37 Views

Sekularisme Melahirkan Nafsu Hewani dalam Kehidupan Akhir Zaman

Oleh: Elly Ranty
Aktivis Muslimah

Belum lenyap keterkejutan kita atas prilaku menyimpang kaum sodom akhir zaman alias LGBTQ yang prilakunya lebih rendah dari hewan. Tetiba hari ini kita disuguhi lagi dengan berita tentang peristiwa adanya manusia yang tidak berfungsi otaknya, mirip sekali dengan perilaku hewan, yakni komunitas Fantasi sedarah. Bahasa antropologinya, incest atau hubungan seks sedarah.

Memang zaman sudah edan. Saat ini manusia seperti kembali ke masa primitif, menurut presepsi ilmuwan Barat yang membagi tingkatan perkembangan budaya, EB Tylor (Primitive Culture and Anthropology).

Diperparah dengan berita yang lebih menyakitkan dan memalukan dunia pendidikan. Lagi-lagi urusan nafsu syahwat hewan, pelecehan seksual oleh pendidik kepada anak didik. Sangat menyedihkan terjadi di lingkungan sekolah SMP, kepada anak didik yang baru berangkat remaja. Fakta terkini yang terungkap di SMPN 3 Depok, sekitar tujuh siswi mendapat pelecehan oleh gurunya. Ini hanyalah puncak gunung es. Tinggal apakah negara memilikki good will mau menegakkan hukum dengan menelusuri melalui aparat terkait agar terungkap prilaku-prilaku yang keluar dari fitrahnya sebagai manusia.

Sungguh di luar nalar. Merusak semua sistim berpikir manusia. Rasa malu dihempaskan, menghancurkan fitrah sebagai makhluk yang mulia di antara semua makhluk ciptaan Allah SWT. Sekaligus menghancurkan harga diri dalam pergaulan hidup manusia. Betapa tidak, hanya makhluk hewan yang ditakdirkan Allah boleh melakukan hubungan seks sedarah. Sementara manusia diberi akal untuk menerima segala aturan yang dibuat Allah agar manusia menjalankan kehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai makhluk berakal yang menjadikannya makhluk yang mulia.

Ketika manusia tidak lagi menggunakan akalnya untuk berpikir agar memahami keberadaan dirinya yang diciptakan Allah Azza wa Jalla, dan lebih mengikuti nafsu syahwatnya tanpa kendali, lalu bagaimana bisa membedakan makhluk manusia dengan makhluk hewan?

Intinya saat ini manusia hidup dalam peradaban kapitalis yang lahir dari akidah sekuler, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Artinya, aturan agama jangan dibawa-bawa dalam aktivitas kehidupan. Agama cukup urusan seorang individu dengan tuhannya, sesuai dengan keyakinannya. Tapi dalam aktivitas kehidupan, yang berhak membuat aturannya adalah manusia. Maka apa pun bisa terjadi, dalam semua aspek dan lini kehidupan. Termasuk urusan merayakan ulang tahun yang diharamkan oleh agama Islam.

Namun umat Islam seperti tidak menggubris aturan agamanya, bersikap EGP. Karena sudah lebih 100 tahun, umat Islam dijauhkan dari nilai-nilai agamanya. Perlahan tapi pasti, sejak diruntuhkannya khilafah Ustmani yang berpusat di Turki oleh Inggeris melalui kaki tangannya laknatullah Mustafa Kemal Attartuk, hukum dan aturan produk pemikiran Barat berhasil mengeliminasi ajaran agama Islam dari pemikiran dan prilaku umat Islam.

Kurikulum pendidikan Islam sedikit demi sedikit digeser dengan memasukkan kurikulum pendidikan Barat, sampai akhirnya menggeser bahasa Arab dan huruf Arab sebagai bahasa  pengantar dan tulisan di sekolah-sekolah negeri muslim, diganti dengan bahasa negara yang menjajah dan huruf latin. Seperti di Asia Tenggara, yang mayoritas penduduknya muslim, sebelum di jajah sangat pandai berbahasa Arab dan menulis dengan  huruf melayu Arab.

Alhasil sekarang, semua umat Islam di negeri-negeri Muslim, pemikirannya sudah terkontaminasi sangat dalam dengan pola pikir Barat (Yahudi Nasrani). Sehingga bagi umat Islam pun sekarang, beragama itu cukup melakukan ibadah mahdah saja, seperti shalat, puasa, zakat, haji.

Selain itu, semua aktivitas kehidupan mengikuti peradaban kapitalis-liberalis (azas manfaat dan kebebasan). Bukan merayakan ulang tahun saja yang diharamkan, banyak perkara yang diharamkan tetap dilakukan, seperti pola bergaul, terjadi ikhtilat (bercampur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahram)  sehingga terjadi khalwat (berdua-duan) seperti nonton berdua, dan lain-lain baik pacaran atau tidak pacaran.

Sebenarnya banyak sekali hukum dan aturan Islam yang dilanggar oleh penganutnya, baik dengan sadar atau tidak sadar. Sebagaimana Rasulullah SAW mengatakan dalam sebuah hadits. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Ra. ia berkata, “Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ‘Kamu akan mengikuti jejak langkah umat-umat sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sehingga jikalau mereka masuk ke lobang biawakpun kamu akan mengikuti mereka’. Sahabat bertanya. ‘Ya Rasulullah! Apakah Yahudi dan Nashrani yang Tuan maksudkan?’ Nabi SAW menjawab, ‘Siapa lagi?’(kalau bukan mereka)” (HR Muslim).

Sesungguhnya Allah sudah mengingatkan orang beriman agar tidak terperosok mengikuti langkah setan dalam surah al-Baqarah ayat 208, yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.”

Untuk lepas dari segala kerusakan dan kehancuran hari ini dalam semua lini kehidupan termasuk munculnya pemimpin-pemimpin pembohong, tukang tipu, munafik, tidak ada takutnya kepada Allah Azza wa Jalla, baik di eksekutif, legislatif dan yudikatif,  kaum Mukmin harus bersatu dalam jemaah Islam ideologis yang memperjuangkan tegaknya kembali Islam kaaffah untuk mengatur kehidupan manusia di dunia ini, sehingga perabadaban Islam akan berjaya kembali meriayah atau mengurus kehidupan di dunia ini sebagaimana pernah terjadi selama 1300 tahun dengan luas  wilayah  2/3 dunia, yang terbentang  dari Eropa (Spanyol, Eropa Timur)  Afrika, dan Asia.

Dan ini tidak ada yang mustahil bagi Allah, jika hamba-hambanya mau menta'ati panggilan Allah dengan menolong agama Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surah Muhammad ayat 7 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Jika kamu menolong (agama) Allah,  niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”


Share this article via

11 Shares

0 Comment