| 82 Views

Saatnya Umat Bersatu Palestina Membutuhkan Tegaknya Kepemimpinan Islam

Oleh : Dewi yuliani

Lagi - lagi serangan terhadap Palestina terjadi terus menerus dan semakin brutal. Sebagaimana pada kasus sebelumnya, mayoritas korban pada serangan Ramadan ini adalah perempuan dan anak-anak yang tidak berdaya. Mereka diserang saat sahur dalam kondisi kelaparan dan tanpa ada pelindung sama sekali. Sebagian dari mereka jasadnya ditemukan dalam keadaan hancur hingga sulit untuk diidentifikasi.

Berita dikutib dari Jakarta, CNBC Indonesia - Gelombang serangan udara yang mengakhiri gencatan senjata di Gaza menandai eskalasi besar dalam konflik Israel-Palestina. Perdana Menteri Israel menjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan ini baru permulaan dan akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut. Negosiasi gencatan senjata lebih lanjut, kata Netanyahu dalam pidato televisi Selasa (18/3/2025) malam, akan berlangsung di bawah tembakan. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023. Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda dan kepada mereka bahwa ini baru permulaan ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.

Apa yang dilakukan Zionis ini benar-benar di luar nalar manusia. Setelah berakhirnya fase pertama gencatan senjata pada 1 Maret 2025, pihak Zionis kembali memberlakukan pengepungan di Gaza. Mereka kembali memutus aliran listrik sekaligus mencegah makanan, air, bahan bakar, serta obat-obatan untuk masuk ke Gaza. Alhasil, kaum muslim Gaza harus menjalankan ibadah Ramadan dalam kondisi yang sangat berat. Oleh karena itu perlu terus membangun kesadaran umat akan solusi hakiki persoalan Palestina yaitu tegaknya kepemimpinan Islam. Bagi Palestina, kepemimpinan Islam akan membebaskannya dari penjajahan. Khilafah akan mengirimkan pasukan untuk berjihad melawan musuh yaitu pasukan Zionis. 

Mirisnya, semua itu terjadi di depan mata seluruh penduduk dunia, termasuk kita. Namun, dari hari ke hari, suara pembelaan atas muslim Palestina khususnya Gaza makin lemah terdengar, tertutup oleh berbagai persoalan yang membelit kehidupan mereka. Begitu pun dengan para penguasanya.

Mereka hanya bisa beretorika dan berkoar-koar siap berada di sisi muslim Palestina. Namun faktanya, tidak ada yang mereka lakukan selain berkelit atas nama kepentingan nasional dan aturan internasional yang harus dijaga. 

Padahal sebagai sesama umat Rasulullah saw., tidak pantas kita berdiam diri melihat saudara seimannya hidup menderita. Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR Bukhari dari Anas bin Malik, ra.).

Betul bahwa apa yang terjadi di Gaza, hakikatnya adalah kemuliaan bagi kaum Muslim di sana karena tanahnya menjadi tanah jihad dan kematiannya adalah syahid yang diinginkan setiap hamba bertakwa. Itulah kenapa, kita lihat mereka tampak begitu bersabar dan ridah dengan ketentuan Rabb-nya, meski mereka tetap menangis karena mereka adalah manusia. Untuk itu, ia mengingatkan, orang-orang yang ikhlas dari kalangan tentara muslim harus segera bangkit mendukung Islam dan kaum muslim, menghadapi Zionis Yahudi, AS, dan semua kekuatan kufur. Yakni, sebelum mereka menghancurkan negeri kaum muslim yang akan membuat kita meratap ketika tidak ada jalan keluar tutupnya.

Namun bagi kita, nasib mereka hakikatnya adalah ujian keimanan. Apakah iman itu kokoh terhunjam di dada? Atau hanya sampai di kerongkongan, bahkan di bibir semata? Tentu tidak pantas bagi kita bersikap abai melihat saudaranya dibantai dan dihilangkan eksistensinya. Bahkan kelak kita akan didakwah karena saat di dunia kita berpura-pura tuli buta dan menerima kelemahan untuk tidak sungguh-sungguh menolong mereka.

Islam tegas memerintahkan agar kaum muslim seluruhnya bergerak membantu dengan sekuatnya. Pertolongan itu tidak lain berupa tentara yang akan mengusir penjajah dan sekutunya dengan jihad fi sabilillah. Namun tidak dimungkiri, ada halangan fisik yang besar bagi umat untuk bisa bergerak menolong mereka. Halangan itu berupa bercokolnya kepemimpinan dan negara yang tegak di atas paham sekularisme dan nasionalisme di negeri-negeri Islam. 

Di sisi lain, bagi kaum muslim di Indonesia, juga di negeri-negeri muslim, tegaknya Khilafah akan menjadikan semua manusia diurus dengan syariat Islam, aturan terbaik dari Allah swt. sehingga akan terwujud kesejahteraan dan keberkahan serta menjadi rahmat bagi seluruh alam. Tegaknya kepemimpinan Islam adalah kewajiban setiap muslim. Dalil-dalil jelas menunjukkan kewajiban tersebut.

Umat harus berjuang untuk mewujudkan kewajiban yang menjadi mahkota kewajiban tersebut. Dibutuhkan adanya jamaah dakwah islam ideologis yang akan mengarahkan umat berjuang meneladani jalan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Wallahu'alam bishawab


Share this article via

50 Shares

0 Comment