| 225 Views
Saat Keluarga Tak Lagi Menjadi Rumah yang Nyaman

Oleh : Ariefdhianty Vibie
Maraknya pembunuhan yang terjadi oleh anggota keluarga, begitu tragis dan mengiris hati. Entah dimana lagi letak akal dan hati nurani, bahkan kepada keluarga sendiri pun, dengan tega dan keji melakukan pembunuhan. Seperti beberapa kasus yang terjadi pada akhir Agustus ini.
Di Balikpapan, Kalimantan Timur, seorang pemuda dengan tega menikam ibu kandungnya sendiri. Disinyalir, pelaku memiliki gangguan jiwa hingga nekat berbuat keji seperti itu (prokal, 24/08/2024). Di tempat lain, seorang ibu dengan bengis membunuh anak tirinya yang masih berusia 6 tahun, dan memasukkan jasadnya ke dalam karung. Sebelum membunuh, terungkap jika anak tirinya itu sering mendapatkan siksaan (sindonews, 24/08/2024). Peristiwa yang tidak jauh berbeda juga terjadi di Cirebon, seorang pemuda dengan sadis membunuh ayah kandungnya dan melukai adik perempuannya (metrotvnews, 24/08/2024).
Mirisnya, kejadian serupa sudah sering terjadi, bahkan sejak lama. Banyak faktor yang melatarbelakangi kejadian tersebut. Mulai dari tidak terpenuhinya materi, balas dendam, depresi berat, dan sebagainya. Faktor-faktor pemicu tersebut biasanya tidak hanya satu, melainkan terus beruntun, yang lama-kelamaan menjadi pemantik, seperti efek bola salju.
Keluarga sebagai pondasi dan benteng perlindungan setiap individu sudah sangat keropos hari ini. Diibaratkan seperti rumah yang melindungi, kerusakan itu tidak mampu lagi menjadikan rumah sebagai tempat berlindung yang aman dan nyaman. Berbagai peristiwa ini membuktikan jika sistem kapitalisme tidak mampu menjadikan keluarga sebagai institusi yang mengayomi dan melindungi. Pemerintah juga tidak mampu memberikan keamanan kepada setiap individu warga negara. Hukum begitu tumpul, sama sekali tidak memberikan efek jera bagi pelaku. Walhasil kejahatan menyebar, tidak pandang bulu, siapapun dihajar jika nafsu sudah membelenggu.
Kondisi ini sesungguhnya menggambarkan jika masyarakat sedang sakit keras. Beginilah jika sistem kapitalisme dijadikan pijakan kehidupan. Setiap orang merasa bebas berbuat. Agama tidak lagi dijadikan pegangan menjalani kehidupan. Akal sehat dan naluri mereka kalah oleh hawa nafsu. Sementara itu, masyarakat pun abai melakukan amar makruf nahi mungkar akibat sistem kapitalisme yang cenderung melahirkan manusia individualis.
Keluarga sebagai institusi terkecil dalam sebuah negara, adalah madrasah al-ula atau sekolah pertama bagi anak-anak, juga tempat belajar bagi para anggota keluarga. Dari sini pendidikan karakter terbentuk agar mencegah dari berbuat kejahatan. Hal ini adalah upaya dalam menjadikan individu yang bertakwa kepada Allah swt. Oleh karena itu, keluarga, terlebih orang tua, mestilah menanamkan akidah Islam dengan pemikiran yang mendalam. Pola pendidikan Islam yang berasal dari ideologi Islam akan mampu menciptakan manusia yang berkepribadian dan bertingkah laku sesuai dengan tuntunan Islam, sehingga menjauhkan diri dari perbuatan maksiat dan kejahatan.
Setiap anggota keluarga juga mesti memahami peran masing-masing. Misalnya, Sebagai ibu, seorang perempuan dituntut untuk lemah lembut dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Dengan melaksanakan aturan Allah, yaitu mengasuh, merawat, dan mendidik anak dengan lemah lembut, maka naluri kasih sayangnya pun akan terus eksis.
Bagi seorang laki-laki, Allah tetapkan ia sebagai suami dan ayah bagi anak-anaknya. Hukum syara telah menetapkan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelindung, memberi rasa aman, juga pencari nafkah bagi keluarganya. Ketika seorang laki-laki sebagai suami atau ayah berusaha menjalankan aturan Allah Swt. dan Rasul-Nya dengan baik, naluri kasih sayangnya ini pun akan tetap eksis.
Demikian halnya dengan anak-anak, ia akan berusaha menjalankan kewajibannya sebaik-baiknya, yaitu birrul walidain (berbakti kepada kedua orang tua). Anak akan menjalankan perintah Allah dengan baik, menyayangi kedua orang tuanya, tidak berkata kasar kepada keduanya, apalagi memukul atau lebih dari itu. Mereka akan senantiasa memuliakan dan taat kepada orang tua.
Kemudian, di tengah sistem kapitalisme sekuler yang rusak, ada banyak peluang untuk melakukan kemaksiatan. Maka menjadi suatu kewajiban bagi kita untuk senantiasa terus mendekat kepada Allah Swt. Menghiasi rumah dengan berbagai amal soleh, seperti membaca Al-Quran, berdzikir, mendirikan salat sunnah di samping ibadah wajib. Tidak ketinggalan juga melaksanakan puasa sunnah dan salat di sepertiga malam sambil mencurahkan segala permasalahan kepada Allah swt. Ini semua akan menjadi modal utama menghadapi permasalahan rumah tangga dengan selalu mengembalikannya kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya.
Setiap keluarga muslim harus menjadikan syariat Islam sebagai pijakan dalam menjalani kehidupan. Di sinilah pentingnya setiap anggota keluarga membina diri dengan pemahaman Islam yang lurus dan tsaqafah Islam. Ketika setiap keluarga muslim memahami Islam dengan benar, ia akan mampu membedakan pemikiran yang benar dan salah sehingga tidak mudah terjebak pada perbuatan dan tingkah laku menyimpang.
Oleh karena itu, kita membutuhkan situasi politik yang kondusif untuk menciptakan karakter individu yang saleh dan bertakwa. Meskipun kita telah memproteksi keluarga dengan ide-ide Islam dan membina anak-anak secara intensif, apabila sistem yang berlaku di tengah kehidupan keluarga tidak menggunakan aturan-aturan Islam, maka sulit bagi bangunan keluarga yang kukuh itu bisa bertahan.
Gempuran dari luar akan senantiasa menghadang. Pemikiran-pemikiran yang bertentangan bisa mempengaruhi tingkah laku dan moral anggota keluarga. Begitu pula rintangan berupa kesulitan ekonomi akan berdampak pada sulitnya pemenuhan kebutuhan fisik dan nonfisik anggota keluarga. Dari sinilah biasanya muncul tindak kriminalitas dan penyimpangan sosial lainnya.
Sudah seharusnya kita mencampakkan sistem kapitalisme sekuler yang telah nyata membuat kejahatan marak. Hanya sistem Islam sebagai satu-satunya solusi untuk membawa masyarakat pada kebaikan. Sistem Islam mampu membendung serangan musuh-musuh Islam dan menjaga masyarakat agar tetap dalam keimanan dan tatanan yang sesuai aturan Islam. Hal ini dilakukan dengan penerapan aturan Islam secara kaffah sehingga tercipta tatanan masyarakat yang baik, damai, dan sejahtera yang dipenuhi ampunan dan ridha Allah ta’ala.
Wallahu’alam bishowab