| 127 Views

Refleksi Hari Guru Sedunia: Perlu Revitalisasi Guru

Oleh: Normah Rosman
Pegiat Literasi

Setiap tanggal 5 Oktober akan diperingati sebagai Hari Guru Sedunia atau World’s Teacher Day. Tanggal 5 ditetapkan sebagai Hari Guru Sedunia berdasarkan tanggal konferensi UNESCO di Paris. Peingatan Hari Guru Sedunia ini sudah dilakukan sejak tahun 1994, hal ini dalam rangka memperingati penandatanganan Rekomendari UNESCO/ILO 1966 tentang Status Guru. Yang mana rekomendasi tersebut menetapkan hak serta tanggungjawab guru dan standar internasional untuk persiapan awal juga Pendidikan lanjutan para guru sebagai pengajar. Dengan adanya peringatan Hari Guru Sedunia merupakan salah satu bentuk dari pemahaman, apresiasi dan kepedulian terhadap guru (kompas.com, 5/10/2024).

Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zainatul Haeri yang juga merupakan seorang guru, sadar betul jika tugas utama seorang guru yakni memutus rantai kekerasan di sekolah. Ia juga mengatakan jika seorang guru harus menjadi sentral moral dan etika bagi siswa. Sehingga saat muncul kasus kekerasan yang melibatkan guru di sekolah membuat Iman merasa sangat miris. Seorang siswa SMP Negeri 1 STM Hilir, harus meregang nyawa setelah menjalani hukuman dari gurunya (26/9/2024). Kejadian lainnya terjadi di Pondok Pesantren tepatnya di Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar, KAF (13) tewas setelah mengalami pendarahan karena terkena lemparan kayu dari seorang ustadz di pesantren tersebut (tirto.id, 02/10/2024).

Guruku Sayang, Guruku Malang

Tanggal 5 Oktober diperingati sebagai Hari Guru Sedunia. Tahun ini UNESCO mengangkat tema “Valuing teacher voice: Towards a new social contrack for education” yang artinya “Menghargai suara guru: Menuju kontrak sosial baru untuk pendidikan”. Tentunya tema ini diangkat untuk menyoroti pentingnya suara seorang guru. Suara seorang guru sangat diperlukan agar mereka dapat memberikan pembinaan dan memanfaatkan potensi terbaik dari setiap anak didiknya. Guru adalah orang yang berinteraksi langsung pada murid-muridnya sehingga mereka lebih tahu apa dibutuhkan oleh seorang murid dan bagaimana mendidik serta membimbing mereka.

Sedemikian pentingnya peran seorang guru dalam mendidik generasi muda, namun fakta di Indonesia justru menunjukkan hal yang sebaliknya. Guru dihadapkan pada berbagai persoalan, baik gaji yang sangat rendah, jauh dari kata sejahtera, kurikulum yang sering gonta-ganti dan membingungkan para guru dalam mengimplementasikan pada siswa-siswinya, tekanan hidup yang tinggi. Penghargaan terhadap guru juga sangat kurang, dan terkadang diperlakukan tidak sepatutnya. Guru hanya dianggap sebagai faktor produksi pendidik siswa. Tata tertib sekularisme juga sangat mempengaruhi jati diri seorang guru. Sehingga ada beberapa guru yang tega melakukan tindakan buruk terhadap siswa siswinya, baik itu berupa kekerasan mental, kekerasan fisik hingga kekerasan seksual yang dapat meyebabkan siswanya meregang nyawa.

Sungguh miris pendidikan di negeri ini. Guru dituntut untuk bisa mengajar dengan baik dan memberikan bimbingan terbaik mereka. Tapi di negeri yang mengadopsi sistem sekular tentu saja tidak memandang nilai-nilai perbuatan baik berdasarkan agama. Perbuatan dinilai baik jika menguntungkan individu atau golongan tertentu. Sedangkan sistem kapitalis yang diadopsi negeri ini juga berdampak pada sistem pendidikan yang mana pendidikan saat ini sangat “mahal”, berbanding terbalik dengan gaji guru yang jauh dari kata sejahtera.

Pendidikan dan Status Guru Dalam Islam

Islam mempunyai sistem pendidikan tersendiri. Asas pendidikan Islam adalah aqidah Islam. Asas ini tentunya sangat berpengaruh dalam penyusunan kurikulum pendidikan, sistem belajar mengajar, kualifikasi guru, budaya yang dikembangkan serta interaksi antara semua kompenen penyelenggara pendidikan. Meskipun penetapan aqidah Islam sebagai asas pendidikan bukan berarti setiap ilmu pengetahuan harus bersumber dari aqidah Islam. Tapi aqidah Islam adalah standar penilaian dalam tolak ukur pemikiran dan perbuatan.

Tak hanya asas, sistem pendidikan dalam Islam juga memiliki tujuan. Yang mana tujuan tersebut merupakan suatu target dari semua proses pendidikan termasuk dalam penyampaian ilmu. Adapun tujuan dari pendidikan Islam yakni : Pertama, Membentuk kepribadian Islam (syaksiyah Islamiyah). Pada prinsipnya ada 3 langkah metode pembentukan dan pengembangan kepribadian Islam. Pertama, menanamkan aqidah Islam dengan metode yang memuaskan akal, menggetarkan jiwa, serta menyentuh perasaan. Kedua, mendorong untuk senantiasa berpikir dan berperilaku sesuai aqidah dan syariat Islam. Dan ketiga. Mengembangkan kepribadian dengan cara bersungguh-sungguh. Kedua, Menguasai tsaqofah Islam.  Ketiga, Menguasai Ilmu kehidupan (sains tekhnologi dan keahlian).

Sistem pendidikan dalam Islam mempunyai standar tersendiri dalam memilih guru dan dosen. Dalam sudut pandang sistemik, guru dan dosen merupakan sebuah prototipe teladan hidup. Selain mengajarkan ilmu kepada peserta didiknya, guru juga harus memberikan teladan kepada peserta didiknya. Apapun mata pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru, ia tetap harus mampu memberikan teladan perilaku Islami sekaligus memiliki visi yang jelas dalam mengembangkan pribadi peserta didiknya.

Islam mempunyai sistem pendidikan yang mampu menghasilkan guru-guru yang berkualitas tinggi dengan bersyaksiyah Islam, berkemampuan terbaik, serta mampu mendidik siswanya dengan baik pula. Islam sangat menghormati dan memuliakan guru, diantaranya dengan memberika gaji yang tinggi kepada guru. Hal ini sesuai dengan kriteria guru yang diperlukan dalam mendidik serta mencapai tujuan pendidikan dalam Islam. Dalam mencapai tujuan pendidikan Islam tentu tugas guru sangat berat sehingga gaji yang tinggi sangat pantas mereka dapatkan mengingat tugas mereka berat sehingga tak boleh diganggu dengan beban pikiran ekonomi.

Gaji guru yang paling rendah di masa Khilafah adalah 40 Dinar (1  Dinar = 4,25 gram emas). Dengan gaji terendah saja seorang guru sudah bisa hidup sejahtera beserta keluarganya. Sehingga guru akan mencurahkan semua kemampuannya untuk benar-benar mendidik dan membimbing peserta didiknya, agar mencapai tujuan pendidikan dalam Islam.

Wallahu a’lam bisshawab.


Share this article via

32 Shares

0 Comment