| 36 Views

Problem Pendidikan Butuh Sistem Islam Bukan Kebijakan Populis

Oleh : Siti Rodiah

Presiden Prabowo Subianto, menyoroti minimnya fasilitas pendidikan di sekolah saat memberikan sambutan dalam acara Peringatan Hari Pendidikan Nasional di SD Negeri Cimahpar 5, Bogor, Jawa Barat, Jumat (2/5/2025). Prabowo menyebutkan sekolah di daerah kini hanya memiliki satu toilet untuk siswa sekaligus guru. Padahal, sekolah tersebut mendapatkan alokasi anggaran yang disebut tidak sedikit.

Di satu sisi, Prabowo menyatakan pemerintah pusat telah menetapkan anggaran untuk perbaikan sekolah dengan nilai yang cukup tinggi, yakni mencapai Rp 17 triliun. Meski demikian, dia menyadari anggaran dengan nilai fantastis itu hanya dapat merenovasi 11.000 sekolah pada 2025. Sedangkan, total ada lebih dari 300.000 sekolah se-Tanah Air.

Dengan anggaran tersebut, dia memperkirakan renovasi seluruh sekolah di Tanah Air membutuhkan waktu hingga 30 tahun.Oleh karena itu, Prabowo berjanji untuk melakukan efisiensi anggaran dan mengalokasikan dana lebih untuk perbaikan sekolah. (Tirto.id, 2/5/2025)

Peringatan Hardiknas diadakan setiap tahun, tetapi perayaan tersebut sejatinya hanya seremonial belaka. Tidak mengubah apapun terkait semakin menggunung nya berbagai problem pendidikan di negeri ini. Pemerintah menganggap bahwa masalah tersebut bisa selesai hanya dengan pendekatan populis dan alokasi anggaran yang sifatnya tambal sulam. Pemerintah menunjukkan kepeduliannya dengan menggelontorkan dana yang tidak sedikit.

Dalam peringatan hardiknas tersebut, presiden juga meluncurkan berbagai program untuk perbaikan Pendidikan di negeri ini, diantaranya pembangunan atau renovasi sekolah dan bantuan untuk guru. Sudah menjadi rahasia umum bahwa sarana dan prasarana sekolah-sekolah di Indonesia begitu memprihatinkan. Kemudian hal ini diperparah dengan gaji guru yang rendah dan tidak layak, termasuk guru honorer. Tentu saja hal ini akan menggangu aktivitas belajar dan mengajar di sekolah. Dengan kondisi seperti ini apakah bisa sistem pendidikan kita mencetak generasi yang unggul dan berkualitas?

Dengan digelontorkan nya anggaran Pendidikan yang rendah dan adanya kebocoran dana atau korupsi, sungguh berdampak pada buruknya bangunan sekolah. Banyak bangunan sekolah yang hampir roboh, atap yang bocor, tidak tersedia perpustakaan, laboratorium, toilet sekolah yang minim serta tidak layak dan seabreg permasalahan lain nya. Profesi guru juga dianggap hanya sebagai pekerja dengan beban yang banyak dan jauh dari sejahtera. Padahal seorang guru adalah profesi mulia yang wajib kita hormati dan apresiasi atas dedikasinya dengan memberikan upah yang layak. Inilah potret buram Pendidikan Indonesia yang begitu terpampang nyata.

Semua masalah ini adalah dampak dari kebijakan penguasa yang berlandaskan kapitalisme termasuk dalam bidang Pendidikan. Dalam sistem kapitalisme, di mana peran negara sangat sedikit sehingga tidak akan mungkin membuat perbaikan dalam penyelenggaraan Pendidikan. Kapitalisasi Pendidikan juga menyebabkan negara berlepas tangan dari penyelenggaraan Pendidikan. Negara menyerahkan semua urusan yang berkaitan dengan sektor pendidikan kepada pihak swasta, sehingga negara hanya mencukupkan apa yang sudah disediakan swasta. Walhasil sarana prasarana yang disediakan pun minimalis sesuai anggaran yang ada. Kita tahu bahwa pihak swasta hanya ingin meraih keuntungan sebanyak-banyak nya dengan modal seminimal mungkin.

Belum lagi selesai persoalan anggaran. Penerapan sistem ekonomi kapitalis membuat negara kesulitan menyediakan anggaran, sehingga menjadikan utang sebagai jalan untuk mendapatkan anggaran pembangunan. Ditambah lagi dengan tingginya korupsi dalam bidang pendidikan makin membuat minimnya dana yang tersedia. Padahal Indonesia adalah negara yang kaya dengan sumber daya alamnya, tapi toh tidak mampu menyejahterakan rakyat nya dalam pemenuhan hak atas pendidikan akibat salah pengelolaan SDA tersebut.

Islam memandang pendidikan adalah bidang strategis yang akan berpengaruh terhadap kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan didalam Islam bukan hanya mencetak generasi dengan visi dunia saja tetapi juga visi akhirat. Dalam arti mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa, paham sains dan teknologi serta dibekali skill dan keterampilan yang mumpuni. Dengan ini Islam mewajibkan negara bertanggungjawab penuh dalam memenuhi kebutuhan Pendidikan rakyatnya secara gratis dan kualitas terbaik. Sehingga bukan mustahil peradaban Islam akan kembali bangkit dan berjaya seperti masa kekhilafahan.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majelis,’ maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadalah: 11).

Rasulullah saw. bersabda, “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” (HR Ibnu Majah no. 224).

Sistem ekonomi Islam akan mampu menyediakan saran dan prasarana Pendidikan termasuk memberikan penghargaan besar terhadap para guru atau pendidik. Negara memiliki sumber anggaran yang banyak dan beragam seperti dari fai, kharaj, usyur, ghanimah, jizyah dan harta kepemilikan umum di Baitul mal sehingga bisa menyediakan anggaran yang besar untuk menyediakan berbagai sarana dan prasarana pendidikan serta menggaji guru dengan layak.

Wallahu a'lam bisshawab


Share this article via

25 Shares

0 Comment