| 273 Views

Potret Kelam Pendidikan Sekuler

Oleh : Ika Kartika Sari
Pegiat literasi 

Apa penyebab seorang dokter atau masih banyak lagi orang-orang berpendidikan yang bisa mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri?

Salah satu contohnya yaitu Dokter PPDS di Undip Semarang Ditemukan Tewas di Indekos, diduga Bunuh Diri. Seorang mahasiswa peserta PPDS (Program Pendidikan Dokter Spesialis) Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang diduga bunuh diri.

Informasi yang dihimpun, korban merupakan mahasiswa peserta PPDS di RSUP Dr Kariadi, Semarang, berinisial R (30) warga Kota Tegal. Ia ditemukan tewas pada Senin (12/8) kemarin di kamar indekos yang terletak di Lempongsari, Gajahmungkur, Kota Semarang.
Kasatreskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena membenarkan peristiwa itu. Diduga mahasiswa tersebut menyuntikkan obat ke tubuhnya sendiri.
"Benar bunuh diri, yang bersangkutan menyuntikkan obat ke badannya sendiri". Rabu (14/8). Sena mengatakan, saat peristiwa itu terjadi pintu kamar kos korban sedang dalam kondisi terkunci dari dalam. Kumparan.com

Kasus bunuh diri ini akibat perundungan dan pelecehan verbal. Masih banyak calon dokter yang mengalami depresi dan ingin mengaakhiri hidupnya semua ini di karenakan tingginya biaya pendidikan dan belum lagi perilaku senior ke juniornya yg semena mena.

Semua ini terjadi karena sistem pendidikan hari termasuk pendidikan kedokteran diatur dengan paradigma sistem pendidikan kapitalisme. 
 
Kapitalisme memandang    mendapatkan materi sebanyak banyaknya adalah sumber kebahagiaan dan kepuasan maka dari itu pendidikan kesehatan sangatlah mahal, belum lagi senior yg membuli juniornya (perundungan).

Beda halnya dalam islam  pendidikan pasti sudah d jamin negara. Apalagi pendidikan kesehatan yang menyangkut kemaslahatan umat.
 
Dalam sistem pendidikan kesehatan dalam islam,  negara menjamin secara langsung kebutuhan atau biaya prakteknya tidak seperti sekarang biaya praktek di bebankan para mahasiswanya.

Dalam sistem pendidikan islam sumber daya manusia tidak hanya diukur oleh kecerdasan intelektual seperti pintar atau mendapat nilai bagus namun kecerdasan spiritual juga menjadi standar .

Maka dari itu dalam islam ilmu agama dan ilmu kehidupan senantiasa dikaitkan satu dengan yang lain.

Dalam kitab Syaikh Attaq bin khalil beliau menjelaskan tujuan pendidikan tinggi adalah penanaman dan pendalaman kepribadian islam yg intensif bagi pelajar. Tolak ukurnya adalah pola pikir dan pola sikap peserta didik sesuai syariah islam. Sehingga mahasiswa akan sadar apa yang di perbuat harus sesuai syariat islam dan mata pelajaran nafsiyah islam ini akan merata di berikan keseluruh pelajar atau mahasiswa.

Dengan pengkaitan ilmu agama dan ilmu kehidupan maka tidak akan muncul kasus perundungan seperti halnya yang di alami calon dokter anastesi diatas.

Dalam islam jika seseorang pelajar tersebut memeliki pola fikir dan pola sikap secara islam maka pasti mereke akan belajar dan berjuang bersama-sama untuk kemaslahatan umat islam. Senior akan membimbing para juniornya dan para juniorpun akan bersungguh sunguh belajar. Sebaliknya seniorpun mengajari junior pun tidak ada azaz materialistis, karena tujuan nya untuk kemaslahatan umat jadi tujuan mereka bukan tentang materi semata namun kemaslahatan umat yang terpenting dan ridonya Allah.

Maka dari itu pentignya kita menuntut ilmu islam bukan hanya menuntut ilmu islam sebagian saja yang di pelajari ibadah maqdo saja yg d pelajari, namun harus secara kaffah (menyeluruh). Agar kita faham islam tidak hanya mengatur sholat, puasa, zakat, haji namun ilmu islam itu luas salah satunya mengatur tentang pendidikan. Yuk ngaji islam kaffah!

 


Share this article via

92 Shares

0 Comment