| 12 Views

Perhatian Kesejahteraan Guru Setengah Hati Buah Buruk Kapitalisme

Oleh: Ummu Abiyu

Kesejahteraan guru masih menjadi sorotan di Indonesia. Kesejahteraan guru yang dinilai belum sepadan ini mengurangi minat menjadi guru di Indonesia. Lantas berapa gaji guru yang ideal? "Gaji guru standarnya harus Rp 25 juta per bulan. Ini baru akan ideal di Indonesia, dan minat menjadi guru akan meningkat," tegas Anggota Komisi X DPR RI Juliyatmono dalam Kunjungan Kerja Komisi X ke Jambi, Kamis (8/5/2025) seperti dilansir dari situs DPR, ditulis Minggu (11/5/2025).

Politisi Fraksi Partai Golkar ini menambahkan guru yang dihargai secara layak akan termotivasi lebih besar dalam mengajar. Dengan gaji guru yang sangat layak ini menurut Juliyatmono akan berdampak meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

"Guru adalah fondasi peradaban. Tanpa penghargaan yang layak, kita tak bisa berharap banyak dari sistem pendidikan," katanya.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi tahun 2024, rata-rata gaji guru ASN golongan III baru berkisar Rp 4 juta-Rp7 juta per bulan, sementara guru honorer bisa jauh di bawah itu, bahkan di bawah UMR daerah. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan besar antara beban kerja dan penghargaan terhadap profesi guru.

Bahkan menurut laporan data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Februari 2025 yang rilis per 5 Mei 2025, sektor pendidikan termasuk dalam 5 bidang usaha dengan gaji terendah di Indonesia dengan Rp 2,79 juta per bulan.

Sektor Pendidikan juga masuk dalam 4 lapangan usaha yang mengalami penurunan sebesar 1,73 persen.

Jika kita mencermati fenomena miris ini, profesi guru tidak ubahnya para pekerja pada umumnya. Gaji guru yang rendah bagai mengalami standardisasi seperti UMR buruh. Gaji guru honorer bahkan lebih menyedihkan. Nominal Rp200-300 ribu adalah jumlah yang umum mereka terima. Guru honorer yang gajinya lebih rendah dari nominal itu pun masih ada.

Fakta gaji guru ini layak membuat kita mengurut dada. Nominalnya sangat jauh di bawah garis kemiskinan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), garis kemiskinan nasional per kapita adalah Rp595.242 per bulan (per September 2024). Tidak heran, banyak guru yang harus memiliki lebih dari satu profesi agar mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Sekali lagi, semua ini harus membuat kita menyadari bahwa guru hanyalah pekerja di dalam sistem kapitalisme. Gaji dan kesejahteraan guru dipandang sebagai bagian dari faktor produksi sebuah sistem besar pendidikan yang tidak ubahnya mesin/pabrik untuk mencetak generasi terdidik. Tidak heran, gaji rendah dan kesejahteraan minim yang menimpa para guru adalah bagian dari konsep ekonomi kapitalisme yang meniscayakan penggunaan modal yang sekecil-kecilnya demi memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Hal ini sejalan dengan kapitalisasi pendidikan sebagaimana pepatah “jer basuki mawa beya” yang artinya barang siapa yang menghendaki kesuksesan harus rela mengeluarkan biaya. Kita bisa melihat fenomena tersebut berlaku di dunia pendidikan saat ini. Sekolah berbiaya mahal dimaknai sebagai sekolah berkualitas. Sebaliknya, sekolah gratis dimaknai sebagai sekolah yang tampak lebih rendah derajatnya. Namun, banyak orang lupa bahwa kapitalisasi pendidikan adalah swastanisasi pendidikan. Di baliknya terdapat sikap dan kebijakan penguasa yang abai terhadap kualitas generasi.

Sudah selayaknya pemerintah harus lebih serius dalam memenuhi kesejahteraan para guru. apalagi dalam proses penggajian guru sangat erat kaitannya dengan ketersediaan sumber dana negara, dimana sumber dana negara kita saat ini sebagian besar hanya berasal dari pajak yang mencekik rakyat.

Pemerintah memiliki peran penting dalam menentukan anggaran untuk pendidikan dan penggajian guru. Sehingga seharusnya pemerintah dapat memprioritaskan anggaran untuk berbagai sektor, termasuk pendidikan. Jika pendidikan menjadi prioritas maka anggaran untuk gaji guru dapat ditingkatkan. Gaji guru yang rendah dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja para guru. Sehingga bagaimana para guru bisa fokus mendidik anak didiknya? Jika pikiran mereka masih bercabang mencari sampingan guna menutupi kebutuhan hidup yang makin berat, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi mutu kualitas pendidikan.

Sistem kapitalisme yang saat ini diterapkan melahirkan kebijakan bahwa profesi guru dianggap sama seperti profesi lainnya yaitu tidak lain hanya sebagai pekerja. Sehingga memiliki upah yang rendah. Negara juga tidak bejus dalam mengurusi pendidikan, sehingga pendidikan hanya dianggap sebatas untuk mendapatkan ijazah yang digunakan dalam mencari kerja dan hal ini juga telah diserahkan kepada pihak swasta. Sehingga menjadi beban berat bagi masa depan generasi penerus bangsa.

Semua ini akibat dari sistem kapitalisme yang mana sistem keuangannya bergantung kepada utang negara dan pajak yang mencekik rakyat. Alhasil, utang negara makin menumpuk yang mengakibatkan gaji besar bagi guru dirasakan membebani negara.

Sangat berbeda dengan sistem pendidikan Islam yang mampu memberikan kesejahteraan bagi para guru. Sistem Islam menghasilkan sistem pendidikan ideal yang dapat memberikan gaji yang layak bagi para guru sehingga mereka dapat hidup dengan sejahtera. Kemudian mereka fokus pada tugasnya sebagai tenaga pendidik.

Di dalam Islam guru juga sangat dihargai dan dihormati, menghormati guru berarti menghormati ilmu. Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan orang-orang yang berilmu. Guru sebagai pembawa ilmu pengetahuan dianggap sebagai orang yang mulia dan terhormat, mereka memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk generasi yang berilmu dan bertakwa.

Wallahu a'lam bishshawab.


Share this article via

8 Shares

0 Comment