| 20 Views

Perang India-Pakistan: Desain Perang Abadi

Oleh : Ainul Mizan
Peneliti LANSKAP

Konflik India-Pakista dimulai dengan serangan India ke Pakistan pada 7 Mei 2025. Serangan tersebut disebut sebagai bagian dari Operasi Sindoor merespon serangan teroris di Pahalgam.

Serangan teroris di Pahalgam pada 22 April 2025, telah menewaskan 26 warga sipil. India menyebut keterlibatan TRF sebagai organisasi teroris Pakistan yang bertanggung jawab.

Setelah beberapa hari perang terjadi, kedua belah pihak sepakat melakukan gencatan senjata. Dari pihak Pakistan sendiri telah mengklaim berhasil menembak jatuh sekitar 5 jet tempur India. Begitu pula India mengklaim telah berhasil membidik sarang teroris di Pakistan dan beberapa titik pangkalan militer Pakistan. Artinya kedua negara saling mengklaim kemenangan. Rasa cukup untuk memberi pelajaran dan peringatan menumbuhkan rasa untuk mengakhiri konflik.

Pertanyaannya, apakah gencatan senjata antara India-Pakistan akan lenggeng, terutama untuk perdamaian di wilayah Asia Selatan? Seberapa jauh intervensi AS dalam konflik India-Pakistan?

Kashmir, sebuah wilayah perbatasan antara India-Pakistan yang tetap menjadi sengketa. Kashmir menjadi lambang kepentingan abadi AS di kawasan. Betapa tidak. AS ibarat meletakkan kedua kakinya baik di India maupun Pakistan.

Kepentingan AS di India adalah mengurangi kedekatan India dengan Rusia. Rusia menjadi mitra strategis bagi India. Apalagi India menargetkan kerjasama energi dengan Rusia dan perusahaan Rosneft Rusia. Peningkatan volume perdagangan India-Rusia ditargetkan mencapai Rp 1.624 trilyun pada 2030. Saat ini mencapai nilai Rp 1.055 trilyun.

AS berusaha menekan India agar memperingatkan Rusia terkait Ukraina. Rusia harus menghormati piagam PBB dan menghormati batas-batas wilayah Ukraina. Untuk menjamin kepentingannya tersebut, AS menempatkan Israel agar berada di kubu India. Ditambah pula dengan beberapa negara Eropa seperti Perancis. Tentunya dengan demikian akan bisa mengurangi ketergantungan India terhadap Rusia dalam menghadapi konflik dengan Pakistan.

Satu hal yang bisa menjamin terjadinya konflik antara India-Pakistan adalah serangan teroris. Tentunya yang disebut teroris adalah sejalan dengan kampanye War on Terorisme AS. Artinya serangan teroris itu berasal dari negeri-negeri kaum Muslimin. Dengan licik dan sadisnya, AS mengorbankan 3000 warganya dalam tragedi WTC dan Pentagon demi untuk bisa menumpahkan darah kaum muslimin di belahan bumi manapun.

Oleh karena itu, konflik antara India-Pakistan tidak akan pernah selesai. Perang India-Pakistan akan timbul tenggelam seiring kepentingan negara-negara besar di dalamnya, khususnya AS.

Sementara itu di pihak Pakistan. China sudah menjalin kerjasama dengan Pakistan sejak 2022. Baik kerjasama tersebut di bidang energi, transportasi dan militer tentunya. Melalui OBOR-nya, China menanamkan investasi dalam CPEC (Koridor Ekonomi China-Pakistan) senilai sekitar 45 milyar US dollar. Proyek tersebut telah berhasil membuka 200 ribu lapangan kerja, membangun lebih dari 1400 km jalan raya dan menambah 8000 MW listrik di Pakistan. Ini semua menjadikan beban utang luar negeri Pakistan  dari China lebih dari sepertiganya. Artinya di satu sisi, Pakistan belum bisa keluar dari kerjasamanya dengan China.

Sedangkan Pakistan sendiri sebelum kerjasama dengan China, tentunya sudah erat dengan AS. Sejak tahun 60-an, AS telah memfasilitasi Pakistan bisa mempunyai pembangkit listrik tenaga nuklir, termasuk pengembangan senjata nuklir. Dapat dipahami di sini jika AS punya kepentingan untuk menekan Pakistan terlibat dalam perjanjian poliferasi nuklir.

Ditambah lagi semenjak pemerintahan Pervezz Musharraf, Pakistan dengan AS sudah sepakat untuk bekerja sama dalam memberantas tindakan-tindakan terorisme. Sebenarnya AS ingin membatasi keterlibatan China secara lebih jauh dan dalam untuk berkerja sama dengan Pakistan. Mengingat SDA Pakistan yang melimpah. Pakistan mempunyai tambang garam terbesar kedua di dunia. Artinya dominasi AS dan kepentingan ekonominya jangan digeser China. Apalagi antara AS-China sedang dalam peningkatan eskalasi perang dagang. Meskipun AS sendiri tidak terlalu kuatir dengan bahaya yang ditimbulkan China terhadap kepentingannya.

Guna menjaga komitmen Pakistan dalam perang melawan Teroris, maka AS membiarkan beberapa negeri Islam berada di pihak Pakistan. Sebut misalnya Turki maupun Iran. Padahal Turki maupun Iran notabenenya adalah negara-negara proksi kepentingan AS di kawasan.

Mengakhiri Keserakahan AS

Sebenarnya yang ditakutkan AS secara akut adalah bangkitnya kekuatan baru yang akan menggeser dominasinya di dunia. Kekuatan baru itu tentu bukan dari China maupun Rusia. Meskipun kedua negara tersebut berpaham Komunisme, akan tetapi komunismenya berbeda dengan Uni Soviet yang ekspansif dan mendunia. China dan Rusia lebih pada ekspansi ekonomi dan energi yang terbatas dan untuk kepentingan nasionalnya.

Kekuatan baru itu tiada lain adalah bangkitnya Ideologi Islam dalam wujud tegaknya Kekhilafahan Islam. Tentu tidak mengherankan bila AS selalu berupaya untuk menghadang kelahirannya. Isu terorisme masih sakti dipakai untuk memperdaya negeri-negeri Islam untuk saling mewaspadai satu sama lain.

Dengan kata lain, guna mengakhiri keserakahan AS adalah dengan menegakkan kembali Khilafah. Khilafah ini akan menerapkan Syariat Islam secara paripurna dan menyebarkan Islam melalui dakwah dan jihad. Karakter kuat Islam yang tidak kompromi dengan kekufuran akan mampu menggeser dominasi AS.

Walhasil terdapat langkah taktis untuk menyelamatkan dunia Islam dari kepentingan AS yang jahat. Upaya membongkar makar jahat AS dan menjelaskannya dengan gamblang kepada umat Islam. Dengan begitu, umat Islam akan menyadari bahwa mereka sedang diadu domba demi memuluskan penjajahan AS di negerinya. Selanjutnya menanamkan kesadaran politik Islam di tengah umat Islam. Kesadaran politik yang akan mampu menggugah agar meninggalkan dan mencampakkan Ideologi Kapitalisme dan Komunisme serta derivasinya yang masih bercokol dalam kehidupan berbangsa dan bernegaranya yang berwujud Demokrasi. Selanjutnya umat harus bergerak menyatu dalam satu gelombang perubahan besar tatanan dunia baru menuju bangkitnya kekuatan baru dunia dalam tatanan Ideologi Islam. Hanya dengan cara demikian, penjajahan di atas dunia bisa dihapuskan.


Share this article via

14 Shares

0 Comment