| 50 Views
Penerapan Sistem Pendidikan Kapitalisme! Menjadikan Siswa Banyak menyontek Dan Gagal Mencetak Generasi Bertakwa

Oleh : Kiki Puspita
Jakarta, Beritasatu.com - Publik tengah dihebohkan dengan dugaan kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) untuk Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT) tahun 2025. Dalam keterangan resminya, panitia SNPMB menyayangkan dan mengutuk kecurangan dalam pelaksaan UTBK SNBT 2025. Pasalnya, hal ini dianggap mencederai prinsip keadilan, integritas dan kejujuran yang menjadi dasar seleksi nasional.
Dalam dua hari pertama ujian (23-24 April), panitia menemukan total 14 kasus kecurangan oleh para peserta. Ketua Umum Penanggung Jawab SNPMB prof.Eduart Wolok menyampaikan bahwa kecurangan terjadi pada 0,0071% dari 196.328 peserta yang hadir pada sesi 1-4. Meski persentasenya tampak kecil, fakta ini tidak bisa diabaikan.
Prof.Eduart menjelaskan bahwa kecurangan peserta menggunakan teknologi canggih untuk mencuri soal UTBK. Sangat mungkin ada keterlibatan pihak eksternal, baik dari dalam atau dari luar peserta ujian. Mereka mengambil soal ujian dengan berbagai cara dan sarana teknologi, yaitu dengan menggunakan hardware dan software. Ada juga peserta yang soalnya dikerjakan oleh pihak lain diluar lokasi ujian dengan menggunakan remote desktop.
Kecurangan dalam pendidikan telah menjadi fenomena yang marak dan sistemis. Kecurangan pada UTBK tentu membuat semua pihak kecewa dan merasa prihatin. Meski persentase kasus kecurangan kecil, namun kejadian ini terus berulang tiap tahun. Kecurangan yang sistemis ini sejatinya adalah buah dari busuknya penerapan sistem pendidikan dalam Sistem Kapitalisme.
Sistem ini menyebabkan lahirnya SDA yang bermental lemah, penipu, tidak mau bekerja keras serta enggan untuk belajar. Pendidikan dalam Sistem Kapitalisme tidak mampu mencetak siswa yang jujur. Siswa dalam Sistem Kapitalisme jauh dari akidah Islam, sehingga menghalalkan segala cara demi memperoleh nilai yang bagus dalam ujian.
Pendidikan dalam Sistem Kapitalisme saat ini yang materialistis dengan asas sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan membebaskan manusia untuk bertingkah laku, sehingga bebas untuk berbuat curang. Pelajaran tentang materi Islam hanya disampaikan sebagai hafalan demi nilai yang bagus. Bukan untuk diamalkan,sehingga wajar saya perilaku siswa saat ini banyak yang menyimpang.
Sistem pendidikan dalam sistem kapitalisme juga makin mahal biayanya, apalagi untuk biaya kuliah. Belum lagi kebijakan dari pemerintah yang semakin berkurang sehingga pihak kampus mau tidak mau harus menaikan UKT( uang kuliah tunggal). Walhasil dunia pendidikan dalam sistem kapitalisme tidak mampu mencetak generasi yang bertakwa. Oleh karena itu butuh perubahan sistem yang mampu mencetak generasi yang bertakwa, yaitu Sistem Islam.
Dalam Sistem pendidikan Islam, syariat Islam kafah akan diterapkan oleh negara Islam (Khilafah). Secara mendasar, akidah Islam mewajibkan umat Islam berbuat takwa (menjalankan segala perintah Allah Taala dan menjauhi segala larangan-Nya) sebagai konsekuensi keimanan pada-Nya. Allah Taala berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS Ali Imran [3]: 102).
Ketakwaan ini terwujud pada semua sistem yang negara terapkan. Pada sektor pendidikan, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian islami (syakhsiyyah al-Islamiyyah) dan membekali para peserta didik dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dalam Sistem Islam akan mampu merealisasikan tujuan tersebut.
Strategi pendidikan adalah membentuk pola pikir islami (akliyah islamiah) dan pola jiwa islami (nafsiah islamiah). Seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan disusun atas dasar strategi tersebut. Adapun kurikulum pendidikan wajib berlandaskan akidah Islam. Seluruh materi pelajaran dan metode pengajaran dalam pendidikan disusun agar tidak menyimpang dari landasan syariat Islam. Dengan demikian tujuan, strategi, dan kurikulum pendidikan Islam ini, akan mampu mewujudkan sistem pendidikan yang penuh ketakwaan.
Setiap ilmu pengetahuan yang didapatkan anak didik di dalam Khilafah, baik pengetahuan yang terpancar dari akidah Islam, seperti pemikiran tentang akidah dan hukum-hukum syara'. Pengetahuan yang didasari atas akidah Islam, seperti sejarah dan ilmu-ilmu lainnya. Semuanya berlandaskan pada akidah Islam.
Dalam Sistem Islam, Ilmu pengetahuan sains (ilmiah) untuk pengembangan akal agar manusia dapat menetapkan hukum atas perkataan, perbuatan, dan suatu benda dari sisi fakta dan karakteristiknya, serta kesesuaiannya dengan fitrah manusia. Ilmu pengetahuan ini tidak berhubungan langsung dengan pembentukan kepribadian.
Sedangkan Ilmu pengetahuan dalam Sistem Islam, tentang hukum syara' (syar’iyah) mengenai perkataan, perbuatan, dan suatu benda dari sisi penjelasan hukum syara'. Ilmu pengetahuan ini yang membentuk pola pikir islami (Akliyah islamiah) dan pola jiwa islami (nafsiah islamiah). Dari pola pikir islami (akliyah islamiah) dan jiwa islami (nafsiah islamiah) tersebut akan terbentuk kepribadian islami (syakhsiyyah al-Islamiyyah) yang menempatkan akidah Islam sebagai landasan berpikir dan kecenderungan jiwanya. Sekolah dituntut menjadi pengasuh utama untuk membentuk kepribadian islami yang khas.
Dengan sistem pendidikan Islam, terwujudlah siswa-siswi yang menjunjung kejujuran dalam ujian, karena hal itu sebagai bagian dari pelaksanaan syariat Islam kafah. Para guru di sekolah dipilih dari orang-orang yang bertakwa, berilmu, dan profesional sehingga bisa menjadi pendidik kepribadian Islam pada siswanya sekaligus menjadi teladan dalam kebaikan.
Sistem ujian dalam Khilafah didesain untuk mengetahui betul kemampuan siswa. Pada mata pelajaran yang mengharuskan ujian praktik akan diselenggarakan ujian praktik. Selain ujian tertulis, juga ada ujian lisan (wawancara) sehingga efektif memastikan kemampuan siswa.
Pendidikan dalam Khilafah diselenggarakan negara secara gratis bagi seluruh rakyat sehingga siswa tidak terbebani dengan biaya sekolah/kuliah yang mahal. Semua orang berkesempatan belajar, tanpa memperhatikan kondisi ekonominya. Meski gratis, kualitas pendidikan dalam Khilafah dijamin bagus, bahkan terbaik dibandingkan negara-negara yang lain.
Sekolah dan kampus diberikan fasilitas, sarana, prasarana, dan infrastruktur yang bagus sehingga bisa menyelenggarakan pendidikan secara optimal tanpa terkendala anggaran. Baitul mal membiayai semua kebutuhan pendidikan, baik untuk infrastruktur maupun gaji guru. Guru dalam Khilafah memperoleh gaji yang tinggi sehingga fokus mengajar siswanya dan tidak terbebani dengan tugas administrasi yang pelik karena konsep administrasi dalam Khilafah adalah sederhana (tidak rumit) dan efektif.
Sistem kehidupan dalam Khilafah mendukung terwujudnya generasi yang jujur. Sistem politik dan pemerintahannya bersih, tidak boleh ada suap, politik uang, atau berbagai jenis tindakan korup yang lain. Pejabat yang terbukti berbuat khianat dan curang akan diberi sanksi yang tegas dan menjerakan.
Hanya dengan Sistem kehidupan Islam, terwujudlah masyarakat bertakwa dan jauh dari tindakan curang, termasuk dalam pendidikan.
Wallahualam bissawab