| 287 Views
Pendidikan Terbaik Hanya Dalam Sistem Islam

Oleh : Erna Ummu Azizah
Pendidikan adalah kebutuhan setiap insan. Namun saat ini pendidikan yang baik dan berkualitas terasa sulit didapat. Banyak kasus anak putus sekolah, atau tidak mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena faktor ekonomi.
Seperti yang sempat ramai diberitakan, yaitu aksi protes mahasiswa mewarnai Hari Pendidikan Nasional lantaran besaran UKT (Uang Kuliah Tunggal) yang begitu mahal. Banyak calon mahasiswa yang mengundurkan diri, bahkan tak sedikit juga yang akhirnya kandas di tengah jalan karena tak sanggup menahan beban mahalnya biaya pendidikan.
Di sisi lain, masih banyak pula ditemukan fasilitas pendidikan yang tidak memadai. Seperti ruang kelas yang rusak. Menurut data Kemendikbudristek terakhir menunjukkan bahwa ruang kelas yang rusak di seluruh sekolah negeri di Indonesia ada 250.000 unit. Juga masalah akses ke sekolah yang sulit karena harus melintasi jembatan, sungai ataupun jalan yang tidak layak dilewati.
Belum lagi masalah tenaga pengajar yang jauh dari upah yang wajar. Masih banyak ditemukan guru yang bergelut dengan pekerjaan sampingan seperti memulung dan lainnya karena sangat jauh dari kata sejahtera. Bahkan mirisnya lagi banyak yang terjerat pinjaman online hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Maka tak heran jika kualitas pendidikan di negeri ini kian suram. Hasil penelitian yang dilakukan Programme for International Student Assesment (PISA) menyebutkan bahwa indeks kualitas pendidikan Indonesia mengalami penurunan dalam kurun 4 tahun terakhir. Di tahun 2023, tercatat Indonesia menempati posisi ke-66 dari 81 negara yang berpartisipasi. Dan data dari PISA ini menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia terkhusus di umur 15 tahun memiliki nilai rendah dalam kemampuan mereka berpikir kritis dan memecahkan masalah. Inilah potret buram pendidikan di sistem sekuler kapitalisme.
Ya, sistem kapitalisme telah menjadikan pendidikan ibarat barang dagangan yang bisa diperjualbelikan. Maka mereka yang sanggup membayarlah yang bisa merasakan nikmatnya pendidikan ke semua jenjang. Sedangkan mereka yang tak mampu, harus siap dengan pendidikan alakadarnya, bahkan harus siap menelan pil pahit kekecewaan karena tak dapat melanjutkan pendidikan sesuai yang diharapkan.
Pupuslah cita-cita. Bahkan banyak yang akhirnya menjadi korban kerusakan pergaulan. Seks bebas, miras, narkoba, tawuran dan berbagai kejahatan telah mewarnai gambaran generasi hari ini. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan, karena bagaimana pun juga generasi hari ini butuh pendidikan yang baik agar kelak bisa menjadi penerus peradaban yang didambakan.
Pendidikan Dalam Sistem Islam
Islam mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Bahkan Allah SWT memuliakan orang yang beriman dan berilmu sebagaimana dalam firmanNya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah: 11)
Maka, segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan adalah bagian dari penerapan hukum syara. Karenanya, selain masalah kurikulum, akreditasi, metode ajar dan sebagainya, negara dalam Islam pun akan berupaya agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah bahkan gratis.
Islam mempunyai sumber pendanaan di Baitul Mal untuk pendidikan. Sehingga bukan hal yang mustahil untuk memberikan fasilitas pendidikan berkualitas namun gratis. Diantaranya pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) wajib oleh negara, sehingga hasilnya dapat dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umat. Juga dari fa'i, kharaj, jizyah, bahkan sedekah dan wakaf kaum muslimin.
Begitu juga dengan tenaga pendidik yang amat dimuliakan dalam Islam. Pada masa Daulah Khilafah Abbasiyyah, kesejahteraan para guru sangat diperhatikan oleh pemerintah. Mereka diberikan gaji yang bisa dibilang sangat besar jika dibandingan dengan gaji para guru saat ini.
Pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid, upah tahunan rata-rata untuk penghapal Al-Qur’an, penuntut ilmu, dan pendidik umum mencapai 2.000 dinar. Sementara periwayat hadits dan ahli fiqih mendapatkan dua kali lipatnya, yaitu 4.000 dinar. Bahkan, semakin tinggi otoritas keilmuan yang dimiliki, semakin tinggi pula upah yang diberikan, yaitu mencapai 40.000 dinar. (Az-Zahrani, 202).
Jika dikonvesikan ke dalam mata uang sekarang, maka besaran gaji rata-rata pendidik umum di masa Khalifah Harun Al-Rasyid adalah 9,35 miliar per tahun, sedangkan pengajar spesialis hadits dan fiqih adalah 18,7 miliar rupiah per tahun. Jumlah yang tentunya sangat fantastis. Masya Allah..
Maka tak heran jika kualitas pendidikan pun begitu bagus hingga mampu mencetak para ulama sekaligus ilmuwan yang hebat. Seperti Ibnu Sina yang terkenal sebagai Bapak Kedokteran Dunia, juga Ibnu Haitham sebagai Bapak Optik Modern, Jabir Al-Hayyan sebagai Bapak Kimia, Ibnu Khaldun sebagai Bapak Ekonomi Islam, Al-Khawarizmi sebagai Bapak Aljabar (matematika), dan lain sebagainya.
Sungguh hanya dalam sistem Islam pendidikan terbaik bisa didapatkan. Sehingga akan lahir generasi-generasi hebat dambaan umat, generasi pemimpin yang takwa, tangguh dan sukses dunia akhirat. Karena itu mari kita semakin semangat memperjuangkan tegaknya kembali sistem Islam. Semoga Allah mudahkan, aamiin. Wallahu a'lam bish-showab.[]