| 211 Views
Pemberdayaan Perempuan, Mampukah Mengatasi Kemiskinan?

Oleh : Firda Yulianti
Pegiat Literasi
Dilansir dari media indonesia, dalam forum W20 Brasil Farahdibha Tenrilemba memaparkan peran penting perempuan dalam pengentasan kemiskinan. Farahdibha menyatakan peran perempuan sangat krusial dalam meningkatkan ekonomi keluarga dan mempertahankan kesejahteraan masyarakat, terutama di negara-negara berkembang.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga membagikan pengalaman Indonesia dalam menjalankan program-program pengentasan kemiskinan yang dinilai menunjukkan keberhasilan secara signifikan. "Di Indonesia, kami melihat program-program pemerintah dalam pengentasan kemiskinan berhasil berkat sinergi baik antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk perempuan sebagai motor penggerak ekonomi keluarga," ujar Farahdibha, Rabu (2/10).
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) menyampaikan peran penting pemberdayaan perekonomian perempuan dalam memperkuat ketahanan keluarga dan mencapai pembangunan berkelanjutan.
"Perempuan memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) suatu negara, apabila mereka diberdayakan. Dampak positifnya tidak hanya akan dirasakan oleh diri perempuan secara individu, tetapi juga keluarga, komunitas, hingga negara," kata Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian PPPA Lenny N. Rosalin dalam keterangan, di Jakarta, Minggu. Dikutip di media antaranews.
Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa perempuan adalah sumber daya potensial untuk memberantas kemiskinan, meningkatkan kualitas keluarga, dan mengendalikan jumlah penduduk, sehingga perempuan harus mendapat peluang berkiprah lebih besar di berbagai bidang.
Masifnya upaya pemberdayaan perempuan, bahkan sampai menjadi program yang harus diterapkan oleh semua negara di dunia tidak terkecuali negara muslim, dianggap membawa kepentingan para perempuan dunia dalam memperbaiki kehidupannya. Padahal, agenda ini sebenarnya ada kaitannya dengan kepentingan kapitalisme.
Kita tahu bahwa prinsip ekonomi dalam kapitalisme adalah memperoleh untung sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Alhasil, keterlibatan perempuan dalam proses produksi adalah keniscayaan bagi kapitalisme. Dengan dalih kesetaraan, keadilan, pemberdayaan, dan kemajuan perempuan, para penguasa kapitalisme memperdaya perempuan. Mereka dijadikan mesin-mesin ekonomi dalam rangka menggemukkan harta para pemilik modal.
Pemberdayaan perempuan ala kapitalis, hakikatnya adalah memperdaya. Perempuan didorong untuk melepaskan diri dari keluarga ataupun dipaksa mandiri, sehingga para perempuan akan memiliki pemikiran yang materialistis dan merasa memiliki harga diri jika bisa menghasilkan uang.
Selama ini, tingkat konsumsi perempuan memang lebih banyak karena umumnya perempuan yang berbelanja. Menjadikan mereka punya penghasilan sendiri akan meningkatkan daya belanja mereka sehingga mereka merupakan pasar potensial bagi produk-produk negara kapitalisme. Di sisi yang lain, perempuan juga merupakan tenaga kerja yang menguntungkan. Perempuan dianggap lebih teliti, lebih detail, lebih menurut, dan yang lebih penting tidak banyak menuntut, termasuk ketika mendapat gaji lebih kecil dari laki-laki.
Namun, kita harus sadari bahwa perempuan itu memiliki peran kepemimpinan yang utama yaitu merawat, mengasuh, mendidik, dan memelihara anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang mulia di hadapan Allah. Ia pun berperan membina, mengatur, dan menyelesaikan urusan rumah tangga agar memberikan ketenteraman dan kenyamanan bagi anggota keluarga yang lain.
Dengan peran itu saja seharusnya perempuan sudah memberikan sumbangan besar kepada negara dan masyarakatnya, karena ia telah mendidik dan memelihara generasi umat agar tumbuh menjadi individu-individu yang saleh dan muslih di tengah masyarakatnya. Dengan begitulah bisa dikatakan bahwa kepemimpinan perempuan ini berperan melahirkan para pemimpin lainnya di tengah umat.
Sungguh miris, apabila kaum perempuan dijadikan sebagai mesin-mesin pemutar roda perekonomian, bagaimana ia bisa menjalankan peran dan fungsinya tersebut sebaik-baiknya? Boleh jadi energinya sudah habis tersita oleh pekerjaannya sehingga peran gandanya sebagai istri dan ibu tidak bisa berjalan sempurna.
Kondisi seperti ini, tidak semestinya kita biarkan terus terjadi. Bagaimanapun, dunia butuh perubahan hakiki sebagaimana Allah Taala perintahkan kepada manusia untuk mengelola sesuai perintah dan larangan-Nya.
Allah berfirman, “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” (QS Al-Baqarah [2]: 29—30).
Ayat di atas menjelaskan bahwa pengaturan dunia dan seluruh isinya hanya layak dengan aturan Islam. Penanggulangan kemiskinan global bagi perempuan jelas tidak bisa kita lepaskan dari pengaturan Islam karena perempuan juga bagian dari makhluk Allah Taala.
Kebijakan yang mengatasi kemiskinan dan jaminan pemenuhan kebutuhan hidup bagi perempuan yang dilakukan sistem Islam (Khilafah), di antaranya adalah dengan menegakkan jalur nafkah bagi mereka. Ketika seseorang masih kecil, nafkahnya wajib ditanggung oleh ayahnya. Ketika sudah menikah, nafkahnya wajib ditanggung oleh suaminya. Ketika dirinya janda, nafkahnya wajib ditanggung oleh anak laki-laki atau saudara laki-lakinya. Jika semua orang di jalur nafkah ini miskin sehingga tidak mampu menafkahi atau bahkan orang tersebut memang tidak ada, nafkah perempuan tersebut akan menjadi tanggungan baitulmal.
Konsep distribusi harta dalam bentuk nafkah ini adalah sesuatu yang penting dalam mengatasi kemiskinan karena Islam menetapkan kebutuhan primer setiap individu, yakni terpenuhinya sandang, pangan, dan papan. Sementara itu, konsep mengatasi kemiskinan dalam persepsi kapitalis adalah semata-mata mencari investor untuk memenuhi kebutuhan tersebut tanpa memikirkan konsep distribusi yang sahih. Bahkan, sudah rahasia umum bahwa kapitalisme hanya mampu mengatasi masalah dengan masalah yang baru.
Wallahualam.