| 172 Views

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu

Oleh : Huda Reema Naayla
Anggota Komunitas Muslimah Menulis (KMM) Depok

Kondisi dunia semakin ke sana semakin ke sini. Itulah yang bisa dituturkan oleh banyak netizen di sosial media setelah melihat banyak kasus pelecehan. Namun untuk kasus pelecehan kali ini cukup mencengangkan, yakni pelecehan kepada anak kandung yang justru kembali terulang. 

Salah satu kasusnya seperti yang dikutip newsdetik.com, (5/6/2024), seorang ibu berinisial R (22 tahun) di Pondok Aren, Tangerang Selatan, mengaku merekam aksi pelecehan seksual terhadap anak laki-lakinya yang berusia lima tahun karena diancam oleh seseorang melalui media sosial Facebook. Dengan dalih kebutuhan ekonomi, R pun menurutinya. Namun, setelah ia mengirimkan foto bugil, sosok 'Icha Shakila' memintanya membuat video dengan gaya dan skenario sesuai permintaannya, yakni melakukan pelecehan kepada anak R sendiri. 

Sungguh miris mendengarnya. Apalagi menurut Psikolog anak, Novita Tandry, ada bahaya laten yang mengancam korban pencabulan oleh ibu kandungnya. Meski saat ini tidak ada indikasi trauma pada bocah lima tahun tersebut, pada usia 0-6 tahun, otak manusia berada dalam masa penyerapan. Semua yang diserap oleh panca indera akan disimpan informasinya dalam otak (Megapolitan.kompas.com 8/6/2024).

Dengan demikian, kejadian yang dialami sang anak akan tetap diingatnya sampai dewasa. Mirisnya, ibunya yang  merupakan madrasatul ula atau sekolah pertama bagi anak sebagai pelaku kejahatan tersebut. Melihat peristiwa seperti ini justru menghadirkan rasa kecewa dan ini merupakan cerminan dari kegagalan sistem pendidikan dalam mencetak individu berkepribadian Islam dan siap mengemban amanah sebagai ibu. 

Sistem pendidikan hari ini memang terasa kental sekali nuansa kapitalistik dengan menghasilkan output yang cenderung lebih mengedepankan materi dibandingkan ilmu. Alhasil banyak para calon ibu di luar sana yang sebenarnya belum siap untuk mengemban amanah sebagai ibu. 

Di sisi lain juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang. Banyak ibu yang memilih jalan pintas guna mendapatkan uang demi menghidupkan kebutuhan keluarga. Fenomena seperti ini memang selayaknya fenomena gunung es. Selain membuat video asusila, marak beredar akun-akun yang melayani video call berbau seksual. Hal ini tentu untuk memenuhi kebutuhan hidup yang kian sulit. Bahkan tidak sedikit yang melakukan live di sosial media demi mendapatkan gift dan sebagainya. 

Perlu diketahui bahwa pendidikan saat ini utamanya pendidikan keluarga yang berbasis sekularisme membuat ibu kehilangan fitrahnya. Uang menjadi pilihan saat kesejahteraan tidak menjadi prioritas negara. Dari sini bisa dipastikan, benar bila memisahkan agama dari kehidupan maka membuat masyarakat lebih menganggungkan uang. Tentu hal ini tidak senada dengan bagaimana Islam hadir dan masuk ke dalam kehidupan bermasyarakat. 

Islam memiliki banyak aturan, salah satunya dalam sistem pendidikan. Islam memiliki sistem pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia berperan sesuai dengan fitrahnya. Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan kepada ketakwaan. Islam juga memiliki sistem ekonomi yang baik termasuk kemampuan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi para pencari nafkah. Jadi bila para ayah hari ini merasakan kesulitan dalam mendapatkan kesejahteraan tentu hal itu tidak akan dirasakan kembali bila Islam hadir di tengah-tengah kita.[]


Share this article via

74 Shares

0 Comment