| 12 Views
Negara Pengusung Islamophobia Diberi Penghormatan, Apakah Pantas?

Oleh: Kiki Puspita
Di kutip dari TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron yang di dampingi Ibu Negara Brigitte Macron, disambut hangat oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta.
Kunjungannya ke Indonesia pada 27-29 Mei 2025, di anggap menjadi momen penting yang akan mempertegas hubungan bilateral antar kedua negara, khususnya pada sektor ketahanan pangan dan pertanian. Mentri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, pihaknya telah menandatangi declaration of intent (DOI) dengan Menteri Ekonomi, Keuangan, Kedaulatan Industri dan Digital Prancis, Eric Lombard, pada Jum'at (30/5/2025).
Sambutan hangat pun diberikan presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Merdeka, terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macro.
Presiden Emmanuel Macro disambut dengan penghormatan 21 tembakan meriam dan bendera merah-putih biru yang berkibar di sepanjang jalur protokol. Dalam kunjungan tiga hari marcon, menandai babak baru kemitraan strategis Indonesia-Prancis yang telah terjalin selama lebih dari tujuh dekade, dengan fokus pada pembangunan berkelanjutan, transisi energi, dan penguatan kerja sama di bidang pertahanan dan pendidikan.
Pengamat politik fatma Sunardi mengingatkan kaum Muslim tentang kedatangan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Indonesia. ''Praktek sekularisme di Prancis terasa radikal dan memunculkan persolan integrasi komunitas-komunitas imigran, khususnya dengan latar belakang negeri-negeri Islam. Sekularisme yang berkelindan dengan xenofobia, faktanya telah melahirkan Islamofobia yang menyulut konflik horizontal,'' paparnya kepada MNews Ahad (1-6-2025). (Dilansir dari Muslimah News, INTERNASIONAL ).
Kaum Muslimin harusnya tidak boleh lupa akan negara-negara yang membuat kebijakan yang memusuhi Islam dan umatnya. Prancis adalah contoh negara yang sering membuat kebijakan yang menguatkan Islamphobia, seperti pelarangan hijab, kasus kartun yang menghina Nabi SAW. dan lain sebagainya.
Sekulerisme telah menjadi identitas Prancis. Sekulerisme yang dipahami dan dipraktikan oleh Prancis telah melahirkan pemisahan agama dari kehidupan dan negara, bahkan pembatasan simbol-simbol agama diruang publik, seperti larangan hijab di sekolah dan instansi pemerintah.
Sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim, harusnya kita patut curiga dengan narasi Macron tentang persahabatan, toleransi, dan diplomasi budaya. Semua hanya upaya untuk mempromosikan nilai-nilai peradaban Barat.
Kedatangan Macron ke Indonesia sejatinya hanyalah upaya untuk menguatkan penjajahan pemikiran Barat. Kerja sama kebudayaan dengan Indonesia harus dipandang sebagai upaya Prancis menyebarkan pemikiran yang lahir dari kapitalisme. ''Racun berbalut coklat'' mungkin kata kiasan ini bisa menggambarkan bagaimana hegemoni Penjajahan Barat. Kerja sama kebudayan dengan Indonesia harus dipandang sebagai upaya menyebarkan pemikiran yang lahir dari kapitalis.
Teknologi dan keilmuan yang dibahas, namun dibalut dengan pemikiran kapitalisme dan nilai-nilai liberal. Kita memang tidak sedang dijajah oleh kafir barat secara fisik, namun pemahaman dan pemikiran kita sedang di jajah oleh pemikiran kafir barat dengan paham sekulerisme mereka.
Indonesia sebagai negara mayoritas muslim harusnya tidak mengikuti langkah-langkah Negara kafir Barat yang jelas tidak memberikan keleluasaan kepada umat Islam. Sebaliknya, pemimpin kita justru menjalin hubungan yang lebih intens dengan ikut menyetujui solusi dua negara untuk Palestina dan Israel.
Melihat kondisi yang terjadi di Palestina sampai saat ini, Pembantaian dan Genosida yang telah membabi buta adalah satu hal yang tidak bisa dimaafkan. Indonesia adalah negara muslim yang telah dianggap sebagai saudara oleh bangsa Palestina. Pengkhianatan penguasa dunia Islam dengan menampakkan hubungan diplomatik ini ibarat seperti luka yang disiram dengan air garam
Pergerakan para pemimpin negara dengan mayoritas Islam (Indonesia) hanya sampai di tenggorokan saja, menggaungkan solusi yang tidak tuntas adanya seperti solusi membagi dua negara, dan sebatas negosiasi omong kosong belaka. Pada faktanya Palestina tetap tersakiti sampai detik ini, kesadaran harus kita tumbuhkan, untuk mengingatkan para penguasa yang semena-mena.
Sikap tegas harus kita tunjukan untuk membela kemuliaan agama, terlebih pemimpin negeri-negeri muslim dengan umat Islam yang jumlahnya mayoritas. Namun dalam sistem sekuler kapitalisme, hubungan negara hanya berdasarkan manfaat saja.
Berbeda ketika sebuah negara yang berdiri atas hukum syara' yang menjalankan sistem Islam, akan bersikap tegas terhadap orang-orang yang memusuhi agama Allah.
Dalam sistem kapitalisme banyak kebijakan yang menyengsarakan umat Islam. Berbeda dengan negara dalam sistem Islam, mampu memberikan kebijakan kepada rakyat yang kebijakan itu akan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, baik selamat di dunia maupun di akhirat. Saatnya kita harus bangkit untuk mewujudkan Khilafah yang menjadi negara adidaya yang mampu mensejahterakan masyarakatnya.
Waulahua'lam bissawab.