| 63 Views

Naluri Ibu Terkikis, Akibat Kapitalisme

Oleh : Khusnawaroh
Pemerhati Masalah Umat

Nasib pilu dialami seorang remaja perempuan di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Kehormatannya harus direnggut oleh kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui ibu kandungnya.

Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti mengatakan, kepala sekolah dan ibu korban telah diamankan polisi. Kasus ini pertama kali dilaporkan ke polisi pada 26 Agustus lalu oleh ayah kandungnya. Widiarti juga mengungkapkan bahwa ibu kandung korban tega mengantarkan anaknya kepada selingkuhan untuk dicabuli demi motor vespa yang dijanjikan oleh oknum kepala sekolah tersebut  Kumparannews.com, 01-09-2024).

Gelar seorang ibu yang diberikan oleh Allah Swt. di setiap rutinitas mereka, mulai dari menjaga, melindungi, mendidik membesarkan buah hati mereka adalah sebuah kemuliaan, bahkan aktifitas ini semua adalah jihadnya seorang ibu. Belaian kasih sayangnya tak tertandingi, serta doa-doanya pun mampu menembus langit, sehingga kebanggaan yang tak terhingga jika kita sudah memperoleh gelar seorang ibu.

Namun, sangat disayangkan, bahkan terasa tersakiti hati ini, ketika membaca berita lagi dan lagi seorang ibu rela berbuat nista dan rela membiarkan anaknya sendiri untuk ternodai kesuciannya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang rela membunuh anaknya. Kondisi tersebut kian mengindikasikan bahwa naluri seorang ibu telah terkikis, bahkan hilang.

Sungguh patut bertanya, bagaimana bisa naluri ibu yang begitu mulia tersebut hilang, bukankah mereka adalah makhluk yang begitu penuh dnegan kelembutan, pelukan hangat, dan nasehatnya dapat membuat ketenangan dan kehangatan sang buah hati. Namun, anehnya kini naluri itu dapat berubah bagaikan seekor harimau. Bahkan lebih kejam dari pada harimau sebab pepatah mengatakan "sebuah-buasnya harimau tidak akan memakan anaknya sendiri". Dalam artian, harimau besar tidak akan menyakiti anak mereka.

Sejatinya, fakta di atas disebabkan oleh faktor lemahnya keimanan kepada Allah, faktor ekonomi yang kian sulit hingga menyebabkan kemiskinan, dan juga pendidikan yang rendah. Itulah mengapa Allah Swt mewajibkan bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu agama agar dari ilmu yang diperoleh mampu membentengi diri mereka dari kemaksiatan. Tidak hanya itu, ilmu tersebut juga menjadikan seseorang beriman dan bertakwa dan memiliki rasa takut kepada Allah Swt. Selanjutnya, ilmu manusia memahami apa-apa yang diperintahkan oleh Allah untuk ditinggalkan dan apa-apa yang harus dikerjakan sebagai amal ibadah. Memahami batasan dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan.

Ditambah lagi dengan perekonomian yang sempit, biaya pendidikan yang mahal, padahal tidak menjanjikan melahirkan generasi yang berakhlak mulia, biaya bahan pokok yang selalu meroket. Masalah-masalah inilah yang membuat seseorang depresi seakan terganggu jiwa mereka dan ini marak menimpa pada diri seorang ibu. Membuat mereka berfikir dangkal sehingga anaklah yang menjadi korban. Sistem sanksi pun tak mampu memberikan efek jera terhadap pelakunya.

Inilah potret buruknya sistem yang berlaku saat ini, yakni sistem kapitalis sekuler. Sistem ini sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia sebab sistem ini dapat menggerus fitrah kemanusiaan. Wajar saja, karena sistem kapitalis sekuler adalah sistem yang telah memisahkan peran agama dari kehidupan. Karakter inilah yang melekat dan menjadi racun sebagai alat bagi para penjajah musuh-musuh Islam untuk merusak diantaranya kaum ibu dan generasi. Dalam sistem ini, kebebasan bertingkah laku sangat diagungkan,  tak ada penjagaan aqidah bagi rakyat, halal dan haram tak menjadi tolak ukur dalam setiap perbuatan. Selanjutnya, apapun solusi yang diberikan untuk mengatasi masalah tetaplah seakan tambal sulam tidak akan pernah mampu mengatasi, seb keputusan-keputusan atau ide yang diambil bukanlah dari pemilik alam semesta yakni Allah Swt., melainkan  dari mahkluk, yaitu manusia yang memiliki  kelemahan dan keterbatasan.

Solusi satu-satunya hanya ketika kita mengambil sistem Islam sebagai jalan untuk mengatur kehidupan manusia maka kondisi yang sangat miris ini akan makin parah, dan negeri ini akan semakin terpuruk. Kesejahteraan mustahil akan terwujud karena semua kekayaan SDA dikelola berdasarkan ketamakan manusia tidak untuk kesejahteraan rakyat. Pendidikan yang sebagian besar hanya melahirkan generasi-generasi materialistis dan moral yang rendah tak mampu mencetak generasi sebagai pemimpin-pemimpin yang berakhlak mulia dan generasi calon ibu yang shalihah. Saatnya kita berusaha melepas dari cengkeraman sistem batil ini dan menggantinya dengan sistem Islam  yang mampu mengatasi seluruh problematika negeri dan dunia ini.

Kesempurnaan sistem Islam tampak dari sistem pendidikan yang membentuk kepribadian Islam. Sistem sanksi dan juga sistem lain yang mampu menjaga setiap individu dalam kebaikan, ketaatan, dan keberkahan Allah Swt. Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu. Dalam Islam sangat menjunjung tinggi peran seorang ibu dalam mendidik generasi yakni dengan menjaga mereka agar tetap dalam perannya yang sesungguhnya sebagai Istri dan Ummu warobatulbait .
Khilafah memiliki konsep kepemilikan dan mekanisme pengelolaan SDA, sesuai tuntunan Allah dan RasulNya. Pengelolaan ini akan membawa kesejahteraan bagi semua rakyat dan keberkahan Allah.

Namun, seiring dengan runtuhnya khilafah umat kehilangan ma'fhum ra'awiyah (pengurusan rakyat oleh penguasa) dan menyebabkan umat tidak tahu hak-hak mereka yang wajib dipenuhi pemimpinnya.  Perlu kita pahami bahwa saat ini kita telah keliru dalam memilih konsep bernegara yang membuat maraknya perbuatan-perbuatan yang menyimpang dari kebenaran. Tak ada jalan lain ketika kita menginginkan kehidupan yang berkah dan penuh dengan rahmat allah Swt. kecuali dengan penerapan sistem Islam dari seluruh aspek Kehidupan, untuk mengembalikan kembali setelah berjaya 1300 tahun lamanya adalah tugas kita semua kaum muslim.

Wallahua'lam bissawab.


Share this article via

123 Shares

0 Comment