| 359 Views
Moderasi Beragama Sumber Pengikisan Akidah, Hati-hati!

Oleh : Annisa Tofani
Dilansir dari Kompas (19/07/24), 5 aktivitas yang mengunjungi pemerintah Israel merupakan anggota otonom NU. Mereka merupakan kalangan cendekiawan & terpandang yang tidak memiliki hak bersuara dalam delegasi dan politik antar negara. Sehingga patut dicurigai oleh kaum muslim, apakah ini propaganda? Atau ada pemikiran lain di belakangnya? Yang jelas, ini bertentangan dengan semua aktivis Palestina di seluruh dunia yang menunjukkan aksi protes dan demonstrasi, ini merupakan sebuah pengkhianatan. Melukai hati rakyat Palestina yang berjuang melawan kolonialisme. Tindakan berkawan dengan musuh adalah salah dan gegabah. Berharap semu pada dialog _one state solution_ yang mencapai kemaslahatan Palestina bukanlah solusi!
Ketua PBNU, Gus Yahya mengatakan hukuman untuk 5 aktivis ini diserahkan pada otonom masing-masing, tak ayal 2018 silam, diapun pernah mengunjungi pemerintah dengan alasan sudah sowan pada para kyai. Kemudian disusul pernyataan Kementerian Luar Negeri RI, Roy Soemirat menyebut, Kemenlu tidak dalam posisi memberikan pernyataan apapun atas kunjungan 5 aktivis NU itu. Sungguh tidak punya hati nurani! Sebagai negara yang merupakan mayoritas kaum muslim, ini merupakan sebuah pengkhianatan.
Implementasi moderasi beragama
Moderasi beragama dikampanyekan secara massif dalam bentuk-bentuk praksis (kebijakan) dan teoretis (otoritas pengetahuan), seperti seminar ilmiah di kampus-kampus, organisasi, mata kuliah wajib. Begitu pula sudah banyak dimasukkan pada kurikulum pendidikan anak sekolah. Aktivis nya juga kebanyakan berasal dari kalangan terpelajar seperti profesor, dosen, ketua dkm dan kepengurusan.
Nilai-nilai yang digaungkan tak lebih dari kaum mayoritas merangkul kaum minoritas, apapun keadaanya termasuk saat tempat tinggal nya dirampas, Agama membawa perdamaian dan kasih sayang, padahal pembantaian terhadap sesama saudara nya terus terjadi.
Menurut KBBI, moderasi artinya mengurangi kekerasan dan penghindaran ke ekstreman. Menurut istilah, moderasi adalah sikap pandangan yang tidak berlebihan, tidak ekstrem, tidak radikal. Sekilas, memang terlihat bagus. Tapi tentu ada bahaya besar terkandung di dalamnya.
Ide moderasi beragama ini menerima kemajemukan (pluralisme) agama di mana dialog antar umat beragama adalah implementasinya. Dengan alasan kepedulian terhadap minoritas atau menerima pemikiran-pemikiran Barat, sehingga menjauhkan seseorang dari hakikatnya menjadi muslim yang kaffah. Banyak orang awam yang akhirnya fobia dengan agamanya sendiri. Memusuhi saudara yang ber-Islam kaffah tapi berkawan dengan para kafir penjajah.
Orang-orang barat sudah sejak lama membuat skenario untuk memecah belah kaum muslim seperti adu domba. Moderasi beragama adalah salah satunya. Ambil contoh 5 aktivis tadi, sebagaimana demokrasi bekerja, ketika itu akhirnya mengundang amarah kaum muslim dan pemerintah merasa dirugikan, sikap yang diambil pemerintah hanyalah pemecatan. Tidak ada sikap serius yang bisa membuat jera para pengkhianat ini. Pemerintah tidak mau rugi dikatakan sebagai dalang, tapi tidak bisa mencetuskan hukum untuk para pelaku.
Sejatinya, moderasi beragama itu merusak akidah. Mengikis keIslam-an umat Muslim untuk menunaikan Islam secara kaffah. Dan ini bertentangan dengan firman Allah SWT sebagai berikut ini:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
Artinya, “Wahai orang yang beriman, masuklah kamu semua ke dalam Islam". (Surat Al-Baqarah ayat 208).
Dan lagi-lagi penggaungan moderasi beragama tetap ada pada buku-buku anak sekolah sampai kuliah. Sehingga tidak menuntaskan masalah yang ada. Sehingga sudah sejak lama barat mengatur para kyai, habaib asatidz, para hafidz yang menggaungkan moderasi. Maka hati-hatilah ketika orang awam bertaklid buta tanpa mencari dalil syara. Masalah yang sangat struktural bukan?
Solusi
Di tengah-tengah arus kapitalisme-sekulerisme, merupakan hal yang sulit menjaga keistiqomah-an ber-Islam kaffah. Anak cucu kita misalnya saat di sekolah, tidak ada jaminan tidak moderat, sebab kurikulum pendidikan dan keagamaan sudah disusupi pemahaman moderasi beragama. Tak terkecuali pondok & kampus besar, kegiatan seperti rohis, LDK masih dengan gampangnya dimasuki para aktivis moderat. Generasi anak cucu kita diambang bahaya dan penuh pengawasan akidah nya.
Solusi individualis masih bisa ditawarkan tadi seperti memilah-milih sekolah anak yang berakidah kuat, menjaga lingkungan pergaulan mungkin masih bisa saat dia rumah. Tapi saat memakai medsos, apakah ada jaminan tidak tersusupi? Ini merupakan agenda barat, sistem demokrasi tidak bisa menyelesaikannya.
Karena itu, kaum muslim butuh sistem yang menjaga akidah, keimanan serta diri nya dari ideologi barat, dan penjajahan. Itulah daulah khilafah. Keimanan hanya dapat dijamin jika masyarakat nya beriman, bukan sebuah solusi individualis. Dan karena itu, penegakkan khilafah bisa ditegakkan ketika umat Muslim sepakat bahwa hukum yang harus ditegakkan, hanyalah Islam!
Dikatakan sekali lagi kita tidak boleh, berharap semu pada sistem demokrasi. Satu-satunya kebebasan hakiki Palestina adalah dengan menegakkan Syariah Islam. Dialog atau kunjungan kepada musuh merupakan suatu penghianatan besar bagi kaum muslim. Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai para pemimpin kalian. Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kalian yang menjadikan mereka sebagai pemimpin, sungguh dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim (QS al-Maidah [5]: 51).
Dengan ini menjadi jelas bahwa dialog atau berharap kepada PBB adalah tindakan di mana kaum kafir menjadi pemimpin. Pelarangan ini telah ditegaskan dalam dalil syara Al Qur'an. Pembebasan hakiki Palestina? Perangi Israel! Allah SWT pun berfirman:
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sungguh Allah hanya melarang kalian berkawan dengan orang-orang yang memerangi kalian karena agama, yang mengusir kalian dari negeri kalian dan yang membantu (orang lain) untuk mengusir kalian. Siapa saja yang menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah kaum yang zalim (QS al-Mumtahanah [60]: 9).