| 114 Views

Mitigasi Negara Lemah, Rakya Sering Tertimpa Musibah

Oleh : Ummu Alvin
Aktivis Muslimah

Curah hujan yang tinggi menyebabkan banjir melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Memasuki pekan kedua Januari 2025, hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi terus mendominasi sebagian besar wilayah Indonesia. Kondisi cuaca ini menyebabkan berbagai bencana hidrometeorologi basah, seperti banjir dan tanah longsor.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan bencana hidrometeorologi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Nusa Tenggara Barat (NTB). 

Di Pulau Sumatera, hujan deras mengakibatkan banjir yang meluas ke berbagai wilayah. Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, menjadi salah satu daerah yang terdampak cukup parah. Hujan intensitas tinggi pada Kamis (9/1) merendam 470 rumah di Kecamatan Ujan Mas, sementara Jumat (10/1), banjir di Kecamatan Benakat akibat luapan Sungai Benakat dan Sungai Lematang berdampak pada 361 rumah," kata Abdul melalui keterangan tertulis, dikutip CNNIndonesia.com, Sabtu (11/1). Meski banjir mulai surut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat terus memantau situasi di lokasi. Mengingat cuaca yang masih mendung dan potensi hujan lanjutan.BPBD mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap kemungkinan banjir susulan. 

Sementara itu, di Provinsi Riau tepatnya Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, banjir terjadi akibat pasang surut air laut yang menyebabkan Sungai Siak meluap.Sedikitnya 50 rumah warga terendam hingga kedalaman 40 sentimeter. BPBD Pekanbaru juga terus melakukan monitoring di lokasi menggunakan perahu fiber untuk memastikan keamanan warga.

Di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, curah hujan tinggi menyebabkan Sungai Way Laay meluap dan menggenangi 50 rumah warga pada Jumat (10/1). Meski banjir di wilayah ini telah surut, aliran listrik masih terganggu, dan BPBD setempat terus berkoordinasi untuk memperbaiki kondisi di lapangan.

Di Pulau Jawa, beberapa daerah mengalami bencana banjir, longsor, dan angin kencang. Di Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, banjir bandang melanda Kecamatan Cipari dengan ketinggian air mencapai 50 sentimeter pada Jumat (10/1).Air yang meluap dari Sungai Cipaingan merendam 12 rumah dan satu ruas jalan provinsi. Sehingga sebagian warga terpaksa mengungsi ke Masjid Asakhanah.

Indonesia termasuk daerah rawan bencana dan tinggi terdampak bencana. Sebagai negara rentan bencana, tentunya perlu memiliki sistem penanggulangan bencana yang baik. Hampir seluruh wilayah di Indonesia terpapar risiko atas lebih dari 10 jenis bencana alam, antara lain gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsor, letusan gunung api, kebakaran, cuaca dan gelombang ekstrem, kekeringan, serta likuefaksi. 

Mitigasi yang seadanya menunjukkan seolah negara tidak peka atau salah fokus dalam usaha pencegahan karena selalu saja baru bergerak ketika bencana sudah terjadi. Penanggulangan dan pencegahan bencana tidaklah cukup dengan membangun infrastruktur fisik pengendali saja. Perlu juga ada langkah lain berupa pengelolaan lingkungan hidup yang tidak kalah penting untuk diperhatikan. Selama lingkungan tidak diperbaiki, bencana akan terus terjadi. Namun, bencana sering kali terjadi akibat kelalaian dalam mengelola lingkungan hidup. Kelalaian ini menjadi sebab awal terjadinya banyak bencana. Selain itu, dalam mencegah dan menanggulangi bencana, juga perlu adanya solusi yang permanen. 

Melansir situs Kementerian Sosial, mitigasi bencana memiliki tiga tujuan utama, yaitu pertama, mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, seperti korban jiwa, kerugian ekonomi, dan kerusakan sumber daya alam.Kedua, digunakan sebagai landasan perencanaan pembangunan. Ketiga, peningkatan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi risiko bencana.

Bencana alam yang menimpa sejumlah daerah tidak hanya disebabkan musim dan intensitas hujan yang tinggi, tetapi juga ada faktor perbuatan manusia. Di antaranya adalah kebijakan yang mengabaikan perlindungan terhadap alam, yakni penerapan sistem kapitalisme yang rusak, kebebasan kepemilikan yang dijamin negara menjadikan eksploitasi sumber daya alam tidak terkendali dan masyarakat umum yang menerima dampaknya. Dan untuk menangani dampak bencana karena alam dan ulah manusia ini dibutuhkan adanya solusi yang fundamental dan itu tidak akan dituntaskan dengan sistem kapitalis sekuler, perlu solusi yang tepat dan tuntas dari akarnya yaitu dengan solusi Islam. 

Metode menangani bencana alam dalam Islam tidaklah banyak berbeda dengan banyak metode yang telah diterapkan saat ini di seluruh dunia. Mulai dari pengembangan teknologi untuk mencegah bencana, hingga pasca bencana terjadi, negara bergerak cepat untuk mengatasi bencana.Uniknya, langkah awal yang dilakukan ketika terjadi bencana alam ialah bertaubat sambil mengingat kemaksiatan apa yang dilakukan sehingga Allah menurunkan bencana alam tersebut kepada suatu kaum.

Dalam Islam, mitigasi menjadi tanggung jawab penuh penguasa karena fungsinya sebagai rain dan junnah umat, yang pertanggungjawabannya sangat berat di akhirat. Dalam hal ini pemimpin Islam akan membuat berbagai kebijakan mengenai penanganan, pencegahan dan penanggulangan bencana. Mulai dari penataan lingkungan termasuk strategi politik ekonomi Islam guna menjamin kesejahteraan masyarakat hingga sanksi untuk mencegah terjadinya pelanggaran.

Begitupula dengan wilayah  yang rawan bencana, harus ada kebijakan yang lebih khusus lagi. Tentu tidak hanya menyangkut kesiapan mitigasi risiko, tetapi juga soal manajemen kebencanaan (disaster management). Mulai dari pendidikan soal kebencanaan, serta sistem peringatan dini dan penanganan bencana yang lebih sistemik dan terpadu. Begitu pun soal sistem logistik kedaruratan, serta sistem kesehatan yang menjadi bagian integral dari sistem penanganan terpadu kebencanaan benar-benar akan diperhatikan.

Semua ini akan sangat mudah dijalankan oleh penguasa sebab di topang dengan keuangan yang berasal dari sumber pemasukan negara yang besar, hal ini membuat negara mampu untuk melakukan aksi manajemen bencana yang komprehensif.

Masalah bencana alam yang berulang membutuhkan manajemen kebencanaan yang hanya dapat di selesaikan oleh penguasa yang menerapkan syariat Islam secara kaffah dalam mengurus masyarakat, hanya sistem Islam yang mampu menyelesaikan problematika bencana sampai tuntas ke akar-akarnya. 

Wallahu a'lam bish-shawwab.


Share this article via

60 Shares

0 Comment