| 40 Views
Miris, Tragedi Kekerasan Anak Kian Marak

Oleh : Aisyah Nur Taufik
Aktivis Muslimah
Dilansir dari Kompas.com, DCN, siswi kelas 1 Madrasah Ibtidaiah (MI) yang berusia 7 tahun, dibunuh dan diperkosa sepulang sekolah pada Rabu (13/11/2024). Pada hari kejadian, DCN pulang sendiri dari sekolah ke rumah yang berjarak sekitar 1,5 kilometer. Namun, DCN tak kunjung pulang. Kemudian, sang ibu dibantu pihak sekolah menyusuri jalan yang dilintasi korban. Akhirnya, bocah perempuan tersebut ditemukan tewas dalam kondisi mengenaskan di tengah kebun. Sementara sepeda mini yang ia gunakan ditemukan di sungai kecil yang berjarak sekitar 200 meter dari penemuan jasad korban. Tak hanya dibunuh, hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa korban diduga kuat juga diperkosa oleh pelaku.
Miris. Kasus seperti ini nyatanya tidak hanya sekali duakali terjadi, tapi sudah banyak sekali kasus mengerikan yang serupa. Bayangkan betapa sakit dan hancur hatinya orang tua dari korban-korban kasus seperti ini. Kenapa hal seperti ini bisa terjadi dan bahkan terus meningkat? Hal tidak bermoral seperti ini terjadi karena beberapa faktor. Mulai dari kurangnya pendidikan seksual dan pemahaman terutama tentang perlindungan anak. Yang membuat banyak anak kecil maupun orang dewasa tidak memahami batasan hubungan dan interaksi pada anak. Lalu ada faktor ekonomi dan sosial. Ketidakmampuan ekonomi, ketidakstabilan keluarga, atau peran pola asuh yang kurang baik dapat meningkatkan kerentanannya anak-anak terhadap eksploitasi seksual. Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan yang rawan kekerasan atau dalam kondisi ekonomi yang sulit bisa lebih mudah menjadi korban. Kemudian teknologi dan akses internet. Perkembangan teknologi, khususnya media sosial dan internet, memungkinkan predator untuk mengeksploitasi anak-anak dengan cara yang lebih mudah dan lebih tersembunyi. Banyak anak yang kurang memahami bahaya dunia maya dan dapat dengan mudah terjebak dalam interaksi yang berisiko dengan predator di dunia digital. Lalu ada budaya dan stigma Sosial. Di beberapa daerah, stigma sosial terhadap korban kekerasan seksual bisa menutup peluang untuk melaporkan kasus-kasus tersebut. Korban, atau bahkan keluarga korban, bisa merasa takut akan stigma atau tekanan sosial jika kasus tersebut terbuka ke publik. Hal ini dapat memperburuk situasi, di mana predator tetap bebas melakukan aksinya.
Semua itu juga tentunya akibat kurangnya penegakan hukum dan perlindungan anak yang efektif. Meski ada peraturan hukum yang melindungi anak dari kekerasan dan eksploitasi seksual, penerapan hukum yang lemah atau kesulitan dalam penegakan hukum sering kali membuat predator merasa kebal hukum. Banyak kasus yang tidak dilaporkan atau tidak ditangani dengan serius oleh pihak berwajib. Kacau sekali bukan? Karena penerapan ideologi kapitalisme lah semua hal ini terjadi. Di mana orang hanya mementingkan keuntungan sendiri. Rakyat tidak terurus dengan benar. Lalu, apa solusinya?
Solusi dari semua permasalahan tersebut adalah ideologi Islam. Islam memiliki jawaban dan solusi dari setiap permasalahan yang ada. Jika kita menggunakan ideologi islam sebagai sistem negara, tidak akan ada orang-orang yang kurang pendidikan, setiap orang akan dipastikan mendapatkan pendidikan yang layak oleh negara, bahkan secara gratis. Lalu tidak akan ada orang yang sulit ekonominya, setiap orang akan dipastikan mendapatkan ekonomi yang cukup, tidak dibiarkan ada yang kekurangan. Akses internet pun pasti akan dipastikan terjaga dari hal-hal yang negatif. Negara pasti akan memastikan untuk memberikan hukum yang tegas dan adil, yang akan membuat pelaku jera. Dengan ideologi Islam, semua akan diurus sebaik mungkin, mengikuti syariat Islam. Tidak akan ada hal mengerikan seperti zaman ini di mana permasalahan terjadi di setiap tempat. Maka dari itu kita semua harus berupaya dalam menegakkan kembali negara yang Islam kaffah, dengan terus menyebarkan Islam dengan dakwah. Agar negara kita kembali menjadi negara yang aman dan damai.
Wallahualam bissawab