| 28 Views

Menyoal Human Capital Flight: Ketika Generasi Terbaik Memilih "Kabur"

Oleh : Verry Verani
Aktivis dakwah

Fenomena #KaburAjaDulu ramai digaungkan di media sosial. Awalnya, tagar ini dipopulerkan oleh mereka yang bekerja di luar negeri dan membagikan pengalaman tentang kehidupan, pekerjaan, serta peluang di sana. Namun, belakangan, tagar ini berkembang menjadi bentuk ekspresi kekecewaan generasi muda terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.

Salah satu bentuk nyata dari fenomena ini adalah brain drain, yaitu ketika individu-individu cerdas dan berbakat memilih untuk meninggalkan tanah air demi kehidupan yang lebih baik di luar negeri. Data menunjukkan bahwa lebih dari 100.000 orang menghadiri Study and Work Abroad Festival pada Juli-Agustus 2024, yang menawarkan informasi beasiswa dan peluang kerja di luar negeri. Selain itu, menurut Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, sebanyak 3.912 WNI usia 25-35 tahun resmi menjadi warga negara Singapura antara 2019 hingga 2022.

Brain drain atau human capital flight adalah fenomena ketika tenaga kerja terdidik dan berkualitas tinggi memilih untuk bekerja atau menetap di luar negeri. Fenomena ini bukanlah hal baru bagi Indonesia. Sejak tahun 1960-an, banyak mahasiswa yang menimba ilmu di luar negeri enggan kembali. Pada era 1980-an, ketika BJ Habibie mengirim para mahasiswa untuk belajar ke luar negeri, banyak dari mereka akhirnya menetap dan bekerja di perusahaan-perusahaan raksasa di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.

Faktor Penyebab Brain Drain

Dalam sistem kapitalisme fenomena ini bukan sekedar kebebasan individu untuk mencari kehidupan yang lebih baik tetapi lebih  merupakan kerusakan rekayasa sistem Negara kapitalis dalam menciptakan lingkungan yang seharusnya dapat menghargai intelektual dan memanfaatkan potensi SDM.

Adapun faktor penyebab brain drain  :
Pertama, Rendahnya Kualitas Pendidikan dan Minimnya Kesempatan 

Sistem pendidikan di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara maju. Di saat yang sama, banyak tawaran beasiswa dari luar negeri yang memberikan kesempatan bagi para pelajar untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dengan prospek karier yang lebih baik.

Kedua,  Lapangan Kerja yang Terbatas dan Gaji yang Tidak Kompetitif

Sulitnya mencari pekerjaan di dalam negeri ditambah dengan gaji rendah membuat banyak individu memilih bekerja di luar negeri, baik sebagai tenaga terampil maupun pekerja kasar, karena imbalan yang lebih tinggi.

Ketiga, Ketidakstabilan Sosial dan Politik

Kondisi sosial dan politik yang tidak menentu, korupsi yang merajalela, serta ketidakadilan dalam sistem hukum dan ekonomi membuat banyak orang kehilangan harapan akan perubahan.

Keempat, Dominasi Kapitalisme yang Menciptakan Kesenjangan Global

Globalisasi dan liberalisasi ekonomi semakin memperlebar jurang antara negara maju dan berkembang.

Negara-negara maju terus menarik sumber daya manusia terbaik dari negara berkembang, memperparah ketimpangan ekonomi global.

Fenomena brain drain ini menunjukkan kegagalan sistem politik dan ekonomi dalam negeri dalam memberikan perlindungan kehidupan umat manusia.

Sistem kapitalisme yang menjadi asas negeri ini telah menciptakan ketimpangan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di tingkat global.
Sehingga konsekwensi negara berkembang kehilangan SDM terbaiknya dan semakin tergamtung pada negara maju.

Islam Menawarkan Solusi: Negara yang Menghargai SDM dan Menolak Eksploitasi

Dalam sistem Islam, negara berkewajiban untuk mengembangkan SDM-nya dan mencegah pengusaha untuk  eksploitasi potensinya dengan cara:

- Menjamin Kesejahteraan Setiap Individu
Negara Islam menyediakan pendidikan gratis berkualitas tinggi bagi seluruh rakyatnya. 
Ilmuwan dan tenaga ahli diberi fasilitas dan dukungan penuh untuk mengembangkan keilmuan mereka. 

- Membangun Sistem Ekonomi Mandiri
Sumber daya alam dikelola negara demi kemaslahatan rakyat, tidak  diserahkan pada investor asing. Industri strategis dikembangkan negara agar tidak bergantung pada teknologi asing. 

- Menjadikan Ilmu sebagai Bagian dari Kemuliaan Islam
Islam mendorong umatnya untuk mencari ilmu dan menggunakannya demi kemaslahatan umat, bukan hanya untuk kepentingan individu atau keuntungan finansial. Dan memulyakan manusia dengan Islam. Negara Islam sepanjang sejarah menjadi pusat peradaban dan riset para ilmuan. Negeri khilafah memiliki daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan mereka berdatangan dari berbagai penjuru dunia. Islam memiliki sistem yang menjamin kesejahteraan rakyat dan memastikan bahwa setiap individu mendapatkan haknya, termasuk dalam pendidikan dan pekerjaan.

- Dalam Sistem Islam Negara Bertanggung-jawab Memenuhi Kebutuhan Asasi warga
Wajib bagi negara untuk menjamin kesejahteraan individu per- individu, kesejahteraan bukan untuk bacakan para pejabat negara atau segelintir elite politik. 

- Penyediaan Lapangan Kerja bagi Setiap Laki-laki Baligh
Negara berkewajiban membuka sektor-sektor pekerjaan seperti pertanian, perdagangan, industri, dan jasa dengan mengelola sumber daya alam yang Allah limpahkan bagi seluruh umat. 

Pendidikan Gratis dan Berkualitas
Dalam sistem khilafah, pendidikan disediakan secara gratis dan berkualitas.
Negara dapat memastikan setiap individu memiliki kemampuan untuk membangun peradaban Islam yang maju.

Negara yang Peduli terhadap Rakyatnya
Negara dalam Islam tidak hanya menciptakan SDM yang unggul tetapi juga menjamin kesejahteraan mereka. Sehingga tidak ada lagi alasan bagi individu untuk "kabur" demi kehidupan yang lebih baik. 

Khotimah

Fenomena brain drain yang terus terjadi di Indonesia adalah dampak dari kegagalan sistem kapitalisme dalam menciptakan kesejahteraan dan keadilan bagi rakyat. Jika kondisi ini terus berlanjut, Indonesia akan semakin tertinggal dan terus kehilangan generasi terbaiknya.

Satu-satunya solusi adalah kembali kepada sistem Islam yang telah terbukti menciptakan peradaban gemilang selama lebih dari 13 abad. Tegaknya khilafah akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, menciptakan dunia yang adil, sejahtera, dan bebas dari eksploitasi global.


Share this article via

35 Shares

0 Comment