| 218 Views
Menghentikan Penderitaan di Gaza, Butuh Tentara dan Negara

Oleh : Sri Rahayu
Kondisi warga Palestina khususnya di Gaza, semakin memprihatinkan setelah setahun penuh dihantam serangan tanpa henti sejak Oktober 2023. Mereka terus menghadapi pembantaian, pembunuhan dan bombardir yang mengancam nyawa setiap hari.
Situasi ini tidak hanya merenggut ketenangan hidup, tetapi juga menghancurkan infrastruktur secara masif meninggalkan luka dan duka mendalam bagi warga, dalam kurun waktu setahun bangunan hampir 66% rusak dari total 163.778 yang ada di wilayah tersebut dari jumlah itu 52.564 bangunan hancur total, meninggalkan reruntuhan yang tidak bisa lagi dihuni, kehidupan di bawah bayang-bayang puing-puing ini menambah beban psikologis dan fisik bagi warga, termasuk anak-anak yang tidak memiliki tempat tinggal layak.
Menurut laporan World Food Programmer and Office for the Coordination of Humanitarian Affairs sebagian penduduk Gaza bergantung pada bantuan pangan internasional, menanggapi kondisi ini ada sebagian dari umat Islam menggalang bantuan untuk mengumpulkan kebutuhan dasar seperti pangan, pakaian musim dingin, air bersih hingga layanan medis. Gerakan solidaritas tersebut diharapkan bisa meringankan beban kaum muslimin di Gaza.
Sejak Minggu, Gaza dilanda gelombang dingin dan hujan deras, banyak warga mengungsi tinggal di tenda darurat dengan kondisi hidup yang semakin memburuk seiring turunnya suhu. Warga kekurangan pakaian hangat, selimut dan tempat tidur. Nyawa para pengungsi Palestina benar-benar dalam bahaya di tengah hujan deras dan gelombang dingin, tenda-tenda mereka sudah lapuk dan tidak memberikan perlindungan yang memadai.
Dilansir dari Anadolu, Selasa 31 Desember 2024 enam bayi dan seorang perawat juga kehilangan nyawa akibat kedinginan setelah terpaksa hidup dalam kondisi tidak layak di tenda pengungsian akibat serangan Israel
Dilaporkan Al Jazeera, Rabu 1 Januari 2025 dulunya musim dingin menjadi waktu berkumpulnya masyarakat dan pertemuan keluarga tetapi kini telah menjadi mimpi buruk dan diperparah lagi Israel menghalangi akses masuknya bantuan kemanusiaan, masuknya air, makanan dan perlengkapan musim dingin ke Gaza membahayakan nyawa anak-anak di wilayah yang dilanda perang
Musim dingin lalu masih ada beberapa bangunan untuk berlindung meskipun orang-orang telah mengungsi dan kondisinya sangat buruk. Hari ini setelah 14 bulan perang dan hancurnya infrastruktur sebagian besar orang di Gaza tinggal di tenda-tenda yang nyaris tidak melindungi dari angin dingin dan hujan.
Sesungguhnya memandang kondisi umat Islam di Gaza hanya sebagai masalah kemanusiaan yang diselesaikan hanya dengan menggalang dana, bantuan logistik dan sejenisnya sebenarnya sangatlah menyayat hati, bagaimana tidak umat Islam di Gaza tanahnya dirampas, mereka dibunuh, fasilitas publik mereka dirusak dan mereka di genosida oleh entitas zionis laknatullah, tindakan zionis adalah penjajahan tersistematis dan terstruktur untuk melenyapkan kaum muslimin di Palestina bahkan tindakan mereka mendapat sokongan dari Amerika Serikat.
Tindakan yang demikian merupakan pertarungan ideologi Islam dengan kapitalisme, hal inilah yang harusnya disadari oleh kaum muslimin di seluruh dunia. Kaum muslimin tidak bisa berharap pada dunia internasional termasuk para pemimpin mereka yang kerap menjadikan isu Palestina hanya untuk pencitraan dan justru mengambil solusi dua negara arahan Barat (pengusung kapitalisme) yang jelas tidak bisa menyelesaikan perang ideologi ini.
Amerika Serikat sebagai negara berideologi kapitalisme memberi dukungan penuh mulai dari bantuan dana hingga senjata kepada zionis. Bahkan zionis dibuatkan iron dome sebagai sistem pertahanan udaranya, sementara kaum muslimin yang ada di Palestina berjuang dan berjihad sendirian.
Kaum muslimin harus punya agenda sendiri, harus menyatukan pemikiran dan perasaan kemudian menggerakkan pemuda-pemuda di
Timur Tengah untuk bangkit melawan rezim mereka dan bergerak ke Palestina.
Tidak ada penguasa kaum muslimin yang memberi bantuan militer sedikitpun, para Mujahidin dan umat Islam di sana berjihad dengan seluruh harta dan nyawa mereka demi menjaga tanah Palestina agar tidak dirampas oleh zionis, mereka mati-matian melakukan hal itu sebab mereka paham bahwa Palestina merupakan tanah kharajiyyah yang wajib dijaga dan dilindungi dari penjajah.
Status itulah yang ditetapkan oleh syariat Islam yang pernah tertancap kuat di sana hingga beribu-ribu tahun lamanya sebagai sebuah ideologi.
Pertarungan yang terjadi di Palestina tentu tidak cukup dilawan dengan bantuan logistik obat-obatan dan penggalangan dana, namun harus dilawan dengan militer, bahkan bisa dikatakan bantuan seperti itu sebenarnya hanya menyakiti kaum muslimin Gaza.
Bantuan yang benar-benar dibutuhkan adalah kehadiran tentara kaum muslimin yang akan mengusir penjajah zionis laknatullah agar hal tersebut terwujud dibutuhkan persatuan kaum muslimin di bawah kepemimpinan islam.
Aktivitas ini hanya bisa dilakukan oleh partai politik ideologis, kepemimpinan islam akan membuat seorang penguasa Islam yakni khalifah bertanggung jawab sebagai junnah (pelindung) kaum muslimin.
Kepemimpinan islam sebagai Junnah untuk Palestina tampak pada sikap Salahuddin Al Ayyubi dan Sultan Hamid ll.
Sultan Salahuddin Al Ayyubi berjihad merebut kembali tanah Palestina dari pasukan salib, sementara Sultan Abdul Hamid ll, memberi ultimatum kepada Theodore herzl yang meminta sebagian tanah di Palestina untuk Yahudi, kebijakan tersebut mereka ambil sebagai bentuk tanggung jawab seorang pemimpin dalam menjalankan kewajibannya sebagai Junnah. Maka hari ini dikala Gaza di genosida oleh zionis laknatullah seharusnya kepemimpinan islam yang akan menyelesaikan dengan solusi syar'i yakni jihad fisabilillah mengusir penjajah zionis.
Para pemuda itu harus menuntut tegaknya khilafah dan mengangkat seorang khalifah untuk memimpin kaum muslimin setelah pembebasan Palestina.
Jadi hadirnya kepemimpinan islam menjadi hal urgent untuk mewujudkan umat saat ini, kebutuhan itu akan terealisasi manakala umat berjuang bersama partai politik Islam ideologis yang tengah memperjuangkan kehadiran kepemimpinan islam di tengah-tengah umat,
wallahualam bishowab.