| 154 Views

Mengapa Banjir Terus Berulang? Saatnya Beralih ke Solusi Islam

Oleh:  Umma Hadid
Muslimah Pemerhati Umat

Setiap kali musim hujan tiba, kenangan pahit akibat banjir kembali menghantui. Seolah tak mau berpisah, banjir terus melanda wilayah Jabodetabek tanpa solusi yang jelas. Dampaknya pun semakin luas, termasuk di sektor pendidikan. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu'ti, mengungkapkan bahwa banjir di Bekasi, Jawa Barat, mengakibatkan kerusakan pada 114 gedung sekolah (Beritasatu.com, 6/3/2025).

Tiga hari setelah banjir melanda sebagian wilayah Jabodetabek, kekecewaan warga terhadap pemerintah semakin memuncak. Mereka merasa muak dan frustrasi karena bencana ini terus berulang tanpa adanya penanganan yang menyeluruh. Happy (32), warga Pekayon, Bekasi Selatan, yang telah menetap selama 11 tahun, mengaku bahwa keluarganya sudah berkali-kali menjadi korban banjir. Ia memperkirakan total kerugian yang dialami keluarganya mencapai Rp50 juta hingga Rp100 juta, jumlah yang hampir sama dengan dua banjir besar sebelumnya.

"Kami sudah menabung, tapi setiap lima tahun, semua habis untuk mengatasi dampak banjir. Rasanya benar-benar melelahkan," keluhnya.

Di sisi lain, faktor pemicu banjir juga menjadi sorotan. Firman Soebagyo, anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, menyatakan bahwa program pembukaan 20 juta hektare hutan untuk kebutuhan pangan, energi, dan air diduga menjadi penyebab utama banjir di beberapa wilayah Jabodetabek (Tirto.id, 4/3/2025). Alih fungsi lahan yang tidak terkendali ini berkontribusi pada semakin berkurangnya daerah resapan air, memperparah risiko banjir yang kini semakin sulit dihindari.

Namun jika dilihat dengan lebih mendaalam. Bencana yang terus berulang bukan sekadar persoalan teknis, tetapi juga mencerminkan masalah sistemis yang harus ditelusuri hingga ke akarnya. Paradigma pembangunan yang berorientasi pada kepentingan kapitalistik sering kali mengabaikan kelestarian lingkungan dan keselamatan manusia. Alih-alih menciptakan kesejahteraan, kebijakan semacam ini justru memperburuk kondisi ekologi dan memperbesar risiko bencana, seperti banjir yang terus terjadi.

Tanpa mitigasi yang kuat dan kebijakan yang berpihak pada keberlanjutan lingkungan, bencana akan sulit dicegah, dan rakyatlah yang harus menanggung akibatnya. Oleh karena itu, pembangunan harus didasarkan pada paradigma yang tepat—bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek, tetapi juga untuk memastikan keseimbangan ekosistem bagi generasi mendatang.

Islam memberikan panduan komprehensif dalam membangun negara yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menekankan tanggung jawab dalam menjaga alam. Dengan menerapkan prinsip pembangunan yang berkeadilan dan berkelanjutan, manusia dapat hidup lebih sejahtera tanpa merusak keseimbangan lingkungan yang telah Allah ciptakan dengan penuh kesempurnaan. Dalam hadist Rasulullah ﷺ bersabda:  "Barang siapa yang merusak tanaman atau menebang pohon tanpa alasan yang benar, maka Allah akan menimpakan azab kepadanya."
(HR. Bukhari & Muslim)

Dengan posisi penguasa sebagai raa’in, maka penguasa akan terus mengurus rakyat dengan baik sehingga rakyat hidup sejahtera, aman dan nyaman, terhindar dari banjir.  Penguasa juga akan menerapkan Islam sebagai asas konsep pembangunan dan melakukan mitigasi yang kuat untuk mencegah terjadinya bencana khususnya banjir.

Sebagai bukti nyata pada masa keemasan Kekhalifahan Abbasiyah, kemajuan teknologi dan rekayasa hidrolik sangat pesat, terbukti dengan pembangunan berbagai bendungan di wilayah kekuasaan Islam. Di Baghdad, Irak, beberapa bendungan didirikan di Sungai Tigris, sementara di Iran, Bendungan Kebar yang dibangun pada abad ke-13 Masehi masih berdiri kokoh hingga kini.

Para sarjana Muslim juga berhasil mengembangkan bendungan pengatur air (diversion dam) yang berfungsi mengalihkan aliran sungai, dimulai dari Sungai Uzaym di Jabal Hamrin, Irak, dan kemudian menyebar ke wilayah lain. Di Spanyol, prestasi teknik Muslim tercermin dalam bendungan di Sungai Turia yang mampu memenuhi kebutuhan irigasi Valencia dan bertahan hingga sekarang, serta Bendungan Parada di dekat Madrid yang dibangun oleh orang-orang Yaman pada 970 Masehi. Jejak-jejak kejayaan ini masih dapat disaksikan di Kota Kordoba, menjadi bukti nyata kontribusi peradaban Islam dalam bidang teknik sipil dan pengelolaan sumber daya air.

Inilah bukti nyata bahwa Islam bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam jika diterapkan secara kaffah.

Wallahua'lam


Share this article via

17 Shares

0 Comment