| 60 Views
Menelaah Tren Baru Living Together

Oleh : Eli Ermawati
Pembelajar
Fenomena living together atau tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan semakin marak, terutama di kalangan Gen Z dan Milenial. Salah satu contoh nyata terjadi di kosan seribu pintu di Cikarang, Bekasi, yang menjadi sorotan karena minimnya pengawasan. Banyak penghuni yang menjalani hidup serampangan tanpa memedulikan kondisi sekitar, bahkan beberapa pasangan memilih tinggal bersama tanpa menikah.
Dulu, konsep living together dianggap tabu di masyarakat Indonesia yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional. Namun, kini tren ini dianggap sebagai gaya hidup yang lebih praktis dan realistis. Banyak pasangan melihat living together sebagai bentuk “test drive” sebelum memutuskan untuk menikah agar dapat mengetahui kecocokan dalam kehidupan sehari-hari.
Alasan lain yang mendorong tren ini adalah keinginan untuk menjalani gaya hidup bebas tanpa tekanan sosial dan tanggung jawab pernikahan. Faktor finansial juga menjadi pertimbangan utama. Tinggal bersama dianggap lebih hemat karena biaya hidup bisa ditanggung bersama, berbeda dengan tinggal sendiri yang memerlukan pengeluaran lebih besar.
Tren living together diprediksi akan terus berkembang seiring dengan perubahan gaya hidup modern. Selain itu, tren ini juga dikaitkan dengan kebebasan finansial dan sosial, di mana pasangan merasa lebih fleksibel dan bebas dari tanggung jawab ekonomi yang biasanya muncul dalam ikatan pernikahan.
Munculnya tren living together tidak lepas dari pengaruh sistem kapitalisme yang mendominasi kehidupan saat ini. Sistem ini melahirkan budaya individualisme yang tinggi dan menanamkan nilai kebebasan dalam segala aspek, termasuk dalam membangun hubungan. Pernikahan yang dulu dipandang sebagai komitmen sakral, kini dianggap sebagai beban yang mengikat, sehingga banyak pasangan lebih memilih hidup bersama tanpa ikatan jangka panjang.
Padahal Allah SWT telah memperingatkan dalam Al-Qur'an: "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (TQS. Al-Isra’: 32)
Ayat ini menegaskan bahwa bukan hanya zina yang dilarang, tetapi juga segala hal yang mendekati zina, termasuk living together tanpa ikatan pernikahan.
Kapitalisme juga memainkan peran besar dalam normalisasi tren ini melalui berbagai media, industri hiburan, dan sistem pendidikan yang semakin liberal. Pesan-pesan tentang kebebasan dan gaya hidup tanpa batas semakin sering muncul, membuat masyarakat terbiasa dan akhirnya menganggap living together sebagai sesuatu yang wajar.
Selain itu, kondisi ekonomi yang semakin sulit akibat sistem kapitalisme membuat standar kehidupan pernikahan menjadi tinggi. Banyak pasangan merasa tertekan dengan tuntutan sosial untuk menggelar pesta pernikahan mewah atau memenuhi standar hidup tertentu, sehingga memilih tinggal bersama terlebih dahulu sebagai alternatif yang lebih ekonomis.
Dalam Islam, pernikahan bukan sekadar hubungan romantis, tetapi juga bentuk ibadah dan sistem sosial yang saling menjaga hak dan kewajiban masing-masing. Dengan kembali pada prinsip-prinsip Islam, masyarakat dapat terhindar dari jebakan gaya hidup liberal yang sering kali menjadikan hubungan sebagai transaksi untung-rugi semata.
Bagi pasangan yang ingin saling mengenal sebelum menikah, Islam menawarkan konsep ta’aruf. Proses ini memungkinkan calon pasangan untuk saling memahami tanpa melanggar batasan syariat. Living together bukanlah solusi yang dibenarkan dalam Islam karena membuka peluang pada tindakan maksiat dan mengabaikan nilai-nilai moral.
Islam menganjurkan pernikahan sebagai jalan yang penuh keberkahan dan keamanan. Allah SWT berfirman: "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.” (TQS. Ar-Rum: 21)
Selain itu, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang mampu menikah, maka menikahlah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Dan barangsiapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu akan menjadi perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam menganjurkan pernikahan sebagai jalan yang penuh keberkahan dan keamanan. Tren living together sejatinya merupakan hasil dari budaya kapitalisme sekuler yang mengutamakan kebebasan individual dan mengesampingkan komitmen sejati. Saatnya kembali kepada aturan Ilahi agar generasi muda terhindar dari gaya hidup bebas yang berisiko dan merusak nilai-nilai moral.