| 119 Views
Menakar Konsep Childfree Dalam Timbangan Islam

Oleh : Verry Verani
Fenomena 'generasi tanpa anak' atau childfree generation sudah menjadi tradisi dalam masyarakat Barat. Pasangan hidup masyarakatnya telah memilih perkawinan tanpa merencanakan untuk mendapatkan keturunan serta konsekwensinya. Hal ini merupakan fenomena yang semakin nyata, terjadi di negara-negara maju. Keputusan beberapa pasangan mempelai yang sering disebut sebagai childfree lifestyle.
Perkawinan tanpa keturunan ini dianggap sebagai gaya hidup modern yang memiliki dampak signifikan pada struktur sosial, ekonomi, dan demografi masyarakat Barat.
Apa yang menjadi penyebabnya ?
Sebagai sebuah fakta budaya dan pemikiran serta filosofi kehidupan di negara Barat berbeda dengan di Indonesia.
Sebabnya antara lain :
pertama, sekulerisme yang mendasari pemikiran dan gaya hidup bebas masyarakat Barat. Sehingga masyarakat disana berprilaku atas dasar ideologi yang dianutnya. Masyarakat tersebut otomatis mengikuti
serangkaian ide- ide turunanan yang mengiringinya. Mengikuti solusi yang ditawarkan liberalis. seperti
budaya pergaulan bebas, kesetaraan gender dan individualis. Sehingga banyak pasangan suami istri, masing- masing memilih fokus pada karier, hobi, atau kehidupan pribadi tanpa perencanaan matang masa depan keluarga.
Sebab kedua, kehidupan modern yang materialistik. Kehidupan ini membuat banyak pasangan lebih memprioritaskan gaya hidup nyaman, melancong ke berbagai tempat, atau menikmati membeli barang mewah kebanggaannya.
Sebab ketiga, banyak pasangan menganggap memiliki anak akan membatasi kebebasan mereka, baik dalam hal waktu, pekerjaan, maupun kehidupan sosial.
Sebab keempat, karena sistem ekonomi kapitalisme berdampak ketidakstabilan sosial - ekonomi dalam negerinya.
Serangkaian dampak yang diakibatkan sistem rusak yang sangat memberatkan rakyat untuk menghidupi dirinya terlebih jika harus bertambah anggota keluarga sehingga harus menanggung biaya pendidikannya, perawatannya dan pemenuhan kebutuhan lain-lainnya. Oleh karena itu banyak pasangan merasa tidak mampu secara finansial untuk merawat dan membesarkan anak.
Akar persoalan dari berbagai masalah yang timbul ini termasuk krisis ekonomi selalu mengusik mimpi mereka.Ketidakpastian dan harapan meraih ekonomi yang lebih baik hanya angan - angan belaka. Demikian pula seperti sulitnya mendapatkan pekerjaan tetap atau tingginya harga-harga properti membuat sesak dada.
Kondisi tidak menguntungkan ini serta seiring munculnya gerakan feminisme yang mendukung kebebasan perempuan untuk menentukan pilihan hidup, semakin mempengaruhi pandangan masyarakat sebagai sebuah solusi.
Puncak kepasrahan pada keadaan, beberapa pasangan percaya bahwa hidup tanpa keturunan adalah cara mereka berkontribusi meringankan kesulitan negara.
Perspektif Islam tentang Memiliki Keturunan :
Kedudukan Anak dalam Islam
Anak adalah amanah Allah swt. pada orang tuanya. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menjelaskan kondisi dan kedudukan anak serta orang tua.
Dari Abu Hurairah ra :
Artinya : Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
Anak sebagai amanah dari Allah SWT yang dititipkan kepada orang tuanya. Konsekwensi orangtua harus merawat, menjaga dan memelihara dengan baik agar dapat tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Agar terwujud manusia sebagai hamba Allah swt yang bersyukur.
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut:
Artinya: Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah yang diberikan itu. Apakah amanah tersebut ditunaikan dengan baik atau tidak.
Anugerah dan nikmat dari Allah SWT
Anak merupakan anugerah dan nikmat yang berasal dari Allah swt. Kehadirannya dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. asy-Syura ayat 49-50 sebagai berikut:
Artinya: Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.
Ujian dan cobaan
Selain sebagai anugerah dan nikmat dari Allah SWT, anak juga menjadi ujian dan cobaan bagi orang tuanya. Hal ini ditegaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 15 :
Artinya: Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar.
Anak dapat membuat orang tua menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah. Terkadang mereka merasa bangga dan paling tinggi dari orang lain.
Penerus Pelanjut Dakwah
Anak merupakan keturunan dari orang tua. Kelahirannya menjadi penerus cita-cita hidup dan kelestarian garis keturunan dari orang tuanya. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik.
Allah swt. berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 133 :
Artinya: Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku? Mereka menjawab, Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya.
Pelestari pahala orang tua
Anak sholeh adalah anak yang sikap dan perilakunya mencerminkan keimanan dan keislaman. Anak sholeh memiliki ketaatan dan kepasrahan terhadap hukum-hukum Allah SWT dan rasul-Nya. Ia juga memberikan manfaat bagi sesama. Keshalehan itulah yang akan menjamin terkabulnya doa untuk kedua orang tua.
Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra.
Artinya: "Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim)
Konsep ideologi Barat yang berbasis sekularisme, kapitalisme, dan liberalisme yang terbukti gagal tidak mampu menyelesaikan masalah manusia, alam, dan kehidupan. Krisis moral, spiritual, sosial, dan lingkungan yang dihadapi masyarakat Barat adalah bukti nyata bahwa sistem tersebut tidak mampu memberikan solusi secara menyeluruh.
Bagaimana mungkin produk gagal,sebagai sebuah konsep kehidupan kemudia dengan ideologinya Barat ingin memangkas dan menjajah dunia islam ?
Sebaliknya, Islam menawarkan solusi memuaskan akal, sesuai naluri manusia dengan patuh aturan syara' membawa ketentraman dan kedamaian serta kesejahteraan. Keadilan yang tidak pernah satu masapun dilalui oleh pandangan hidup ideologi lain yang hanya membawa petaka dan kehancuran.
Dengan kembali kepada konsep Islam, masalah mendasar manusia, alam, dan kehidupan dapat diselesaikan secara menyeluruh dan berkelanjutan.
Wallahu'alam.