| 160 Views

Maulid Nabi : Kembali Meneladani Nabi Secara Totalitas

Oleh : Uswatun Hasanah, S. Pd

Bukan hal biasa lagi bagi kaum muslim untuk berbondong-bondong memperingati bulan istimewa, Rabiul Awwal. 12 Rabiul awwal merupakan tanggal kelahiran nabi Muhammad Saw. sosok agung yang selalu menjadi ikon bagi umat muslim. Namun keteladananya mampu menjadi rahmat bagi seluruh ummat manusia. 

Kebaikan Rasulullah Adalah Bukti Sempurnanya Agama Islam

Islam, agama yang Rasulullah bawa adalah agama yang sempurna. Mengatur seluruh lini kehidupan. Dalam QS Al-Anbiya: 107, Allah swt. berfirman, "Dan tidaklah kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam." Yuana Ryan Tresna mengutip penjelasan dari Al-Qadhi lyadh sebagai berikut, "Dikatakan (kerahmatan Rasulullah) adalah bagi seluruh makhluk. Dan bagi orang mukmin, rahmat adalah hidayah; sedangkan rahmat bagi orang munafik adalah berupa amannya mereka dari pembunuhan, dan rahmat bagi orang kafır dengan ditundanya azab atas mereka,  karena umat terdahulu, azab bagi yang ingkar pada Rasul-Nya diazab langsung di dunia. (Al-Qadhi 'lyadh, Asy-Syifa' bi Ta'rifi Huquq al-Musthafa, hlm. 58).

Meneladani kebaikan Rasulullah saw. merupakan bukti akan keimanan seorang muslim, dan itu sudah dilakukan oleh orang-orang mukmin terdahulu. Mestinya kita berkaca pada Rasulullah atas setiap tindakan yang kita lakukan. 

Namun faktanya saat ini, banyak kita jumpai fenomena yang sama sekali tidak mencerminkan bukti akan keteladanan terhadap kebaikan Rasulullah. Kejahatan kerap terjadi pada lingkungan keluarga, masyarakat, hingga kedzaliman terus-menerus dilakukan oleh para penguasa sekarang. 

Dalam Al-quran surat Al-Ahzab:21 Allah swt berfirman : 

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أَسْوَةٌ حَسَنَةً لِمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
"Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah". 
Dan dalam ayat yang lain Allah swt. memuji Rasulullah secara jelas : "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang luhur". (Al-Qalam: 4). 

Lalu Apa yang Dimaksud Meneladani Nabi Muhammad saw? 

Meneladani adalah meniru, mencontoh tanpa membuang atau mengurangi apapun. Segala apa yang dibawa Rasulullah harus diambil oleh umat Islam. membenarkan segala perkataan dan perbuatan Rasul juga merupakan kewajiban, yang masuk akal atau tidak, terindra oleh manusia atau tidak terindra. Karena perkataan beliau bukanlah datang dari hawa nafsu beliau sendiri tapi merupakan wahyu dari Allah swt.  
"Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS An-Najm: 3-4).

Selain perkataan Nabi Muhammad yang merupakan wahyu dari Allah (Baca: Hadits), Al-quran, pedoman hidup umat manusia adalah mukjizat Allah yang diberikan kepada Rasulullah kemudian disampaikan kepada ummatnya. Maka ummatnya yang mengaku cinta kepada nabinya (Muhammad saw) mestilah harus dibuktikan dengan menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala laranganya. 

Pembuktian itu juga harus dilakukan dengan cara menjadikan Rasulullah sebagai hakim atas setiap keputusan. Allah swt. berfirman : 

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

"Maka demi rabbmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (Q.S An-nisa: 65). 

Yuana Ryan Tresna juga menuliskan dalam tulisanya tentang beberapa point penting dari Surat An-nisa ayat 65 tersebut yaitu : (1) Wajibnya berhukum (bertahkim) kepada Rasulullah saw. dalam perkara yang diperselisihkan. (2) Wajibnya melenyapkan keberatan (haraj) dalam hati, artinya ada kesiapan bertahkim kepada Rasulullah lahir dan batin. (3) Berserah diri (taslim) secara totalitas pada semua perkara, bukan pada perkara yang sedang diperselisihkan saja. 

Maka jelas, tidak ada alasan untuk menentang hukum yang telah Allah tetapkan, dan penerapan hukum Allah telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Jika melanggar ketetapan hukum Allah tersebut tidak lain hanyalah akan mendatangkan murka-Nya. 

Meneladani Rasulullah : Berkaca Pada Politik Pemerintahnya

Sampai detik ini Islam masih eksis di tengah-tengah manusia kendati musuh-musuh Islam telah merobohkan bangunannya (Daulah Utsmaniyah di Turki) melalui antek-anteknya pada tahun 1924. 
Padahal orang-orang non-Muslim dulu justru merasa nyaman hidup di bawah naungan Islam. 
Sehingga penerapannya negara menjadi stabil, rakyat patuh kepadanya dan keadilan merata dirasakan semua pihak. MasyaAllah. 

Konsep kenegaraan versi Islam, agama yang dijadikan Allah swt sebagai rahmat untuk seluruh alam, dan akidah aplikatif yang menghasilkan nidzam (sistem) yang universal dan integral, hanya mampu kita saksikan dari kepemimpinan nabi Muhammad saw. 

Islam, yang menjadi sebab role model terhadap Rasulullah, telah ada ketika dakwah Rasul dan para sahabatnya telah sampai ke Madinah. Pembentukan negara Islam di Madinah merupakan awal tumbuhnya politik pemikiran Islam, dan kebaikanya mampu membuat aman seluruh manusia termasuk non-muslim. 

Sepeninggalnya Rasulullah, bukan berarti meninggal pula penerapan syariat Islam. Para khulafaurassyidin yang merupakan para sahabat Rasulullah telah berjuang keras mempertahankan syariat Islam bahkan nyawa jadi taruhan mereka. 

Khulafa (jamak dari khalifah) adalah pemimpin dalam khilafah (sistem pemerintahan Islam) yang saat ini sudah hilang sejak tahun 1924. Hilangnya/runtuhnya sistem pemerintahan Islam tersebut membuat umat muslim bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Ketiadaan khalifah saat ini menjadi PR bagi kaum muslimin yang menginginkan kembalinya kebangkitan Islam. 

Pragmatis terhadap ketiadaan kepemimpinan Islam bukanlah pilihan bagi kita yang mengaku umatnya, namun memperjuangkanya kembali di tengah-tengah umat adalah sikap mukmin sejati dan bukti keteladanan terhadap Rasulullah Muhammad saw.

Terlebih lagi dengan adanya kabar gembira yang disampaikan oleh 
Rasulullah : "Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian." (HR Ahmad).
Wallahu'alam bisshowwab.


Share this article via

128 Shares

0 Comment