| 89 Views

Matinya Naluri Ibu, Buah Sistem Kapitalisme

Oleh: Endang Seruni
Muslimah Peduli Generasi

Remaja perempuan T(13) di kecamatan Kalianget kabupaten Sumenep dicabuli kepala sekolah J (41). Mirisnya pencabulan ini di setujui oleh ibu kandungnya yang berinisial E(43). Ibu korban menyetujui pencabulan ini dengan alasan untuk ritual penyucian diri.

Kepala Sub bagian Hubungan Masyarakat Polres Sumenep AKP Widiarti mengatakan E, menyerahkan anaknya T(13) untuk dicabuli. Sebab mengaku dijanjikan sejumlah uang dan satu unit sepeda motor vespa matic. J mengaku melakukan pencabulan terhadap T untuk memuaskan nafsu biologisnya. Ia mengaku melakukan pencabulan sebanyak 5 kali yang dilakukan di rumah J dan di hotel di Surabaya,Jawa Timur. Kasus ini terungkap usai korban menceritakan perbuatan J kepada ayah kandungnya. J kemudian ditangkap di rumahnya pada Kamis (29/8/2024). Akibat perbuatannya, di jerat pasal 81 ayat(3) (2) (1), pasal 82 ayat (2) (1) UU RI nomor 17 tahun 2016 tentang perlindungan anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.

Sementara  E ditetapkan sebagai tersangka tindak pidana perdagangan orang (TPPO). Dikenakan Pasal 2 ayat (1) (2) UU RI nomor 21 tahun 2007 Tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan ancaman 15 tahun penjara (Tribunnews.com,2/9/2024).

Seorang ibu rela anaknya diperkosa adalah bukti nyata betapa bobroknya  moral akibat kehidupan seluler. Sebagai seorang ibu fitrahnya adalah menjaga anaknya dari kejahatan apapun. Namun yang dilakukan ibu di Sumenep ini menyalahi fitrahnya. Naluri keibuannya hilang terkalahkan hawa nafsunya.

Lemahnya keimanan yang dimiliki seseorang merusak akal dan akan mendorong seseorang berbuat keji dan asusila. Jika keimanan rusak, nafsu yang berkuasa, akal dan naluri lenyap tak tersisa. Inilah buah sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Sistem yang menjauhkan individu masyarakat dari ketaatan kepada sang Kholiq. Sehingga hidup hanya untuk memenuhi kebutuhan materi dan menuhankan hawa nafsu. Tidak hanya itu, sistem ini menjamin kebebasan berperilaku . Membuat seseorang sesuka hatinya berbuat dan berekspresi. Selama ia tidak menggangu privasi orang lain. Bebas berperilaku tanpa batas seperti pacaran, zina, berdua duaan dengan non mahram, campur baur antara laki-laki dan perempuan, berpakaian tidak sesuai syariat Islam dsb.

Dalam sistem pendidikan yang berbasis sekularisme tidak membawa kepada kebaikan. Porsi pendidikan agama di sekolah sebatas materi pelengkap bukan menjadi landasan dan pedoman berkehidupan. Anak peserta didik hanya diajarkan menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak banyaknya. Tolok ukur kebahagiaan hanya dinilai dari materi dan kesenangan duniawi.

Dalam Islam ibu mempunyai peran yang mulia dan utama. Ibu adalah sekolah pertama,peran ini tidak hanya memberikan kebutuhan jasmani tetapi wajib menanamkan akidah Islam yang kuat sehingga anak anak taat kepada Allah dan Rasulnya. Ibu juga harus membekali diri mereka dengan pemahaman Islam yang benar. Disisi lain negara juga berperan membentuk ketaqwaan individu masyarakat. Negara tidak membebani persoalan ekonomi kepada para ibu. Negara menjamin pemenuhan kebutuhan dasar dengan memudahkan para ayah untuk mencari nafkah. Negara membuka lapangan pekerjaan seluas luasnya serta memberikan modal kepada individu masyarakat yang ingin berwirausaha.

Negara juga menerapkan sistem pendidikan berbasis akidah Islam yang membentuk generasi berkepribadian Islam. Tidak hanya itu penerapan sistem pergaulan Islam mampu mencegah masyarakat dari pergaulan bebas. Negara juga mengawasi dan mencegah berbagai informasi yang tidak mendukung seperti konten pornodan, tayangan mengumbar maksiat. Penindakan di setiap pelanggaran syariat dengan penegakan sanksi yang mampu memberikan efek jera bagi pelaku. Penegakan sanksi ini adalah bentuk perlindungan dan jaminan keamanan bagi rakyat termasuk anak-anak.

Untuk itu penerapan syariat Islam secara kaffah akan membentuk masyarakat dengan lingkungan dan suasana keimanan kuat. Dengan demikian akan terlahir generasi yang cemerlang yang terlindungi dari kerusakan.Sudah saatnya kembali kepada sistem Islam dan mencampakkan sistem rusak, yang merupakan sumber persoalan tanpa solusi tuntas.

Waallahu'alam bishawab.


Share this article via

92 Shares

0 Comment