| 180 Views

Marak Anak Durhaka, Buah Sistem Kapitalisme Sekuler

Oleh : Endang Seruni 
Muslimah Peduli Generasi

Dua anak remaja putri berinisial K (17) dan P (16) tega menusuk ayah kandungnya hingga tewas,sebab sakit hati terhadap ayahnya. Pelaku dimarahi korban karena ketahuan mencuri uang milik korban. Korban yang adalah pedagang perabot di kawasan Duren sawit Jakarta Timur (Liputan 6, 23/6/2024).

Kasus serupa juga terjadi di Lampung. Pemuda berinisial SPA (19) di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung tega menganiaya orang tuanya yang sedang sakit stroke. Bermula dari permintaan korban yang ingin diantar ke kamar mandi, karena kesal, pelaku melakukan pemukulan berkali-kali, hingga korban harus dibawa ke rumah sakit, dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Tersangka terancam hukuman 15 tahun penjara atas perbuatannya (Liputan 6.com,21/6/2024).

Miris, pelaku kejahatan pembunuhan masih sangat belia, sementara yang menjadi korban adalah orang tua mereka sendiri. Perbuatan pembunuhan adalah perbuatan yang melanggar hukum. Maraknya anak durhaka membuktikan bahwa betapa kentalnya sekularisme mencengkeram kuat kehidupan ini.

Sistem kapitalisme sekularisme yang diterapkan di negeri ini melahirkan generasi- generasi yang rapuh, tidak mampu mengontrol emosinya. Kapitalisme yang berorientasi manfaat menjauhkan agama dari kehidupan. Di sekolah pelajaran agama dibatasi. Untuk belajar agama di luar sekolah waktu mereka sudah habis,sebab sistem full day belajar. Wajar jika tidak berbekas berbakti pada orang tua sedikitpun. Andai tindakan dan perkataan orang tua yang menyakiti haruskah dibalas sakit hati itu dengan menghilangkan nyawa mereka.

Faktanya sekularisme telah membabat habis birrul walidain sehingga yang tersisa hanya relasi antara anak dan orang tua berdasarkan kemanfaatan. Akibatnya anak- anak menganggap orang tua hanya penghalang untuk mencapai keinginannya.
Hal ini membuktikan bahwa sistem kapitalisme telah gagal sebagai sistem kehidupan. Sistem ini justru telah menjauhkan manusia dari tujuan penciptaan yaitu sebagai hamba Allah SWT yang mentaati perintah dan menjauhi larangannya.

Berbeda dalam sistem Islam, generasi Islam dididik untuk menjadi generasi yang berkepribadian Islam. Generasi yang taat syariat termasuk didalamnya berbuat baik kepada orang tua. Dengan pola pikir Islam dan pola sikap Islam, menjadikan generasi muda tidak mudah terjerumus dalam lingkaran emosi dan memperturutkan hawa nafsu. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw,”Bukan golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih muda atau tidak menghormati yang lebih tua”(HR. At Tirmidzi).

Selain itu islam juga memiliki mekanisme dalam menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Sebagaimana firman Allah SWT,”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaga nya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa-apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa-apa yang diperintahkanNya (TQS.At Tahrim:6).

Islam juga menerapkan sanksi yang tegas bagi pelaku kejahatan. Sebagai zawajir(pencegah) dan jawabir (penebus). Sehingga masyarakat tidak akan bebas berperilaku terutama tindak kriminal. Serta mencegah terjadinya pelanggaran yang serupa. Adapun sanksi yang dijatuhkan untuk menebus dosa yang dilakukan. 

Untuk itu sudah saatnya kita kembali kepada sistem islam yang mampu membawa kemaslahatan bagi umat. Mencampakkan kapitalisme sekularisme yang menyelesaikan persoalan dengan memunculkan persoalan yang baru. 
Wallahu a'lam bishawab


Share this article via

47 Shares

0 Comment