| 76 Views
Mampukah Kapitalisme Meciptakan Kemanan, dan Memberantaskan Pembulian?

Oleh : Yuliana, S.E.
Seorang santri lelaki berinisial F, di salah satu pondok pesantren di Riau, diduga menjadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh seniornya.
Ibu korban secara resmi telah membuat laporan ke pihak kepolisian.
Ibu korban, Shinta Offianty mengatakan, terungkapkan dugaan penganiayaan yang dialami anaknya ini, bermula saat 31 Juli 2024 lalu, anaknya mengirimkan pesan WhatsApp minta dijemput ke pondok pesantren.
Namun saat itu, Shinta yang belum mengerti maksud sang anak, sempat menolak.
Lalu F menyebut jika dirinya dianiaya seniornya, dimana kepala dan perutnya diinjak.
Singkat cerita, Shinta pun menjemput anaknya tersebut di pondok pesantren untuk dibawa ke rumah sakit.
"Anak saya muntah-muntah, hasil scan di kepalanya ternyata anak saya cidera kepala," ucapnya, Senin (12/8/2024). Atas kejadian ini disebutkan Shinta, pihak pondok pesantren dan keluarga dari senior anaknya yang diduga melakukan penganiayaan, seperti tak ada perhatian.
Atas kejadian ini disebutkan Shinta, pihak pondok pesantren dan keluarga dari senior anaknya yang diduga melakukan penganiayaan, seperti tak ada perhatian.
Ia didampingi Wakil Ketua Germas PPA, sudah mencoba mendatangi pihak pondok pesantren.
Lantaran tak ada titik temu, alhasil Shinta melapor ke Polda Riau pada Senin (5/8/2024) lalu.
Ia didampingi Wakil Ketua Germas PPA, sudah mencoba mendatangi pihak pondok pesantren. Lantaran tak ada titik temu, alhasil Shinta melapor ke Polda Riau pada Senin (5/8/2024) lalu. (Tribunpekanbaru.Com, 12 Agustus 2024).
Sistem Keamanan di Sekulerisme
Di negara yang menganut sistem sekulerisme seperti negara kita ini banyak kita jumpai kasus-kasus perundungan/pembulian di sekolah-sekolah. Tidak absen pula di ponpes-ponpes yang melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Adanya senior dan junior membuka peluang terjadinya penindasan terhadap anak-anak di sekolah maupun di pondok pesantren.
Orangtua hendaklah memilih dengan baik pondok pesantren. Tidak semua ponpes itu benar-benar menjalankan syari’at dengan sempurna dalam meriayah anak-anak baik keselamatan, keamanan, dan keimanan. Jadi, sebelum anak kita masukkan ke sebuah ponpes hendaklah kita selidiki dulu visi misinya, kurikulumnya, sistem belajarnya, ustadz ustadzahnya, outputnya, dan bagaimana ponpes meriayah anak-anak, serta apa sanksi anak-anak jika melakukan kesalahan.
Sekarang banyak ponpes yang mengatasnamakan sekolah tahfidz qur’an. Nama tersebut hanya sebagai pemanis dengan kata lain lip service saja agar banyak tertarik memasukkan anak-anak mereka ke ponpes tersebut, karena ingin anaknya hafal qur’an. Tapi orangtua kurang jeli dengan kegiatan yang berlangsung di ponpes tersebut, sehingga anak-anak yang menjadi korban.
Dalam hal ini, sangat disayangkan ketika oknum pihak atau pengurus ponpes terkait hanya berujah hal seperti itu biasa terjadi seperti mereka dulu dididik. Hal ini tidak akan terjadi jika negara meriayah dengan baik rakyatnya. Sebagai ra’in negara hendaknya menjamin keselamatan jiwa, keamanan, dan kenyamanan dalam beraktivitas. Jaminan ini tentu sukar kita jumpai di negara penganut sekuler.
Jaminan keamanan di sistem Islam
Di sistem Islam, negara memang menjadi ra’in bagi rakyatnya. Semua aspek keberlangsungan hidup rakyat di jamin oleh negara. Tidak akan ada kesenjangan sosial seperti yang terjadi di sekulerisme, semua merata baik harta maupun keamanan. Dalam sistem kapitalisme tidak akan bisa menyelesaikan masalah, di sistem kapitalis ini orang akan mencari keuntungan individu dari kesempatan yang ada. Walau di depan mata mereka melihat kejahatan yang meresahkan, karena asas dari sistem ini adalah materi.
Padahal sangat jelas adanya, jika melihat atau menyaksikan kejahatan hati nurani kita pasti terpanggil untuk memberantasnya. Dan dalam Islam dengan tegas menyampaikan bahwa kita tak boleh diam ketika melihat kejahatan. Kita diajarkan untuk beramar makruf nahi mungkar kepada setiap kejahatan.
Hal ini telah ditegaskan dalam Hadits Rasulullah SAW yang berarti:
“Jika diantara kamu melihat kemungkaran maka ubahlah dengan tanganmu, jika kamu tidak kuat untuk melakukannya, maka gunakan lisanmu, namun,jika kamu masih tidak mampu, maka ingkarlah dengan hatimu karena itu adalah selemah-lemahnya iman. (HR Muslim).
Dari hadits di atas jelaslah bahwa, kita berkewajiban untuk mencegah kemungkaran, sepaling lemahnya iman dengan mengingkari kejahatan dengan hati kita. Jadi, ketika kita melihat kemungkaran bukan malah mendukung dengan beralasan itu biasa dalam pendidikan di ponpes. Seharusnya, dalam meriayah anak-anak oknum ponpes hendaklah meneladani Rasulullah dalam meriayah rakyatnya.
Dalam sistem Islam, yakni khilafah pastilah keamanan dan kedamaian seluruh rakyat menjadi hal utama yang harus diwujudkan. Negara haruslah menjamin setiap individu, terutama anak-anak dan wanita. Islam mengajarkan agar anak-anak kuat fisik dan mental. Berani menghadapi masalah bukan banyak tingkah dan polah, bisa menyelesaikan masalah untuk mempertahankan dan membela diri sendiri serta harga diri. Islam tidak mengajar anak-anak menjadi generasi lemah. Islam tidak menghendaki generasi yang cengeng. Islam menghendaki muslim sejati. Seperti muslim saat ini berada di negeri syam, yakni saudara kita muslimin muslimat di Gaza Palestine. Kuat mental, tak goyah iman.
Sistem khilafah mendorong rakyatnya untuk berani dalam menyuarakan pendapat dan memberikan nasihat kepada pemimpinnya agar menjalankan amanahnya sesuai syari’at Islam. Tak hanya itu saja, negara juga harus menanamkan kecintaan kepada Allah dan SWT dan Rasul Nya. Sehingga rakyat akan taat syri’at dan menerapkan Al-Qur’an dan As sunah. Dan akan meminimalkan kejahatan serta akan terciptanya kehidupan yang aman, damai, seimbang. Mari cerdas memilih tempat pendidikan anak-anak kita.
Jangan ikut tren, tapi ikutilah yang diajarkan Al-Qur’an
Jangan pilih karena bangunan megah, tapi pilihlah yang cinta dakwah kaffah.
Wallahu a’lam bishowaf