| 223 Views

Live Bullying, Bukti Kejahatan Makin Genting

Oleh : Apriani
Pegiat Literasi

Aksi perundungan remaja di Kota Bandung viral di media sosial Instagram. Pelaku melakukan perundungan dengan cara memukul hingga korban menjerit, dan menyiarkannya secara langsung di akun Tiktok. Dari video perundungan viral ini terlihat pelaku mengucapkan kalimat tidak seronok dengan menggunakan bahasa Sunda yang dikutib melalui jabaridntimes pada 27/04/2024

Menurut laporan yang diterima dari Polrestabes Bandung, peristiwa penganiayaan kepada anak di bawah umur tersebut terjadi pada Sabtu (27/4/2024) pukul 05.30 WIB. Perundungan terjadi di pinggir jalan di Kota Bandung, Jawa Barat. 

Korban diketahui merupakan seorang anak laki-laki inisial DNS (14) berstatus pelajar yang tinggal di sekitar lokasi perundungan.  Saat DNS sedang tidur, tiba-tiba datang empat orang tak dikenal kemudian membangunkan korban. Mereka bertanya apakah korban anggota Gank XTC dan memeriksa ponselnya. Pelaku lalu menendang ke arah muka korban, memukul menggunakan botol kaca kosong ke kepala korban, dan mengancam menggunakan senjata tajam berupa pisau, dilansir dari Kompas, 28/04/2042

Maraknya kasus bullying saat ini sedang menjadi trend dan life style baru dikalangan anak muda. Hal ini membuat resah orang tua, sekolah dan lingkungan sekitar. Bullying dilakukan secara terbuka bahkan secara live,  menggambarkan kejahatan tidak dianggap sebagai sesuatu yang buruk, bahkan wajar dan keren. Sikap ini menunjukkan adanya kesalahan dalam memandang keburukan, yang mengindikasikan adanya gangguan mental. Di sisi lain, bullying hari ini makin parah dan marak.

Penerapan sistem kapitalisme sekuler yang mengadopsi pandangan liberalisme menjadika bullying merupakan buah buruk dari penerapan sistem ini. Faktor penyebab terjadinya bullying diantaranya rusaknya sistem Pendidikan, sistem pendidikan yang ada hanya mampu mencetak generasi “pintar” diatas kertas, tetapi tidak mampu menyelesaikan masalah pribadinya kecuali dengan kekerasan. Lemahnya tiga pilar penegak aturan (ketakwaan individu, control Masyarakat dan negara yang menerapkan aturan), generasi dalam dekapan liberalisme, kehilangan potensi besarnya sebagai agent of change, yang seharusnya turut membangun peradaban dan menjadi problem solving bagi umat. Namun kini remaja lupa akan jati diri, Islamnya terlucuti, harga diri tergadai, karena terjebak liberalisasi.

Bebasnya media massa, Kemajuan teknologi yang bebas nilai  dengan  menjamurnya warung internet (warnet) yang menyajikan konten-konten kekerasan seperti game, yang sangat di mudah diakses oleh remaja. Dan perkembangan teknologi yang kelebihan batas berakibat buruk, sehingga dengan mudahnya seseorang membunuh teman sebayanya karena hal-hal sepele misalnya tidak diberi pinjaman uang. Tontonan juga bisa beroengaruh pada prilaku anak muda saat ini dimana dunia perfilman menyajikan konten konten yang berbaur dengan kekerasan sehingga anak muda kerap kali melakukan hal yang serupa dengan mencoba adegan yang ditonton kepada teman sebayanya.

Majunya era digital, kini justru menjadi bomerang. Pesatnya berbagai info tanpa batas ke dalam smartphone, justru seringkali menjadikan pemiliknya kehilangan kepintaran. Media digital bagaikan pisau bermata dua, ia bisa dipakai "browser", namun juga bisa jadi "monster". 

Nyatanya tidak sedikit yang terjebak dalam hal negatif yang rusak. Bangga melakukan kemaksiatan dengan mengambil gambar atau merekam dan kemudian mempublikasikannya di media sosial. Mem-bully, memperkosa, bunuh diri, melakukan tindakan asusila, mesum, dan lain sebagainya kini bertebaran di dunia maya.

Selain itu, penyebab seseorang melakukan bullying dikarenakan lingkungan, pergaulan dan keluarga. Artinya kebanyakan pelaku bullying berasal dari keluarga yang disfungsional, sehingga pelaku mencari eksistensi diri dan perhatian orang lain dengan melakukan bullying.

Negara pun tak mampu memberi hukuman yang bisa memberi efek jerah kepada pelaku bullying dengan dalih pelaku masih dibawah umur. hal ini membuat para pelaku terus melakukan aksinya untuk melakukan tindakan kekerasan kepada teman sebayanya. Hal ini menunjukkan bahwa bullying adalah masalah sistemik yang membutuhkan solusi secara sistemik pula.

Solusi sistemik untuk menghentikan bullying adalah sistem Islam dengan penerapan sistem pendidikan yang mampu melahirkan generasi unggul. Karena tujuan dari sistem pendidikan dalam Islam adalah pembentukan kepribadian Islam  yang  terintegrasi dimulai dari awal jenjang pendidikan. Generasi unggulan ini bukan hanya bisa berprestasi secara akademik tetapi  juga mampu menyelesaikan permaslahan hidupnya sesuai aturan Allah Swt.
 
Bukan hanya itu, peran orang tua juga sangat diperlukan dalam hal ini. Karena dalam Islam rumah dan keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dan utama, sehingga peran orang tua menjadi syarat utama dalam pembentukan kepribadian generasi Islam.

Kemudian yang lebih penting lagi adalah peran negara yang berkewajiban mengurusan semua urusan rakyatnya termasuk melindungi generasi dari hal-hal yang merusak yang mengakibatnya melakukan bullying. Dengan mengontrol berbagai informasi yang masuk melalui media, dan memberi sanksi tegas kepada siapa saja yang dengan saja mengedarkan baik video maupun informasi yang berbau kekerasan. Negara juga memberi hukuman yang bisa membuat efek jera kepada pelaku bullying.

Islam memiliki sistem kehidupan terbaik yang mampu mencegah terjadinya buruknya perilaku. Seyogyanya negara melalui pemimpinnya memiliki kewajiban untuk membantu  mengurusi kebutuhan rakyatnya, Rasulullah ﷺ bersabda, ”Pemimpin manusia (kepala Negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat) dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Selain itu negara juga berkewajiban membina  rakyatnya dengan akidah islam dalam diri setiap individu muslim. Akidah yang benar akan menghasilkan pola pikir dan pola sikap yang benar. Seorang muslim sejati akan mempunyai pola berfikir sesuai dengan pola pikir Islam, dan bertingkah laku sesuai dengan apa yang diatur dalam Islam.

Negara juga berperan dalam menciptakan masyarakat yang tidak individualistik atau tidak peduli dengan masyarakat sekitarnya, mengarahkan masyarakat untuk saling peduli satu sama lain sehingga tercipta masyarakat  dinamis yang dapat meminimalisir keresahan ditengah masyarakat sehingga  depresi dapat ditekan.

Negara juga harus memastikan seluruh rakyatnya mendapatkan hak dan menjalankan kewajiban sesuai dengan aturan aturan Allah. Negaralah yang melindungi nyawa dan harta rakyatnya, sehingga hal-hal yang menimbulkan keresahan dan kegelisahan masyarakat harus dihilangkan. 

Demikianlah mekanisme yang diberikan oleh Islam sebagai solusi sistemik untuk menghentikan budaya bullying. Karena budaya bullying tidak akan hilang selama sistem kapitalis sekuler kapitalis masih bercokol dinegeri ini menjadi pijakan dari berbagai kebijakan peerintah. Sudah saatnya ganti sistem yaitu sistem Islam dalam naungan Khilafah dan campakkan sistem lama yang hanya bisa membawa generasi pada kerusakan dan kehancuran

Wallahualam bishahwab.


Share this article via

89 Shares

0 Comment