| 103 Views
Kriminalitas di Kalangan Pemuda, Buah Sistem Rusak

Oleh: Endang Seruni
Muslimah Peduli Generasi
Maraknya kriminalitas yang dilakukan oleh para pemuda bahkan ada yang di bawah umur. Di Medan misalnya, seorang anggota geng motor ditangkap polisi saat hendak melakukan tawuran di jalan Durung kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan.
Remaja yang masih dibawah umur berinisial WW, mengaku anggota geng motor. Bersama-sama dengan temannya akan berencana melakukan aksi tawuran dengan geng motor lain di Hamparan Perak pada minggu 22 September 2024. Dari lokasi penangkapan petugas menemukan sejumlah senjata tajam seperti celurit, parang yang berbentuk gergaji dan dua parang panjang (Tribun Medan,22/9/2024).
Hal ini sama juga terjadi di Cianjur. Ada 15 orang yang diduga terlibat tawuran tetapi berhasil diamankan oleh aparat. Peristiwa itu terjadi pada minggu 22 September 2024 sekitar pukul 00.15 WIB di jalan Raya Cibuntu desa Cisalak kecamatan Cidaun kabupaten Cianjur. Dari tangan mereka polisi mengamankan sejumlah barang bukti diantaranya sebilah pisau dan golok serta kendaraan roda dua (rri.co.id,22/9/2024).
Kriminalitas yang dilakukan para pemuda termasuk tawuran terus terjadi dan terulang. Dari hari ke hari tawuran kian mengerikan dan meresahkan. Hal ini merupakan gambaran sistem pendidikan sekuler dalam mencetak generasi. Sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini menjauhkan agama dari kehidupan juga menjauhkan agama dari kurikulum pendidikan. Sehingga menjadikan para pemuda tumbuh tanpa iman dan taqwa.
Energi besar yang dimiliki kaum muda nyatanya mengalir pada aktivitas-aktivitas yang tidak berguna. Terbukti tawuran bukanlah satu-satunya kenakalan remaja produk sistem pendidikan sekuler. Tetapi banyak persoalan remaja yang marak terjadi seperti pergaulan bebas, aborsi, geng motor, narkoba yang tumbuh subur di negeri ini.
Sistem pendidikan sekuler hanya berorientasi akademik yang menyebabkan para peserta didik bertujuan agar mendapatkan nilai yang bagus. Sehingga mereka bisa bekerja di perusahaan bonafit kelak ketika lulus. Semua bertujuan materi dan manfaat.Itulah standar kebahagiaan yang terus ditancapkan pada pelajar. Sistem pendidikan sekuler melahirkan generasi yang rapuh mudah stress dalam menghadapi persoalan hidup. Banyak yang terserang kesehatan mentalnya dan mudah terbawa pada arus negatif seperti tawuran.
Kondisi ini berbeda dengan cara pandang kehidupan Islam. Islam mengatur umatnya untuk melandasi setiap aktivitasnya pada akidah Islam. Penanaman aqidah yang dimulai dari keluarga, masyarakat hingga negara. Sehingga dengan demikian para remaja akan memiliki akidah yang kuat dan perilaku yang selalu terikat pada syariat Islam.
Ibu sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga adalah orang yang sangat paham dengan kewajibannya. Yaitu mendidik anak-anaknya untuk berakidah Islam dan taat pada syariat Islam. Dengan demikian akan lahir generasi yang kuat dalam mengarungi bahtera kehidupan. Begitu juga dengan masyarakat berperan sebagai kontrol di tengah tengah masyarakat. Tidak seperti dalam sistem sekuler yang bersifat individualis.
Negara dalam sistem Islam memiliki kewajiban mengurus dan melindungi umatnya. Negara sangat serius dalam menjaga aqidah umat. Negara juga menyaring konten-konten media yang tidak berfaedah. Hanya konten yang positif dan bermuatan dakwah saja yang boleh diekspos. Negara juga memberlakukan sanksi yang tegas bagi pelaku kejahatan sehingga menjerakan. Persoalan yang serupa tidak akan terus berulang.
Untuk itu satu-satunya pilihan adalah dengan beralih pada sistem kehidupan Islam yang menghantarkan umat pada keluhuran hidup. Sistem Islam terbukti mampu melahirkan generasi cemerlang pengukir peradaban.
Waallahu'alam bishawab.