| 183 Views
Kontrol Emosi Lemah Berujung Pembunuhan: Potret Buram Generasi di Sistem Sekuler

Oleh : Sherly Agustina, M.Ag.
Penulis dan Pemerhati Kebijakan Publik
Lagi, potret buram generasi saat ini. Pembunuhan yang dilakukan oleh generasi seakan menjadi hal yang biasa terjadi, kontrol emosi lemah, akidah lemah, mental lemah. Kali ini pembunuhan terjadi oleh seorang pelajar yang tega membunuh temannya karena cinta ditolak. Lalu, bagaimana cara menyelamatkan generasi dari potret buram ini?
Fakta mengejutkan, seorang pelajar tega membunuh temannya dengan sadis. Ditemukan seorang mayat wanita di sebuah warung kopi di Perumahan Made Great Residence, Lamongan, Jawa Timur. Terungkap bahwa korban adalah FPR (16), seorang pelajar SMK yang dibunuh teman dekatnya sendiri. Dari informasi yang beredar, motif pelaku karena sakit hati cinta ditolak. Polres Lamongan telah menangkap dan menetapkan AI (16) sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan ini.
Kapolres Lamongan AKBP Bobby A Condroputra menjelaskan, pelaku membunuh korban dengan cara menjerat leher korban menggunakan kerudung milik korban. Selain itu, pelaku juga memukul korban berulang kali di bagian perut dan mata kanan, lalu membenturkan kepala korban ke tembok hingga mengakibatkan pendarahan. Lalu menurut AKP Rizky, pelaku dijerat dengan Pasal 80 Ayat 3 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. (Beritasatu.com, 17-01-2024)
Mengapa Bisa Terjadi?
Menjadi pertanyaan, mengapa hal ini bisa terjadi? Padahal pelajar seharusnya sibuk dengan aktivitas belajar bukan melakukan pembunuhan untuk melampiaskan emosi sesaat. Banyak peristiwa buruk yang terjadi pada generasi termasuk pembunuhan disebabkan banyak faktor. Faktor internal yaitu lemahnya akidah, mental dan kontrol emosi seseorang. Faktor internal ini bisa dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu minimnya pendidikan moral di rumah, dan sekolah, serta pengabaian terhadap kesehatan mental di kalangan remaja.
Lingkungan sosial pun kurang suportif akhirnya berkontribusi memperburuk kondisi ini. Ditambah media yang hari ini menjadi ‘guru’ generasi yang rendah literasi. Banyak konten negatif hadir dengan masif tanpa filter sehingga mudah diserap begitu saja oleh para pelajar termasuk kekerasan dan cara pengelolaan emosi yang salah. Berbagai kondisi yang melingkupi ini adalah buah dari kehidupan yang diatur dengan sistem sekuler kapitalisme.
Sungguh miris, generasi muda saat ini sangat brutal. Pembunuhan marak terjadi di mana-mana, anak membunuh orang tuanya sendiri dan membunuh temannya. Pemicunya pun masalah sepele yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik. Namun, dalam sistem sekuler remaja menyelesaikan permasalahannya dengan emosi sesaat yang berakibat fatal.
Sekularisme membuat seseorang jauh dari agama, sehingga lalai dengan halal dan haram. Di sisi lain, kapitalisme membuat ukuran kebahagiaan hanya dari materi atau terpenuhinya keinginan seseorang. Akhirnya seseorang akan menghalalkan segala cara untuk meraih tujuannya. Misalnya melampiaskan emosi mengikuti hawa nafsu. Apabila hal ini tidak segera diakhiri, kehidupan generasi akan dipenuhi dengan kekacauan karena mereka akan terus melakukan hal buruk dalam melampiaskan emosi seperti pembunuhan.
Solusi Islam
Lantas, bagaimana solusi menyelematkan generasi saat ini yang terjebak dalam sistem sekuler kapitalis yang rusak? Berbagai persoalan generasi jelas membutuhkan sistem yang mampu memberikan solusi komprehensif. Sistem ini hanyalah sistem Islam. Islam menjadikan pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademis, tetapi juga pada pembentukan akhlak mulia, pengendalian diri, dan pemahaman yang benar terhadap hubungan antar manusia, atau dengan kata lain membentuk kepribadian Islam.
Sehingga pelajar memiliki self control yang baik yaitu keimanannya serta berkepribadian Islam. Seseorang yang memiliki kepribadian Islam, pola pikir dan sikapnya akan berstandar pada Islam. Dilakukan jika Allah perintahkan, ditinggalkan jika Allah melarangnya. Ucapan dan perbuatan sangat hati-hati, karena tahu bahwa semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah kelak. Fokusnya pada kehidupan akhirat, dunia dijadikan sebagai jalan menuju akhirat berbuat kebaikan dan manfaat sebanyak-banyaknya untuk umat.
Islam juga memiliki aturan yang jelas terkait pergaulan laki-laki dan perempuan untuk mencegah timbulnya fitnah dan perilaku yang melampaui batas. Sistem sosial Islam akan menjaga pergaulan sesuai dengan tuntunan syarak. Dengan aturan ini, hubungan remaja laki-laki dan perempuan diarahkan agar tetap dalam batas yang wajar, mencegah terjadinya hubungan yang merusak moral atau memicu konflik emosional.
Dengan dukungan penerapan syariat Islam dalam berbagai bidang lainnya (secara menyeluruh) kasus tragis seperti ini dapat dicegah sejak akar permasalahannya. Pelajar dapat mengoptimalkan potensinya untuk kebaikan dan amal salih. Sehingga menjadi generasi hebat taat syariat dan paham ilmu yang dipelajari. Inilah potret pelajar yang dirindukan dan didambakan.
Renungan kita semua firman Allah Swt., "Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al Madinah: 50) Allahua'lam Bishawab.