| 181 Views

Konsep Toleransi dalam Islam

Oleh : Nurul Aini Najibah
Pegiat Literasi

Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi topik yang ramai diberitakan oleh berbagai media, sehingga menarik perhatian publik. Paus Fransiskus melakukan kunjungan apostolik ke Indonesia pada 3-6 September 2024. Indonesia menjadi negara pertama yang dikunjungi dalam rangkaian perjalanan Paus Fransiskus di kawasan Asia-Pasifik.

Selain itu, pemimpin Gereja Katolik dunia itu menyampaikan pidato mengenai perdamaian saat bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka. Dalam pidatonya, Paus menyoroti sejumlah konflik di berbagai negara, yang menurutnya disebabkan oleh kelompok-kelompok intoleran yang berusaha memaksakan pandangan mereka kepada masyarakat. Ia juga mengkritik penguasa yang memaksakan keseragaman visi, yang akhirnya memicu konflik. Meskipun begitu, Paus tidak menyebutkan negara atau wilayah tertentu. Selain itu, Paus Fransiskus memuji toleransi di Indonesia yang tetap terjaga meski memiliki keberagaman, dan mendoakan agar masyarakat Indonesia terus hidup dalam kedamaian. (cnnindonesia.com, 4/9/2024)

Namun, perlu diketahui bahwa kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia bukan sekadar kunjungan biasa, melainkan membawa misi global yang selama ini konsisten disebarkan di negara-negara mayoritas Muslim, yaitu mempromosikan moderasi beragama. Kehadiran Paus di Indonesia mengirimkan pesan kuat tentang arus moderasi beragama. Selain itu, target di balik kunjungan adalah tekanan global soal toleransi ala moderasi. Bisa dilihat dari berbagai statement paus, misalnya soal definisi baru politik adalah bukan perang tapi kasih sayang, kekayaan Indonesia bukan tambang emas tapi harmonisasi, dan lain-lain.

Ironisnya, semua statement Paus direspon positif oleh para pemimpin dan masyarakat muslim. Mereka justru tampil paling depan menyambut kedatangan Paus Fransiskus dengan antusias. Media pun membentuk opini publik tentang segala kesederhanaan Paus. Bahkan, para pejabat negara menjadikannya sebagai figur panutan, simbol persahabatan, tolok ukur perdamaian, dan pilar toleransi.

Selain itu, sambutan berlebihan 33 tokoh Muslim Indonesia yang merilis buku berjudul Salve, Peregrinans Spei yang berarti “Salam Bagimu Sang Peziarah Harapan,” untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia. Buku ini tidak hanya sekedar sambutan, tetapi juga menggambarkan semangat keberagaman dan pluralisme yang hidup di Indonesia. (kompas.com, 2/9/2024)

Sungguh ironis, saat toleransi yang berlebihan ditampakkan dan pluralisme yang terang-terangan telah ditampilkan secara nyata dalam konsep moderasi beragama. Bukan hanya itu, kedatangan Paus yang membawa pesan moderasi beragama menjadi pemicu terbentuknya opini publik, baik di dalam maupun luar negeri.
Disisi lain, fokus utama dari antusiasme terhadap sambutan Paus lebih mengarah pada pesan moderasi dan isu perdamaian. Adapun, moderasi beragama merupakan misi besar dari Barat yang diselimuti dengan konsep toleransi dan perdamaian. Program ini dikemas dengan sangat rapi sehingga banyak yang tidak menyadari bahwa hal tersebut berpotensi mengancam akidah umat. Segala perbedaan diupayakan untuk dihargai dan dicari titik tengahnya. Namun, pada kenyataannya, ini adalah upaya yang bertujuan melemahkan akidah umat Islam.

Telah nyata bahwa toleransi dan moderasi jelas merupakan alat yang digunakan Barat untuk menyerang umat Islam yang ingin menjalankan ajaran agama secara menyeluruh. Umat Islam dilarang menerapkan syariat Islam secara penuh karena dianggap tidak sesuai dengan prinsip moderasi. Kampanye ini penting bagi Barat untuk mempertahankan hegemoninya di dunia Islam. Tujuannya adalah agar dominasi Barat atas dunia Islam tetap bertahan dan tidak menghadapi perlawanan dari umat Islam.

Oleh karena itu, umat Islam seharusnya waspada terhadap setiap kata dan opini yang berkembang selama kunjungan Paus Fransiskus baru-baru ini. Umat perlu memahami Islam secara komprehensif agar tidak salah menafsirkan atau keliru dalam memahami maksud tersembunyi di balik setiap peristiwa yang berkaitan dengan Islam. Selain itu, umat juga wajib memahami makna toleransi dalam Islam.

Adapun, pandangan Islam terhadap toleransi berarti membiarkan dan menghormati ibadah yang dilakukan oleh non muslim tanpa ikut terlibat, baik itu sekadar mengucapkan selamat, berpartisipasi (menghadiri), apalagi berkolaborasi dalam perayaan atau ibadah mereka. Hal ini sesuai dengan prinsip yang diajarkan oleh Islam. Allah berfirman dalam QS. Al-Kafirun ayat 6 yang berbunyi: “Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Dengan demikian, sikap toleransi dalam Islam sebatas menghormati, menghargai, dan membiarkan umat agama lain menjalankan keyakinan dan ibadah mereka sesuai dengan agama mereka.Umat Islam juga tidak boleh terjebak dalam narasi-narasi yang dipromosikan oleh Barat, seperti toleransi, moderasi, dan dialog antaragama. Dalam menghadapi ketidakadilan sistem dan penguasa terhadap umat Islam saat ini, seharusnya umat menunjukkan kemarahan dan tidak menerima perlakuan tersebut dengan diam saja.

Sesungguhnya, Islam adalah agama dan sistem yang menyediakan solusi lengkap untuk berbagai persoalan manusia, termasuk dalam hal berbangsa, menangani perbedaan, keberagaman, dan toleransi. Islam tidak memerlukan tambahan atau definisi lain menurut pandangan manusia. Maka itu, sudah seharusnya umat menerapkan Islam kafah sebagai pandangan hidup yang unik dan diterapkan dalam setiap aspek kehidupan.

Wallahu a’lam bii Ash-Shawab.


Share this article via

94 Shares

0 Comment