| 121 Views
Konflik Pakistan Dan India, Demi Kepentingan Nasionalisme

Oleh : Ummu Alvin
Aktivis Muslimah
Konflik bersenjata antara India dan Pakistan dimulai setelah terjadi serangan di lembah Baisaran Pahalgam, wilayah Kashmir yang berada di bawah kendali India, yang dilakukan oleh sekelompok pria bersenjata yang menewaskan 26 orang,25 diantaranya wisatawan dan satu lainnya penunggang kuda lokal.(22 April 2025). India menuding Pakistan di balik serangan dengan mendukung, mempersenjatai dan melatih kelompok-kelompok bersenjata yang dianggap menjadi sumber kerusuhan di daerah tersebut.Namun tudingan tersebut dibantah oleh otoritas Pakistan.Diketahui kedua negara ini sama-sama tengah mengembangkan senjata nuklir dan Pakistan juga terkenal sebagai negara yang memiliki persenjataan yang canggih.
Adapun dampak dari serangan yang dilakukan India telah menyebabkan ketegangan pada hubungan diplomatik antara dua negara tersebut, India telah menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian perairan Indus, sementara Pakistan mengancam akan menangguhkan perjanjian Simla. Dan yang terbaru India menuduh Pakistan melanggar gencatan senjata antara kedua negara tersebut. Pejabat Pakistan membantah tuduhan tersebut dan menyatakan bahwa Pakistan tetap berkomitmen untuk melaksanakan gencatan senjata antara Pakistan dan India yang terjadi atas mediasi dari Amerika Serikat (AS).
India dan Pakistan telah tiga kali berperang karena sengketa Kashmir sejak merdeka dari Inggris pada tahun 1947. Pada puncak perang dingin, Uni Soviet mendukung India sementara Amerika Serikat dan China mendukung Pakistan.
Dan setelah runtuhnya Uni Soviet, menjadikan Amerika Serikat menerapkan strategi jitunya, yakni mengikat India dan Pakistan dalam ikatan gencatan senjata agar India dapat dijadikan alat dalam menghadapi kekuatan China. Sementara itu Kashmir yang menjadi sengketa dan diperebutkan oleh India, Pakistan termasuk China, merupakan negara yang subur dan penduduknya adalah mayoritas muslim, hal ini juga yang menjadi target Amerika Serikat yakni untuk membatasi penyebaran Islam disana.
Konflik berkepanjangan yang terjadi antara India dan Pakistan juga telah memakan banyak korban jiwa, puluhan ribu warga sipil tewas di sana, dan korban terbesar dari konflik ini adalah umat Islam, yaitu penduduk Kashmir, mereka hidup dalam penderitaan, sebagaimana juga yang di alami oleh rakyat Palestina, Rohingya dan Uyghur, sekat-sekat nasionalisme telah memecah belah umat Islam. Pasca runtuhnya Khilafah Utsmani di Turki ,umat Islam terpuruk dalam segala bidang, meskipun negeri-negeri Islam memiliki potensi yang luar biasa dalam dalam bidang sumber daya alam , posisi geopolitik yang strategis serta kekuatan militer yang besar namun tidak mampu memberikan keamanan dan keadilan bagi seluruh umat Islam.
Berdasarkan data dari Global Firepower 2025, Pakistan merupakan negara dengan kekuatan militer terbesar berdasarkan jumlah personel aktif 640 000, cadangan 550 000 dan paramiliter 291 000, diikuti oleh negara Turki,Mesir, Indonesia,Iran , Arab Saudi dan Aljazair. Tidak hanya itu militer Pakistan juga disebut sebagai militer kaum muslimin yang paling kuat baik dari segi tentara maupun persenjataannya, namun sayangnya militer Pakistan terjebak dengan sistem kapitalisme, mengangkat senjata karena pengaruh dari kepentingan asing, terutama Amerika Serikat yang berhubungan dekat dengan Pakistan. solusi sekuler yang diambil dengan melakukan perundingan bilateral dan gencatan senjata justru memperpanjang penderitaan umat Islam. Gencatan senjata yang dilakukan hanya meredam konflik sesaat, tapi tidak akan menyelesaikan akar masalah yang sesungguhnya, selama sistem politik dan kepemimpinan masih berpihak pada sistem kapitalisme dan pengaruh asing maka konflik akan terus berulang.
Hanya dengan kembali kepada sistem Islam secara Kaffah dengan mendirikan Khilafah, maka konflik akan segera bisa diatasi secara menyeluruh, Khilafah akan mempersatukan seluruh umat Islam, termasuk wilayah-wilayah yang terkotak-kotak dan terpecah-pecah karena penjajahan. Khilafah dengan kekuatan militernya akan menjadi perisai dan pelindung bagi umat muslim, kekuatan militer Khilafah akan digerakkan untuk membebaskan negeri-negeri Islam dari cengkraman penjajah, membebaskan wilayah Islam dari penindasan dan ketidakadilan, termasuk juga membebaskan Kashmir dari kekejaman India, membebaskan Palestina yang dijajah oleh zionis Israel dari tahun 1948, menghilangkan penindasan sistemis yang terjadi terhadap umat Islam di uighur oleh pemerintahan China, dengan seruan jihad fisabilillah.
Di bawah komando Khalifah, semua negeri-negeri muslim akan bersatu untuk berjihad menyambut seruan Allah, termasuk juga negara Pakistan, dengan potensi kekuatan militer terbesarnya serta sebagai satu-satunya negara muslim yang memiliki senjata nuklir, akan mengirimkan pasukannya dan kekuatan terbaiknya demi kemuliaan Islam sekaligus membawa kemenangan yang hakiki kepada seluruh kaum Tanpa Khilafah umat Islam kehilangan kekuatannya karena Khilafah adalah simbol persatuan umat Islam yang akan menguatkan posisi umat Islam di kancah internasional.
Dengan berbagai macam kelebihan yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim, baik dari sumber daya alam serta manusia, begitupula dengan kekuatan militernya,serta posisi strategis yang dimilikinya,akan menjadikan Khilafah Islamiyah menjelma menjadi negara adidaya baru di dunia.Tegaknya kembali khilafah 'ala minhajin nubuwwah harus menjadi prioritas utama dalam perjuangan umat saat ini.
Wallahu a'lam bish showwab.