| 272 Views

Kenaikan BBM Yang Terus Berulang, Mengapa?

Oleh : Wakini
Aktivis Muslimah

Lagi dan lagi rakyat di kejutkan dengan kenaikan BBM. PT Pertamina (Persero) kembali melakukan penyesuaian harga yang berlaku efektif mulai 10 Agustus 2024 lalu. Harga baru Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi jenis Pertamax (RON 92) di seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar (SPBU) resmi di ubah. Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) Umum dalam rangka mengimplementasikan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 245.K/MG.01/MEM.M/2022 sebagai perubahan atas Kepmen No. 62 K/12/MEM/2020 tentang Formula Harga Dasar Dalam Perhitungan Harga Jual Eceran Jenis Bahan Bakar Minyak Umum Jenis Bensin dan Minyak Solar yang Disalurkan Melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (CNBCIndonesia, 10/8/2024)

Kebijakan menaikkan harga BBM disambut keluh masyarakat, meskipun non subsidi, tetap saja memberatkan rakyat terkhusus yang menggunakan kendaraan pribadi. Belum lagi para pegiat UMKM, sebab para pelaku usaha tersebut pasti ada yang memanfaatkan kurir atau menggunakan jasa kirim dalam memasarkan produk mereka. Industri yang ada di Indonesia sebagain besarpun menggunakan BBM non subsidi yang sudah pasti dampaknya adalah kenaikan biaya produksi dan kenaikan harga barang. Semua hal ini bisa memicu terjadinya inflasi, yang jelas kebijakan ini akan makin membuat rakyat kian tercekik.

Kenaikan BBM jenis Pertamax memang tidak secara langsung berimbas pada kenaikan harga-harga barang yang memerlukan distribusi menggunakan BBM bersubsidi. Namun, tingginya harga Pertamax akan berdampak pada migrasi masyarakat secara kolektif. Masyarakat menengah atas yang semula menggunakan Pertamax bisa beralih ke Pertalite karena harga lebih murah dan disubsidi pemerintah.

Dari sinilah masalah baru bisa muncul, permintaan terhadap Pertalite bisa meningkat sehingga berpotensi langka akibat ketersediaan Pertalite yang terbatas. Jika Pertalite terbatas dan langka, masyarakat pun “terpaksa” beralih ke Pertamax yang ketersediaannya selalu ada. Tidak pelak, hal ini dapat memicu inflasi dan menurunkan daya beli masyarakat.

BBM merupakan salah satu kebutuhan pokok rakyat yang harus dipenuhi oleh negara. namun faktanya tidaklah demikian, rakyat semakin terbebani dengan kebijakan pemerintah yang terus menaikan harga BBM. Hal ini merupakan keniscayaan karena buah sistem kapitalisme yang menjadikan negara sebagai regulator sehingga terjadi liberalisasi dalam pengelolaan SDA yang membuka peluang investor untuk mengelolanya.

Sungguh, hanya kezaliman demi kezaliman yang muncul jika menggunakan aturan buatan manusia. Segala tipu daya dan keserakahan akan harta dunia pasti akan selalu ada. Ini tentu sangat berbeda dengan aturan Islam yang bersumber dari Allah Taala, yang tersebab hal itu sesuai fitrah manusia dan mustahil menzaliminya.

Pengelolaan harta negara dalam Islam terselenggara melalui sistem ekonomi Islam. Sistem ini tidak berlandaskan kemanfaatan sebagaimana kapitalisme, melainkan dengan prinsip pemenuhan individu per individu (fardan fardan). Negara jelas sangat lalai dan zalim ketika tidak menggunakan prinsip ini.

Berbeda dengan islam. Islam mengatur pengelolaan SDA (termasuk migas). Dalam islam diatur tentang kepemilikan. Ada kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara.

SDA termasuk kedalam kepemilikan umum yang hanya berhak dinikmati oleh khalayak ramai dan tidak boleh diprivatisasi. Apalagi diprivatisasi oleh pihak swasta asing. SDA (termasuk migas) harus dikelola oleh negara dan hasilnya dikembalikan lagi seluruhnya kepada rakyat.

Adapun adanya biaya yang dikeluarkan oleh rakyat itu hanya biaya operasional saja, sehingga rakyat akan bisa menikmati SDA (termasuk migas) dengan cuma-cuma bahkan gratis tanpa harus mengeluarkan biaya yang melambung tinggi seperti saat ini.

Kenaikan kebutuhan pokok dan lain sebagainya pun bisa diminimalisasi bahkan bisa tidak akan terjadi kenaikan kebutuhan pokok dan yang lainnya dengan kenaikan yang tidak wajar dan rakyat pun tidak akan terbebani untuk memenuhi kebutuhannya karena negara sudah mengaturnya dengan baik sehingga rakyat pun sejahtera.

Wallahu a'lam bishowwab


Share this article via

140 Shares

0 Comment